6

3.3K 501 219
                                    

Kalau di bab sebelumnya pada ngumpat-ngumpat, tenang, yang ini enggak bakalan ngumpat kok. Harusnya, hehe. Happy reading, Treluv♥︎!

***

Setelah berhasil mengurungkan pesan, Itreula segera melogout akun sosial medianya. Memalukan. Bagaimana bisa ia seceroboh itu? Aduh, apa yang harus ia perbuat sekarang? Ia yakin Milky pasti kebingungan tentang emot yang ia kirim, tetapi ia bingung cara mengatakan yang sebenarnya.

"Apa bilang aja, ya, kepencet?"

Itreula menggeleng. "Ih, malu. Enggak, deh. Nanti kalau aku diketawain gimana?"

Terlalu larut dalam memikirkan langkah selanjutnya yang harus ia lakukan, Itreula sampai tidak sadar jika sedari tadi David mengetuk pintu dan memanggilnya.

"Tre, bukain pintunya."

"Itre! Kamu lagi ngapain di dalam? Enggak nangis, kan?"

"Sayang!"

Itreula tetap fokus pada layar ponselnya. Ingin masuk ke akunnya lagi, tapi ia sangat malu. Ah, sudahlah. Setiap manusia pasti pernah melakukan hal yang memalukan, bukan? Jadi, sebaiknya ia tidak perlu ambil pusing tentang itu.

Baru saja mengetikkan password untuk masuk kembali ke akunnya, Itreula melempar ponsel ke kasur. Tidak bisa. Ia tidak bisa bertingkah seakan tidak ada yang terjadi sebelumnya. "Hua, enggak usah aktif dulu aja, deh. Tunggu lewat berapa hari baru buka lagi."

"Sayang? Kamu lagi enggak aneh-aneh karena papa enggak izinin kamu kuliah di Umond, kan?"

Itreula menoleh. Sejak kapan ayahnya berada di luar pintu kamarnya? Dengan perlahan, ia mendekat ke pintu.

"Jangan bikin papa khawatir gini, dong. Tre, jawab papa."

Itreula mengernyit mendengar nada khawatir dari David. Segera, ia membuka pintu dan melihat wajah ayahnya yang pucat.

"Papa nga—" Belum sempat Itreula menyelesaikan ucapannya, David langsung menarik dirinya ke dalam dekapan hangat.

David membelai pelan rambut Itreula sembari berucap, "Ya Tuhan, papa bener-bener takut kamu lakuin hal aneh karena papa enggak kasih izin."

Itreula mengurai dekapan tersebut sebelum berujar, "Maksud papa?"

"Papa ngerasa papa terlalu keras sama kamu, jadi papa ke sini buat ngecek. Tapi kamu terus-terusan enggak jawab. Papa kan jadi mikir—"

Ucapan David terputus oleh kekehan Itreula. Suasana hati Itreula yang semula berantakan kini membaik dengan sendirinya. Ia kembali memeluk ayahnya. "Papa jangan takut. Itre enggak bakalan lakuin hal yang aneh, kok. Papa yang dulu bahkan lebih keras dari yang ini, jadi jangan terlalu dipikirin."

"Papa sayang banget sama Itre."

Itreula mengangguk dan menyudahi pelukan mereka. "Pa."

"Apa?"

"Kalau papa segitu takutnya karena papa enggak izinin, apa sekarang papa udah berubah pikiran?"

David menjawil hidung Itreula sebelum berucap, "Enggak. Selama kamu ke sana cuma buat nyari Hilo, papa enggak akan kasih."

Itreula 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang