Halo, Treluv! Apa kabar? Semoga baik dan sehat, yaa!
Maaf karena aku udah dua minggu ini enggak ikutin jadwal update🥺 Tugasku banyak banget, deh, padahal harusnya fokus buat persiapan ujian, eh guru-guru tetap kasih banyak tugas. Kalian ada yang sama kayak aku—kelas akhir dan tetap dikasih banyak tugas?
Selain karena urusan sekolah, aku juga lagi di fase insecure-insecurenya sama naskah aku haha. Tapi mood aku udah membaik pas baca komentar kalian. Terima kasih banyak buat Treluv yang selalu aktif komentar. Love kalian!
Oke, aku enggak mau banyak ngoceh. Happy reading, Treluv!
***
Milky tersenyum samar melihat pigura besar yang terpajang di ruangan tersebut. Foto keluarga yang begitu sempurna. Ekspresi penuh bahagia, pakaian serta aksesoris mahal, dan latar studio berwarna keemasan.
Sempurna. Tanpa dirinya.
"Lihat apa?" tanya Starletta sebelum meletakkan dua gelas jus dingin di meja.
Tidak mendapat jawaban dari cucunya, Starletta pun ikut melihat ke arah yang sama. Dia menarik napas dalam kala mengetahui objek yang mencuri atensi Milky. Perlahan, dia membelai puncak kepala Milky. "Nanti nenek atur jadwal biar kita foto ulang, ya? Tentu saja nenek bakalan hubungin kamu."
Milky tertawa renyah. Itu hal yang mustahil terjadi. Mana mungkin keluarga besarnya mau berfoto bersama dirinya? Dia tidak sebodoh itu hingga tidak sadar bahwa di mata keluarganya, dia hanyalah kuman menjijikkan yang perlu dihindari. Dan jelas semua itu karena perselingkuhan yang dilakukan Aletheia.
"Nenek bakalan pastiin itu terjadi, oke?"
"Enggak usah, Nek. Kalau mereka emang enggak mau, kenapa harus dipaksa? Yang ada mereka malah maki Milky."
"Ky."
"Enggak apa. Milky udah biasa enggak dianggap. Santai aja."
Tidak ingin meneruskan obrolan tidak enak itu, Starletta pun mengubah topik. "Udah kamu putusin?"
"Apanya?"
"Cowok kamu yang dari Indo itu."
Milky menaikkan sebelah alis. "Gimana cara putusin kalau kita aja enggak terikat dalam sebuah hubungan? Nenek, mah, ada-ada aja."
"Bukan putusin itu. Maksud nenek, putusin mau jauhin dia atau enggak."
Milky membulatkan mulutnya sebelum bergumam tidak jelas. Dia masih tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Mungkin neneknya memang benar jika tanpa disadari dia telah merebut kebahagiaan orang lain, tapi dia masih tidak rela untuk melepas Hilo.
Dia tidak yakin bisa menjalani hari-harinya tanpa kehadiran Hilo. Dia sudah terbiasa dengan Hilo. Laki-laki berlesung pipi yang sok cuek, tapi sebenarnya sangat peduli dan lembut. Yang selalu menolak keinginannya, tapi ujungnya akan menurutinya.
Lagipula, menurutnya semua ini—menabrak Hilo di bandara, duduk sampingan di pesawat, satu kampus bahkan satu jurusan, dan satu gedung apartemen—adalah bagian dari rencana Tuhan. Tuhan pasti memang sengaja mempertemukan dan mendekatkan mereka.
"Nek."
"Hmm?"
"Enggak usah jauhin, ya? Mau tetep sama Hilo."
Starletta membeliak. "Kok? Milky, nenek kan—"
"Nek, kita bisa ketemu itu karena Tuhan. Pasti Tuhan punya rencananya tersendiri buat kita. Bisa aja kan Hilo emang bukan jodoh pacarnya sekarang, tapi punya Milky? Makanya kita dideketin sekarang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Itreula 2
Teen FictionApa yang akan kamu lakukan jika kamu sudah sangat mempercayai seseorang, tapi yang kamu dapatkan adalah sebuah pengkhianatan? Akankah kamu tetap bertahan? Atau malah memutuskan untuk pergi mencari cinta baru? Akankah pilihan yang kamu buat dengan It...