Athala yang umurnya sudah tidak muda lagi serta tak kunjung menikah, membuat Mawar geram sekaligus kesal pada anak laki-laki pertamanya itu. Di umur yang sudah menginjak berkepala tiga, Athala belum juga menemukan jodoh yang pas. Dulu sekali saat pr...
Bella menatap kearah parkiran cafe yang semakin lama semakin sepi. Jam menunjukkan pukul 1 siang tapi sudah sesepi ini. Tangannya sibuk mengaduk-aduk minuman yang dia pesan tadi sembari duduk melihat suasana cafe. Sejuk dan juga menenangkan. Apalagi jika tidak ada orang seperti ini, sangat tenang.
Tentang Arkan, pria itu tadi mengantarkan dia kemari tapi balik lagi karena ada urusan lain. Tentu saja, dalam hati Bella bersorak gembira dan menyuruh Arkan cepat-cepat pulang. Wajah Arkan yang tampak mendelik membuat Bella terbahak. Tapi akhirnya pria itu pergi juga.
Saat matanya menunduk, ada sepasang sepatu yang tepat berada di hadapannya. Sepatu itu adalah sepatu perempuan. higheels. Bella mengernyit lalu mendongakkan kepalanya menatap siapa orang itu.
"Hai, Bella ya?" dengan spontan Bella mengangguk. Cewek itu tersenyum lalu mengulurkan tangannya. "Kenalin, Deva."
Bella menaikkan satu alisnya menatap tangan dan juga wajah cewek bernama Deva itu secara bergantian. Sedikit mengangkat bahunya, Bella menerima jabatan tangan Deva.
Cewek di hadapannya ini terlihat masih muda, sepertinya anak kuliahan. Tapi ketika melihat pakaiannya yang modis dan cukup sexy, membuat Bella menggelengkan kepalanya heran.
"Bella." balasnya tersenyum ramah.
"Boleh duduk?" tanya Deva melirik kearah kursi di sampingnya. "Kalau ganggu, aku cari tempat lain."
Bella tersenyum kikuk lalu dengan cepat dia mempersilahkan Deva duduk tepat di hadapannya. Cewek yang Bella tebak anak kuliahan itu memanggil salah satu pelayan dan mulai memesan.
Sambil menunggu, Deva menatap kearah Bella dari atas sampai bawah. Berdecih dalam hati melihat penampilan Bella yang jauh darinya. Iya, Deva sedang merendahkan Bella.
"Kamu sedang hamil?" tanya Deva basa-basi. Bella menoleh lalu mengangguk. "Berapa bulan?"
"Jalan enam."
"Ohh.." cewek itu membalas hanya dengan berohh ria saja.
"Kayaknya kamu lebih tua dari aku. Gimana kalau aku panggil kamu, Kakak aja?" Deva menaikkan satu alisnya meminta pendapat.
"Terserah kamu, seenaknya kamu aja. Saya gak masalah kalau di panggil nama." jawab Bella tersenyum.
"Oke kak Bella!"
Tak lama, pesanan pun datang. Deva melebarkan senyumnya, dia memesan milkshake chocolate dan juga dessert box rasa tiramisu dan red velved. Tentunya rasa kesukaan Deva.
"Eh mau Deva pesenin, Kak?" tawarnya pada Bella.
Bella menggeleng. "Gak usah, saya cukup minum aja." tolaknya. Deva tersenyum. "Oh oke.."
Saat menatap sekitar, mata Bella terpaku dengan lockscreen Deva yang menampilkan foto seseorang. Laki-laki dengan paras yang tampan, badan tinggi dan kekar. Rambut kecoklatan. Dari pose atau penampilannya Bella merasa tidak asing. Matanya menyipit, jantungnya berdetak tak karuan.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.