20.

46.6K 3.5K 166
                                    

Di perjalanan hanya ada celotehan antara Zey dan Firman saja. Bella hanya diam melihat kearah samping, memandangi jalanan yang cukup padat. Siang ini, setelah Zey menelepon Firman untuk dimintai mengantarkan mereka berdua ke rumah sakit, Firman langsung mengiyakan dan bergegas pulang dari kantornya. Untung saja, pekerjaan kantor juga tidak terlalu menumpuk.

Apalagi saat melihat wajah putrinya yang pucat, membuat Firman semakin khawatir dan langsung menyemburkan kata-kata yang cukup panjang membuat Zey jengah sendiri memandang suaminya yang mengomel. Sifat suaminya itu tidak pernah berubah semenjak mereka masih pacaran dulu. Zey yang terkesan cuek dan galak, sedangkan Firman mempunyai sifat cerewet dan petakilan.

Bella tersenyum tipis melihat kedua orang tuanya yang berdebat kecil. Kedua orang tuanya itu memang tidak berubah dari dulu. Ada aja yang di ributin. Entah itu masalah besar atau kecil, pasti ribut. Gak pernah tuh diem sedetik aja.

"Gak usah aneh-aneh ya. Pakai segala mau melihara kucing! Aku gak setuju pokoknya." kata Zey memandang datar suaminya itu.

"Loh kenapa sih, Sayang? Kan aku cuma mau melihara anak kucing, lagi pula itu juga satu." balas Firman tak terima.

Zey berdecak sambil mencubit lengan suaminya gemas. "Kamu lupa atau gimana sih? Aku itu alergi sama yang namanya bulu kucing! Kamu mau kalau aku sakit gara-gara deket-deket sama kucing?" ketus Zey.

"Kan kucingnya gak bakalan aku keluarin dari kandang, Sayang. Aku juga tau kalau kamu alergi sama bulu kucing. Aku tuh cuma mau melihara hewan dari pada di rumah gabut." kekeuh Firman membuat Zey semakin kesal.

"TERSERAH!"

Bella tersenyum kecil seraya menggelengkan kepalanya. "Udah lah Pa, gak usah melihara kucing segala. Mama kan alergi bulu kucing walaupun jarah jauh."

Firman berdecak, kini gantian dia yang terlihat kesal. Padahal kan kucing lucu, apalagi kalau bulunya lebat dan juga gemuk. Pasti di peluk enak dan anget. Dari dulu tuh, Firman pengen banget melihara yang namanya kucing kalau enggak kelinci. Tapi istrinya itu selalu ngelarang dan bakalan jual atau kasih ke tetangga yang hobinya juga melihara hewan. Bahkan rumahnya udah kayak kebun binatang.

Seketika sebuah ide muncul di otak Firman. Pria paruh baya itu tersenyum miring tanpa kedua perempuan berbeda umur itu ketahui.

"Liat aja nanti." gumam Firman.

Tak lama, mobil yang mereka kendarai sudah memasuki area parkiran rumah sakit. Ternyata banyak juga mobil ataupun motor yang sudah terparkir rapi di parkiran. Bella menatap ragu kearah rumah sakit 5 lantai ini. Ia jadi takut jika pikirannya itu benar.

Bagaimana kalau pikirannya itu benar? Masalah dengan Athala saja belum selesai.

"Ayo Bell!" teriak Zey membuat Bella tersadar dari lamunannya.

Bella mengangguk lalu membuka pintu mobil. Ia berjalan di tengah-tengah Zey dan Firman dengan tangannya yang di pegang oleh Mama nya. Bella juga sedikit merasa pusing karena dirinya memiliki darah rendah.

"Kamu tunggu aja sama Bella, biar aku daftarin dulu." kata Firman yang diangguki Zey.

Kedua perempuan itu pun melangkah berjalan kearah ruang tunggu. Ternyata pasien yang menunggu tidak sebanyak yang Bella pikirkan. Dan rata-rata yang ingin di periksa adalah anak kecil.

"Bella, kalau misalnya apa yang kamu pikirkan itu terjadi, apa rencana kamu selanjutnya?" tanya Zey memecah keheningan diantara mereka.

Mumpung Firman juga masih mendaftarkan Bella, jadi ini kesempatan untuknya menanyakan apa yang akan di lakukan oleh putrinya. Firman belum mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Jika saja Zey tidak memaksa Bella untuk bercerita, mungkin putrinya itu tidak akan membuka suara.

Bella memandang depan kosong. Sekelabat potongan-potongan malam itu langsung menyambar otaknya begitu saja. Ia tersenyum tipis lalu memandang Mamanya.

"Kalau emang pikiran Bella benar, Bella harus pertahanin apa yang emang harus Bella pertahanin. Kalau pikiran Bella salah, Bella juga masih mau mertahanin tapi mau liat perjuangan Athala dulu, Ma." jawab gadis itu.

Zey menggenggam tangan Bella dengan wajah serius. "Kalau kamu hamil, apa kamu mau nutup-nutupin kehamilan kamu atau kamu mau ngomong sama Athala?" ia bertanya lagi.

Bella kembali tersenyum. "Mau bagaimana pun juga aku hamil karena Athala, dan Athala sebagai ayahnya harus tau, Ma."

"Bell, kamu gak inget apa yang Athala lakukan?" tanya Zey lirih.

"Enggak, Bella gak lupa. Bella inget, inget banget Ma. Tapi mau gimana pun juga, Athala adalah ayahnya. Mau sejauh apapun aku misahin mereka, bakalan ada waktunya, pasti mereka bertemu." celetuknya dengan pikiran dewasa.

Wanita itu tersenyum lembut, masih tak menyangka jika putrinya ini sudah sangat dewasa dan bisa menyelesaikan masalahnya sendiri. Zey juga masih tak percaya jika menantu satu-satunya itu tega berbuat sedemekian rupa.

Zey marah, kecewa, takut putrinya semakin larut dengan sakit hati dan juga masih tetap menyangkal di dalam hati kecilnya. Mau bagaimana pun juga, ia ibu kandung Bella yang pasti akan merasakan juga apa yang putrinya itu rasakan.

Zey langsung membawa Bella kedalam pelukannya. Ia mengelus kepala belakang putrinya yang terbungkus hijab dengan lembut. "Anak Mama udah dewasa sekarang, anak Mama udah bisa nentuin mana yang harus di hindari dan mana yang harus tetap terjaga." celetuknya.

Bella tersenyum dalam dekapan Mamanya dan semakin memeluk erat Zey. "Bella sayang, Mama."

Zey tersenyum, menghapus air matanya dalam diam. "Mama juga sayang sama kamu." balasnya.


"Ehhh kok gak ngajakin Papa sih kalau mau pelukan!" rengekan itu membuat kedua perempuan yang sedang berpelukan langsung melepaskan.

Mereka menoleh dan mendapati Firman yang sudah menekuk wajahnya dengan cemberut. Bella dan Zey saling berpandangan lalu tertawa bersama.

***

Sebenarnya Athala itu tidak bodoh, hanya saja ia dibutakan oleh cinta. Ingat lagu Al-gazali anaknya Ahmad Yani? Cinta itu buta dan tuli, tak melihat tak mendengar. Nah makanya, keadaan itulah yang membuat Athala menjadi pria brengsek dan juga bodoh.

Setelah Lisa mengirim pesan ingin menemuinya, Athala harus berfikir 20 kali lipat sebelum mengiyakan. Bahkan, ia juga tidak langsung membalas, hanya membaca lalu mengembalikan di beranda whatsapp. Butuh waktu bagi Athala untuk bertemu lagi dengan Lisa setelah apa yang perempuan perbuat beberapa tahun silam.

Bahkan sebenarnya alasan mengapa ia mabuk dan berakibat fatal itu bukan hanya karena penyebab Lisa datang ke kehidupannya kembali. Melainkan karena ia juga bimbang dengan perasaannya sendiri. Ketika ia melihat Bella senang, hatinya ikut senang dan menghangat. Ketika ia melihat Bella menangis, ia ingin ikut menangis dan hatinya terasa remuk. Ingat tidak, jika Athala adalah pembenci wanita menangis apalagi menangisi pria sepertinya?

Athala benci saat Bella menyuruhnya menjauh seperti ini. Athala benci ketika ia harus kembali seperti kehidupannya yang dulu. Dia sudah terbiasa akan kehadiran Bella di kehidupannya. Dari awal ia menerima perjodohan itu, Athala memang sudah tertarik pada Bella.

Mendengar kata terakhir yang bella ucapkan membuat hati Athala terasa tertikam oleh batu besar. Malam itu, malam dimana mereka terakhir bertemu. Saling memandang satu sama lain. Saling bertukar suara. Malam itu malam terakhir dan sampai sekarang sudah memasuki minggu ke tiga, mereka tak bertukar sapa dan saling berkomunikasi.

Athala sudah berjanji pada dirinya jika ia akan menyelesaikan masalahnya dahulu pada Lisa. Menanyakan apa misi dan visi cewek itu. Menanyakan apa maksud dari Lisa, kenapa melakukan hal seperti ini.


***


Bella sikapnya dewasa banget, pengen karungin bawa pulang:)))

Jerk Husband Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang