kalian kabar gimana?
"Besok kamu udah pulang, At."
Athala menoleh kearah sumber suara lalu menganggukkan kepalanya mengerti. Dia juga sudah bosan berada di rumah sakit ini. Bagaimana tidak bosan jika kesehariannya hanya berbaring di atas ranjang dengan menonton televisi atau bermain ponsel saja. Bahkan keluar-keluar pun jika dia mau dan tidak mager.
Luka-luka bekas kecelakaan juga sudah mulai memudar dan mengelupas. Hanya tinggal bekas-bekasnya saja. Selama seminggu penuh, pria itu tak pernah absen meminum obat dan mengoles salep di bagian yang terkena luka. Athala ingin cepat sembuh dan juga menjalankan aktifitasnya seperti biasanya.
Walaupun di luar sana banyak orang yang ingin selalu rebahan di atas kasur tanpa melakukan apa-apa selain bermain ponsel, tapi tidak berlaku dengan Athala. Pria itu termasuk pria yang aktif dan tidak bisa diam. Jika diam sebentar rasanya seperti ada yang kurang. Mungkin jika dia semakin lama di sini sudah mati kebosanan.
"Kalau besok udah pulang dan sampai rumah, jangan banyak gerak sama ngelakuin aktifitas berat. Cukup istirahat di kasur dan kalau mau apa-apa tinggal panggil Mama. Kalau Mama gak ada, Mama pastiin kalau Alana ada di rumah."
Athala menghembuskan napasnya berat. Selama di rumah sakit, dia seperti anak kecil yang di larang ini-itu. Ingin itu tidak boleh, ingin ini tidak boleh. Sepertinya Mama nya ini mulai protektif padanya semenjak dia kecelakaan.
"Iya Ma.." sahutnya pasrah.
Mawar tersenyum sambil mengacak-acak rambut anak sulungnya itu. "Masalah kemarin, gak usah kamu pikirin dulu ya, At. Kamu masih dalam proses penyembuhan. Sebenarnya kamu pulang tiga hari lagi, tapi pas Mama liat kamu kayak gak semangat hidup. Mama putusin buat kamu pulang cepat. Bersyukur luka-luka kamu udah mulai pudar." seloroh wanita paruh baya itu.
"Maa, kenapa sih kayaknya aku tuh gak bisa dapet cewek yang pas gitu loh... kayaknya cewek yang deket sama aku tuh, perlahan menghilamg dengan tangan aku sendiri. Dulu Lisa pergi ninggalin aku karena aku terlalu posesif dan juga monoton. Terus Resha juga gak mau aku nikahin gara-gara dia tahu aku cuma mau tanggung jawab dan gak ada niatan buat cintai dia. Padahal kalau mau coba buat belajar mencintai, aku juga mau belajar mencintai Resha pelahan-lahan. Terus sekarang Bella, setelah aku mulai cinta sama dia kenapa masalah datang begitu aja? Padahalnya awalnya cuma salah paham aja, sh tapi kok sekarang masalahnya malah tambah rumit sih, Ma?"
Pria itu mengusap wajahnya kasar lalu menyugar rambutnya kebelakang. Wajahnya lalu mendongak menatap Mama nya dengan serius dan tatapan bertanya. Sedangkan Mawar, wanita itu juga bingung ingin menanggapi pertanyaan dari anaknya ini bagaimana.
"Athala, kamu pernah denger pepatah bilang gak akan ada asap kalau gak ada api?" tanya wanita itu, Athala mengangguk. "Pernah denger."
Mawar tersenyum. "Nah dari kata pepatah itu seharusnya kamu tahu, kalau kamu gak berbuat dan memancing masalah ini, semuanya gak bakalan jadi serumit ini. Kalau kamu gak membuat masalah terlebih dahulu, masalah gak bakalan dateng. Tapi yang namanya kehidupan, pasti gak bakalan lurus kayak jalan tol. Mulus kayak wajah yang pakai skincare. Dari apa yang Mama bilang, kamu paham?"
Athala terdiam, tertegun dengan ucapan Mama nya yang benar semua. Dia yang memancing semua ini. Dia yang membuat semuanya jadi rumit. Dia yang membuat semua meninggalkannya secara perlahan. Dia juga yang merasakan. Tapi kenapa, seolah-olah dia yang menyalahkan keadaan? kenapa dia tak mencoba intropeksi diri? ahh sial, bodoh sekali dirinya.
"Coba kamu renungin semuanya. Berfikir dan mulai intropeksi diri, mulai dari apa yang perlu kamu ubah, Sayang. Kamu gak bisa jadi seperti ini terus-menerus. Berhenti di satu titik, yang membuat kamu perlahan kehilangan sesuatu. Kamu mau kehilangan anak sekaligus istri kamu? Mama tahu, kamu udah mulai cinta sama Bella. Tapi kamu emang belum yakin sama perasaan kamu sendiri."
KAMU SEDANG MEMBACA
Jerk Husband
Teen FictionAthala yang umurnya sudah tidak muda lagi serta tak kunjung menikah, membuat Mawar geram sekaligus kesal pada anak laki-laki pertamanya itu. Di umur yang sudah menginjak berkepala tiga, Athala belum juga menemukan jodoh yang pas. Dulu sekali saat pr...