Setelah acara peluk-memeluk sesama keluar besar dan di beri sedikit wejangan oleh para orang tua, kini keduanya sudah perjalanan menuju apartemen milik Athala. Semenjak adiknya menikah sekitar 9 tahun lalu, Athala lebih memilih untuk hidup mandiri dan memberi waktu luang untuk kedua orang tuanya agar bermesraan. Jika mereka ingin berduaan, tidak ada yang menganggu bukan?
Sebenarnya tadi Zey- Mama Bella serta Mawar sudah menolak keras serta keukeh menawarkan agar mereka tetap berada di rumah Bella beberapa hari kedepan sebelum mereka pindah ke sini. Namun, bukan Athala jika ia menuruti perintah Mama nya. Pria itu cukup keras kepala jika semuanya sudah keputusannya telak. Tidak bisa di ganggu gugat dan sudah bulat.
Setelah cukup lama Athala membujuk kedua wanita paruh naya itu, akhirnya mereka mengalah dan dengan berat hati mengijinkan mereka untuk pergi ke apartemen setelah acara kumpul bersama selesai.
Untuk Bella sendiri, dirinya sebenarnya juga tidak ingin berpisah pada kedua orang tuanya. Tapi, mengingat ia sudah menjadi seorang istri dan harus menuruti kata suaminya. Bella hanya bisa pasrah dan memeluk Mama nya sebagai bentuk perpisahan.
Didalam kondisi masih memakai kebaya serta tuxedo, mereka berada di mobil dan hanya ada keadaan hening yang melanda. Mereka sibuk memikirkan bagaimana kelanjutan pernikahan mereka yang di atas dasari perjodohan tidak masuk di akal ini.
Apalagi Bella yang awalnya menolak mentah-mentah perjodohan ini karena ia yakin jika jodohnya masih di tangan tuhan. Bella bukannya tidak ingin mencari jodoh, tapi ia hanya terlalu malas untuk sakit hati walaupun belum pernah merasakan apa itu cinta, apa itu sakit hati. Bella merasa parno saat mengingat curhatan serta cerita-cerita tentang hubungan para sahabatnya dengan para pacar mereka.
Tak ada waktu lama, mereka sudah sampai di parkiran apartemen. Bella menoleh kearah Athala yang sudah memegang pintu mobil guna membuka pintu itu. Lalu tatapannya beralih menatap kearah gedung menjulang tinggi yang biasa di sebut gedung pencakar langit.
"Mas Athala, saya langsung pamit pulang ya kerumah Nyonya." pamit pak supir.
Athala mengangguk. "Iya pak, hati-hati ya!"
"Siap mas!" setelah itu, pak supir menancapkam gas mobilnya menjauh dari parkiran apartemen.
Bella menghela napas pelan lalu ikut membuka pintu mobil dan mengekor di belakang Athala dengan kepalanya menunduk menatap lantai demi lantai yang mereka pijaki. Saat berada di lobby maupun saat berada di mana pun mereka berjalan, semua orang yang berpapasan dengan keduanya menatap mereka dengan senyum malu-malu entah karena apa. Bahkan, ada juga orang asing yang mengucapkan selamat kepada mereka.
Sesampainya di depan pintu kamar Athala, cowok itu menekan tombol pin dan tak lama pintu terbuka secara otomatis. Mereka memasuki apartemen milik Athala dan lupa, melepas alas kaki yang mereka kenakan lalu meletakkannya di atas rak sepatu yang berada di samping pintu.
"Oh iya, pin apartemen 147258." kata Athala memberi tahu. Bella mengangguk paham dan mencatat pin apartemen di otaknya dengan baik.
Bella mengedarkan pandangannya menatap sekeliling. Dan hasilnya lumayan. Untuk kamar ukuran laki-laki yang bahkan hidup sendiri seperti Athala, cowok itu ternyata tidak jorok. Dilihat saja, barang-barang yang berada di ruang tamu sangat tertata rapi di tempatnya.
Satu set sofa berwarna hitam di lengkapi dengan meja kaca, televisi serta meja panjang untuk menaruh televisi tersebut. Di samping sofa bagian pojok dekat jendela terdapat satu vas bunga besar berisi bunga palsu menambah kesan mewah. Serta di samping tempat televisi berada, terdapat rak-rak buku yang ternyata sangat penuh.
Ah sampai lupa jika Athala adalah seorang dosen yang pasti bukunya sangat banyak dan tak terhingga.
"Eh lo-maksudnya kamu, mau mandi dulu?" tanya Athala canggung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jerk Husband
Teen FictionAthala yang umurnya sudah tidak muda lagi serta tak kunjung menikah, membuat Mawar geram sekaligus kesal pada anak laki-laki pertamanya itu. Di umur yang sudah menginjak berkepala tiga, Athala belum juga menemukan jodoh yang pas. Dulu sekali saat pr...