25.

39.8K 3.4K 200
                                    

Athala menepuk kepala Bella beberapa kali agar istrinya itu bangun dari tidurnya dan pindah ke atas brankar. Athala tidak tega melihat Bella yabg tidur dengan gaya duduk, ia juga tidak mau jika punggung serta leher cewek itu sakit atau pegal-pegal kareba tidur yang tak nyaman.

Setelah 3 hari ia di rawat di rumah sakit, dan 3 hari itu pula Bella juga tak lupa untuk mengurusnya. Jika Mama atau Alana pulang untuk beristirahat, maka gantian dengan Bella yang menjaga Athala. Sebelumnya, Athala sudah menolak dan menyuruh Bella untuk beristirahat di rumah saja. Tapi memang dasarnya istrinya itu keras kepala, kekeuh untuk tetap menemani Athala.

Kalau seperti ini, Athala malah semakin merasa bersalah karena sudah mennyia-nyiakan Bella dan bermain di belakang cewek itu. Kenapa sih Bella tuh gak bisa marah atau ngehindar dari dia? kenapa malah se'care ini?

Karena tepukan di kepalanya, Bella melenguh dan mulai mengerjapkan matanya. Ia membuka mata lalu mendongak, menatap kearah Athala.

"Ehh, maaf-maaf aku ketiduran ya?" Bella merasa tak enak karena ia ketiduran. Bukannya menjaga Athala, eh malah ketiduran sampai pulas.

Athala menggeleng. "Gak papa, sekarang kamu naik sini. Tidur lagi." pintanya.

Bella tampak ragu, tapi ia masih mengantuk. Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam dan biasanya Bella sudah tertidur memeluk guling di kamarnya. Tapi mengingat ia sedang di rumah sakit menjaga Athala, jadi dia harus tetap terjaga.

"Ayoo,"

Dengan ragu-ragu Bella menaiki ranjang, Athala bergeser agar Bella tidur di sebelahnya. Suasana tampak canggung. Tadi Bella memang mengantuk, tapi setelah merebahkan tubuhnya di atas brankar bersama Athala, ia malah tidak bisa tidur.

"Kenapa gak tidur, hm?" tanya Athala mengubah posisinya menyamping, menatap Bella yang masih terjaga.

Bella ikut mengubah posisinya, mendongak menatap Athala yang lebih tinggi darinya. "Gak bisa tidur," jawabnya pelan.

Athala terkekeh lalu menarik Bella agar lebih dekat dengannya. Tubuh Bella tersentak kaget, ia mencoba untuk menyingkirkan tangan Athala dari pinggangnya, tapi pria itu malah mengeratkan.

"Bentar Bell, aku udah lama gak meluk kamu."

Bella menghela napas berat, jujur saja ia juga merindukan pelukan hangat dan nyaman Athala. Apalagi jika sedang tidur, pria itu begitu posesif sampai ia tidak bisa bergerak dan memeluknya begitu erat. Tapi kali ini tidak seerat dulu karena Bella tengah hamil, jadi Athala tidak mau membahayakan anaknya.

Bella mencoba memejamkan matanya dengan menenggelamkan di dada Athala yang terbalut baju rumah sakit. Tapi ia malah semakin tidak bisa tidur. Malah sekarang perutnya ingin di elus oleh Athala. Kepalanya mendongak, menatap kearah Athala yang sudah memejamkan matanya. Lagi-lagi, Bella harus memendam keinginnya.

"Kalau kamu mau apa, bilang sama aku. Aku bakalan turutin semampu aku." kata Athala dengan mata yang masih terpejam.

Bella menggigit bibir bawahnya. Ia ingin mengatakan paa dia inginkan, tapi ia malu untuk mengatakannya. Karena selama ini, ia selalu memendamnya, jadi jika seperti ini rasanya ada yang beda.

"Ngomong mau apa, jangan di pendem. Gak baik." ucap Athala lagi. Seolah dia tahu apa yang ada di pikiran Bella.

"B-boleh gak, kamu elusin perut aku?" tanya Bella cepat lalu menenggelamkan wajahnya di dada Athala. Ia merasa malu setelah mengatakan itu.

Athala terkekeh lalu membuka matanya. Ia melepas pelukan mereka lalu menatap Bella yang wajahnya sudah memerah malu. "Tentu, sayang."

Tangan Athala yang tadinya bertengger di pinggang memeluk Bella, kini sudah terlepas dan Bella sedikit brrgeser memberi jarak. Athala tersenyum tipis, tangannya sedikit gemetar. Seumur dia hidup, ia tidak pernah mengelus ibu hamil dan itu adalah anaknya. Bahkan saat Raska berada di dalam kandungan dan lahir pun Athala tidak tahu.

"Anak kita kangen sama Papanya, Bell." ucap Athala sembari mengelus perut Bella dengan lembut. Dengan mata terpejam, Bella mengangguk. Bukan hanya anaknya tapi juga Mamanya.

"Coba deh kamu rubah posisi kamu jadi setengah tidur." pinta Athala. Bella membuka matanya lalu menoleh dengan dahi mengernyit. "Udah cepet.."

Mau tak mau Bella merubah posisinya menjadi setengah berbaring. Sedangkan Athala ia masih tetap berbaring dan menyamakan wajahnya pada perut Bella yang sudah terluhat sedikit menonjol.

"Hallooo jagoan Papa, sehat-sehat di dalem perut Mama yaa. Jangan bikin Mama susah, pokonya jangan nakal yaaa. Kasihan loh Mama kalau kamu susahin terus. Apalagi Papa gak ada di samping kalian, susahh jadinya." celoteh Athala membuat Bella menelan ludahnya.

Athala tersenyum lalu mendekatkan wajahnya lebih dekat ke perut istrinya, mencium perut Bella membuat cewek itu tersenyum dan mengelus rambut Athala.

"Udahh." seru Athala ceria lalu mengubah posisinya seperti Bella.

Bella tersenyum simpul. "Kok seneng banget kayaknya?" tanya cewek itu.

"Pertama kali aku kayak gini dan rasanya ada yang beda. Ada rasa senang tersendiri, jadi gak sabar liat dia." balas pria itu membayangkan beberapa bulan kedepan.

"Kamu udah punya anak Raska, kenapa baru pertama kali? Kamu gak pernah nyentuh perut Resha?" tanya Bella lagi, kali ini lebih berhati-hati.

Kepala pria itu menggeleng. "Tau punya anak Raska aja enggak, gimana bisa aku nyentuh perut Resha. Apalagi aku di New York, Resha di Indonesia. Aku balik ke sini aja pas itu Raska udah umur 2 tahun. Aku kaget pas Raska nyebut Papa ke aku. Aku gak mikir ke sana, aku mikirnya malah mungkin karena aku kakanya Alana, jadi ya gitu," cerita Athala menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Kalau misalnya kamu gak tau aku hamil, terus anak kita panggil kamu Papa secara gak sengaja. Kamu bakalan bersikap sama atau cari tahu?" tanya cewek itu tiba-tiba.

Athala terdiam lalu mengedikkan bahunya acuh. "Mungkin aku bakalan kaget dan bakalan diem di tempat. Ya gimana gak kaget kalau tiba-tiba ada anak kecil panggil aku dengan sebutan Papa." jawab Athala santai. Bella tersenyum kecewa lalu mengangguk.

Pria itu tersenyum simpul. "Andai aja aku gak ngelakuin itu, pasti kalau kamu hamil aku ada di samping kamu, Bell. Kenapa sih penyesalan tuh selalu di akhir cerita?" Athala mendadak menjadi kesal mengingat kesalahnnya.

"Cerita kita belum selesai, Athala. Cerita kita masih panjang, masih banyak yang harus kita lalui bersama. Kamu... gak mau ngelanjutin cerita kita? Atau kamu malah pengen cepet-cepet cerai sama aku dan milih balik sama Lisa?" tanya cewek itu dengan nada tak suka.

Athala terkekeh lalu menggeleng. Ia menarik Bella ke dalam pelukannya. "Aku nggak mungkin balik lagi sama Lisa. Aku juga gak bakalan ninggalin kamu, mungkin kamu yang bakalan ninggalin cowok brengsek kaya aku."

Bella berdecak lalu melepas pelukan mereka. "Sebenarnya aku masih kecewa sama apa yang kamu lakuin ke aku, tapi aku juga gak bisa berbuat apa-apa. Mungkin kamu emang masih belum berdamai dengan masa lalu kamu. Aku yakin kamu pasti ngelakuin karena terpaksa, and yeah... aku udah mulai maafin kamu." kata cewek itu menatap kearah Athala dengan wajah seriusnya.

Athala tertegun di tempat, ia sempat terpaku. Semudah inikah Bella memaafkan apa yang sudah ia lakukan? Semudah ini? Se-mu-dah i-ni???

"Aku maafin kamu, bukan berarti aku lupain apa yang udah kamu lakuin ke aku. Tapi aku mencoba untuk iklhas dan terima semuanya. Apalagi kita udah mau punya anak, masa harus pisah." sambung Bella dengan wajah cemberutnya.

Athala terkekeh pelan lalu mengangguk. Ia menangkup wajah Bella yang masih cemberut. Mencubit hidung mungil itu dengan gemas. Bella berdecak lalu menatap sinis kearah Athala.

Tapi tak lama, Athala terdiam. Menatap kearah istrinya dengan tatapan sulit diartikan. Bella mengernyit, "Kenapa?" cewek itu memiringkan wajahnya menatap kearah lebih jelas.

"Papa kamu mas-"




"BELLA KELUAR KAMU!!"



to be continue

Jerk Husband Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang