2

4.3K 566 150
                                    

Kening David mengerut melihat anak gadisnya hanya mengaduk sup ayam tanpa mencicipinya sama sekali. Ini aneh. Biasanya, Itreula sangat bersemangat untuk makan makanan yang berkuah. Lantas, apa yang terjadi sehingga Itreula terlihat tidak nafsu makan?

"Tre," panggil David membuyarkan lamunan Itreula.

"Iya? Kenapa, Pa?" tanya Itreula.

David menunjuk mangkok sup tersebut sebelum berucap, "Supnya enggak enak? Atau kenapa? Kok enggak dimakan sama sekali?"

"Ah, enak, kok. Masakan papa makin hari makin enak," jawab Itreula seraya mengacungkan jempolnya.

David mendengkus. "Kamu makan satu suap aja belum, udah bilang enak. Pinter banget, ya, bohongnya?"

"Eh?" Itreula mengerjap.

"Kenapa? Dari tadi sibuk mikirin apa sampai enggak nafsu makan? Bukannya tadi udah semangat mau teleponan sama Hilo?" tanya David.

"Pa," panggil Itreula.

"Kenapa?"

Itreula meletakkan sendoknya sebelum menatap wajah David. Haruskah ia bertanya tentang hal yang sedari tadi mengusik pikirannya?

"Kenapa, Sayang? Ada apa? Cerita sama papa. Kita kan udah janji bakalan saling terbuka," ujar David seraya mengulurkan tangan untuk mengusap puncak kepala Itreula.

"Itre mau nanya, Pa."

"Apa?"

"Semisal ada yang ngomong kalau dia ketinggalan baju di tempat orang, menurut papa itu apa?"

Kali ini, giliran David yang mengerjap. Hampir sepuluh detik berlalu dan David masih belum menangkap maksud pertanyaan anaknya.

"Enggak ngerti, ya, Pa? Kalau gitu enggak usah, deh."

"Tunggu, kasih papa waktu mikir, dong. Jadi maksudnya semacam gini, bukan, Itre denger kalau baju Anna ketinggalan di tempat Niles? Kayak gitu?"

"Iya."

David menaikkan sebelah alis. "Emang apanya yang salah?"

"Enggak ada yang salah, kan?"

"Hah? Gimana, sih? Kok papa jadi bingung?" tanya David sebelum mengusap wajahnya.

"Intinya, enggak ada yang salah dari itu kan, Pa?"

"Enggaklah. Emangnya apa yang salah coba? Kan bisa aja baju Anna basah pas di tempat Niles, jadi dia pinjam baju Niles, dan berujung dia lupa bawa pulang."

Seketika suasana hati Itreula membaik mendengar penuturan ayahnya. Dengan semangat, ia memakan supnya yang hampir dingin. Kata papa, enggak ada yang salah, Tre. Tenang aja. Hilo enggak mungkin selingkuh, kok.

***

"Lo enggak jadi pergi?"

"Jadilah, ya kali enggak."

Masih dengan pandangan yang tertuju pada ponsel, laki-laki berponi tersebut kembali mengajukan pertanyaan, "Terus, kenapa masih diem di sini?"

"Lo ngusir?"

"Menurut lo?"

Seclon mendengkus sebelum mengubah posisinya menjadi duduk. "Pelit amat lo. Tunggulah, gue masih nungguin chat adik gue, nih."

Itreula 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang