Halo, Treluv!
Aku tau aku udah semingguan lebih enggak update, tapi aku minta tolong pengertiannya. Karena sebenarnya aku udah pernah sampaiin di part sebelumnya dalam waktu dekat ini aku enggak bisa sering update.
Dan aku menghargai banget kalian yang masih nungguin Itreula 2. Aku pasti selesaiin ceritanya, kok. Jadi, kalau kalian nagih update, aku minta jangan pakai kata-kata yang kurang enak dibaca, ya. Makasih❤️
***
Diam-diam Ultra melirik Itreula yang kini tengah menatap ujung sepatu gadis itu. Meski keadaan Itreula sudah membaik dari sebelumnya, Itreula masih enggan melontarkan sepatah kata pun. Itreula hanya mengangguk dan menggeleng kala dia bertanya.
Walau begitu, dia tidak berniat memaksa Itreula berbicara. Dia menebak Itreula masih syok atas warga yang tiba-tiba menyerbu mereka.
Sembari menunggu ibu pemilik warung membuatkan mereka teh hangat manis, Ultra mengeluarkan ponsel. Keningnya mengernyit membaca dua pesan yang masuk dari Seclon. Bagaimana Seclon bisa tahu dia tengah bersama Itreula?
Apakah temannya itu melihat mereka? Tapi jika benar, mengapa Seclon malah pergi begitu saja meninggalkan mereka? Apa Seclon tidak melihat wajah Itreula yang pucat?
Ultra menghela napas sebelum memasukkan kembali benda tersebut.
"Kata Seclon, mereka udah balik ke villa karena papa kamu sakit perut. Kamu mau balik juga?" tanya Ultra membuat Itreula mendongak.
"Uhm, iya."
Bertepatan dengan balasan Itreula, ibu pemilik warung pun keluar dengan satu nampan di tangannya. "Silakan, Mas, Mbak."
"Makasih, Bu," ucap Ultra kepada ibu tersebut sebelum melirik Itreula lagi, "Habisin dulu tehnya baru kita balik."
Setelah teh milik mereka habis, mereka pun melangkah ke pintu keluar. Keadaan alun-alun masih sangat ramai. Para pengunjung seakan lupa tentang insiden pencurian tadi. Mereka tetap menikmati kegiatan mereka masing-masing.
Sebenarnya Ultra ingin menggandeng Itreula agar Itreula tidak hilang lagi, tapi dia sadar posisinya. Dia bukan Seclon yang memiliki ikatan darah dengan Itreula dan dia bukan Hilo yang berstatus sebagai kekasih Itreula. Sehingga yang bisa dia lakukan hanyalah berjalan bersisian, tapi dengan pandangan yang waswas.
Menyadari pria bertubuh kekar itu akan menabrak Itreula, dengan cepat Ultra menarik Itreula ke dalam dekapannya. Tubuh Itreula yang jauh lebih kecil daripadanya membuat wajah Itreula kini berada di dada bidangnya.
Itreula menggigit bibirnya malu sebab dapat mendengar degup jantung Ultra yang tidak beraturan. Meski demikian, ia tetap bertahan dalam posisinya.
Ultra meneguk ludah susah payah sebelum melepaskan Itreula dari dekapannya. Terbata-bata dia berucap, "Ka-kamu enggak papa?"
Itreula merutuk dirinya ketika merasa pipinya panas. Ada apa dengannya? Berusaha menyembunyikan pipinya yang merona, ia menunduk. "Enggak."
"Ok-oke. Kita pulang sekarang." Segera, Ultra memberhentikan taksi yang lewat. Sungguh, dia tidak bermaksud modus pada adik temannya itu. Dia hanya berusaha melindungi Itreula dari senggolan. Iya, itu saja.
Sepanjang perjalanan menuju villa, bibir keduanya terkatup rapat. Keduanya semakin canggung karena kejadian tadi. Ultra mengumpati dirinya. Seharusnya dia hanya menarik Itreula mendekat, tapi kenapa dia malah membawa Itreula ke dalam dekapannya? Ah, bodoh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Itreula 2
Teen FictionApa yang akan kamu lakukan jika kamu sudah sangat mempercayai seseorang, tapi yang kamu dapatkan adalah sebuah pengkhianatan? Akankah kamu tetap bertahan? Atau malah memutuskan untuk pergi mencari cinta baru? Akankah pilihan yang kamu buat dengan It...