Hampir saja David terjungkang jika dia tidak segera menahan tubuhnya. Sembari mengusap dada terkejut, dia mendekati Itreula yang tengah fokus menatap ponsel. Mendudukkan diri di samping Itreula lalu berucap, "Tumben masih duduk di sini? Bikin papa jantungan aja, kirain siapa."
Itreula menekan tombol untuk menjeda video yang tengah ditonton. "Loh? Papa belum tidur?"
"Iya, tadi papa mau jalan-jalan sebentar baru tidur. Kamu sendiri kenapa enggak tidur? Mentang-mentang besok libur."
Itreula terkekeh. "Bukan gitu. Ini Itre lagi nonton drama yang direkomendasiin sama kakak. Katanya nonton biar Itre enggak stress belajar."
David melongo. Rekomendasi drama dari Seclon? Sejak kapan anak pertamanya menonton drama? "Seriusan? Dari kakak kamu?"
"Iya, haha. Kecanduan nonton kayaknya. Diajakin sama Kak Stela."
David mendengkus. "Enggak kamu, enggak dia. Berdua sama aja. Sama-sama bucin."
"Ih, Papa, mah."
David tersenyum sembari membelai pelan puncak kepala Itreula. "Ya udah, kamu lanjut nonton. Jangan terlalu malam, ya. Nanti kecapekan."
"Iya, Pa. Enggak bakalan lama-lama, kok. Kan sebentar lagi mau teleponan sama Hilo."
"Mulai lagi bucinnya."
Itreula menyengir. "Papa mau ikut nonton sama Itre? Ini lucu banget dramanya."
"Enggak, Sayang. Oiya, ada yang mau papa bahas sama kamu. Kita ngomong sebentar, ya?"
Itreula mengernyit mendengar intonasi David yang cukup serius. Meski kebingungan, Itreula mengangguk dan mengunci layar ponsel. "Kenapa, Pa?"
"Tentang kuliah kamu."
"Kuliah Itre?"
"Iya. Sekarang udah semester dua, Sayang, tapi kamu masih belum tahu mau di mana. Papa enggak mau nanti kamu kelabakan sendiri di akhir. Jadi, gimana?"
"Itre udah tahu mau di mana, Pa, makanya Itre rajin belajar," ujar Itreula jujur. Selama ini, hanya Hilo dan Seclon yang tahu perihal kampus tujuannya. Ingin mengutarakan kepada David, tapi ia takut ayahnya itu tidak akan setuju.
"Loh? Kok papa enggak tahu? Kamu mau di mana?"
"Itre ... mau di kampus yang sama kayak Hilo."
Kampus yang sama dengan Hilo? University of Almondy? Amerika? David melotot. "Apa? Kamu serius?"
"Iya, Pa. Itre mau di sana."
"Kamu ...."
David mengusap wajah kasar sebelum menarik napas berulang kali berusaha menahan emosinya yang mulai tidak stabil. "Apa alasan kamu mau kuliah di sana? Jangan bilang alasan kamu ke sana karena ada Hilo. Kalau beneran—"
"Iya, salah satunya karena ada Hilo, Pa."
"Itre!"
Itreula terlonjak mendengar teriakan David. Ini pertama kalinya David meneriakinya ketika hubungan mereka sudah sangat baik. Perlahan, Itreula bergeser membuat jarak di antara mereka. Walau tahu David tidak akan menyakitinya seperti dulu, tetap ada sedikit rasa takut yang terselip.
David langsung merutuki dirinya kala menyadari Itreula menjauh darinya. Emosi sialan. Pergi lo. Anak gue jadi takut.
Cukup lama berperang dengan batin, akhirnya David berhasil mengontrol emosinya. Dia memejamkan mata sejenak sebelum membukanya kembali dan berujar, "Maaf, Tre. Papa enggak bermaksud buat takutin kamu. Papa kelepasan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Itreula 2
Teen FictionApa yang akan kamu lakukan jika kamu sudah sangat mempercayai seseorang, tapi yang kamu dapatkan adalah sebuah pengkhianatan? Akankah kamu tetap bertahan? Atau malah memutuskan untuk pergi mencari cinta baru? Akankah pilihan yang kamu buat dengan It...