30.

31.4K 2.6K 90
                                    

Athala mengernyitkan dahinya saat melihat Bella yang sedari tadi hanya diam setelah pulangnya teman-teman kerja Athala. Bahkan sedari tadi Bella tidak mengubris pertanyaan-pertanyaan yang dia lontarkan. Cewek itu hanya sibuk dengan ponselnya tanpa memperdulikan keberadaannya.

"Kamu kenapa sih, Bell? Dari tadi diem mulu.." keluh Athala memegang punggung tangan istrinya, namun di tepis.

Pria itu sedikit terkejut, namun langsung menetralkan wajahnya setenang mungkin. Walaupun dalam hati masih bertanya-tanya ada apa dengan istrinya itu. Apa ini masih masalah dia membela Bu Lena saat Bella menyebutnya 'kuman' ? Padahal dia juga sudah meminta maaf dan Bella juga mengiyakan permintaan maafnya. Tapi kali ini, apa lagi?

"Bilang sama aku, kamu kenapa? Jangan diem-diem terus, kalau kamu gak bilang aku gak tahu kamu kenapa. Kalau aku gak nanyain nanti di kira gak peka lagi." cibir pria itu mencebikkan bibirnya.

Bella menoleh, menatap Athala dengan wajah datar. Athala meneguk salivanya sambil mengusap tengkuknya yang terasa merinding. Dia menyengir kuda. Saat ini Bella lebih menyeramkan dari pada saat marah karena masalah mereka kemarin.

"Kamu tahu apa kesalahan kamu?" akhirnya, yang di tunggu-tunggu membuka suara juga. Athala menggelengkan kepalanya. "Enggak, emang aku ada salah apa sih??"

Bella tersenyum, namun bukannya senyum manis nan lembut seperti biasa. Namun, kini malah terlihat senyum menyeramkan. Tersenyum miring.

"Aku mau tanya, kamu beneran makan gak sih bekal yang aku buatin biar kamu bawa ke kampus, sebelum kita ada masalah?"

Athala menaikkan satu alisnya lalu memgangguk. "Ya di makan lah, sayang dong istri aku udah masak capek-capek kok gak di makan." jawabnya tersenyum jahil.

Bella semakin menatap datar pria di hadapannya ini. Athala ini sedang tidak tahu situasi atau memang pura-pura tidak tahu?

"Aku tanya beneran loh, At!" gemas Bella.

"Loh aku juga beneran, Sayang. Aku selalu makan pas waktu makan siang. Kan kamu tahu kalau bekal yang aku selalu habis, kamu kenapa sih?" Athala menatap istrinya dengan heran. "Ohh jangan-jangan Bu Lena ya, yang bilang gak-gak ke kamu." pria itu mengangguk paham.

"Sok tau!" Bella mendengus lalu membuang wajahnya.

Athala tersenyum menggoda lalu mencubit kedua pipi istrinya dengan gemas. "Kamu ini mau-mau aja di kibulin sama tante-tante kayak dia. Padahal yang makanannya selalu aku gak makan dari dia, aku selalu kasih ke mahasiswa/mahasiswi yang gak sengaja lewat depan aku. Udah gak usah cemburu.." pria itu menaik turunkan alisnya.

Mata Bella melotot. "Aku gak cemburu!" bantahnya. Athala terbahak. "Halahh, ngaku aja kali kalau cemburu!!!" cibirnya.

"Aku bilang gak cemburu, ya gak cemburu! Ngeyel banget sih!!" cewek itu semakin kekeuh dengan jawabannya.

Athala terkekeh lalu menarik Bella ke dalam pelukannya. "Iya-iya aku percaya kamu gak cemburu. Tapi kamu juga harus percaya dong sama aku kalau aku selalu makan masakan kamu."

Bella mendengus lalu membalas pelukan Athala dan menenggelamkan wajahnya di dada suaminya. "Aku takut kamu main di belakang aku lagi.." lirih cewek itu membuat Athala terdiam.

Tak lama pria itu menghela napas panjang. Dia tersenyum, tangannya mendorong pelan bahu Bella agar pelukan mereka terlepas. Kedua tangannya beralih menangkup wajah istrinya.

"Percaya sama aku kalau aku gak bakal main di belakang sama cewek mana pun. Kalau aku beneran selingkuh, kamu boleh cerain aku dan pergi dari hidup aku. Masalah kemarin, udah cukup buat aku sadar kalau ada kamu di belakang aku. Kamu tempat aku pulang yang sebenarnya."

"Bell, please percaya dan jangan termakan sama ucapan orang lain tanpa ada saksi dan juga ucapan dari beberapa pihak. Apalagi ke makan sama omongannya Bu Lena yang ngehalu. Please, jangan percaya ya?" mohon pria itu menatap Bella serius.

Bella tak bergeming, dia tetap diam di tempat. Jujur, dalam lubuk hatinya dia masih sedikit ragu untuk menerima Athala lagi setelah masalah kemarin. Tapi, ketika mengingat jika ada orang lain yang meminta mempertahankan pernikahan mereka, Bella menjadi mengurungkan niatnya dan mencoba untuk memaafkan. Contohnya saja, bayi kembar yang ada di kandungannya.

Bella tidak mau anaknya lahir tanpa seorang ayah di samping mereka. Walaupun jika semisal mereka berpisah, Bella pasti ikut dengan ornag tuanya--dan pastinya tidak akan kekurangan apapun. Tapi si kembar pasti juga akan kekurangan kasih sayang ayahnya. Bella tidak mau itu.

Akhirnya Bella menghembuskan napasnya lalu mengangguk. Dia menatap Athala sedikit mendongak karena pria itu lebih tinggi darinya. Tangannya terulur menyentuh rahang suaminya dan tersenyum.

"Janji?"

Athala mengangguk semangat dan mengambil alih tangan istrinya dan menggenggamnya erat. "Janji!"



***



"Abang gak mau rencanain buat resepsi pernikahan kalian?" tanya Alana memandang Athala yang ada di hadapannya.

Athala yang tengah memangku Gemini yang menonton kartun di YouTube itu mendongak. Kedua bahunya terangkat, tanda tidak tahu. "Belum kepikiran, setelah kembar lahir, maybe?"

Alana berdecak. "Kelamaan tau kalau nungguin Bella lahiran. Bang dengerin Alana ya, nikah itu sekali seumur hidup. Kalau dua kali atau lebih itu namanya maruk. Nahh, karena idealnya nikah dalam hidup itu cuma sekali, kita harus mengabadikan dengan sebagus mungkin!" cerocos wanita itu.

"Gemini, kamu gak usah dengerin ucapan Mimi sama Papa ya. Kamu tutup kuping kalau perlu. Kalau males, pura-pura gak tau oke?"

Bukannya menjawab, Athala malah berbicara dengan Gemini membuat Alana naik darah. Sedangkan Gemini, gadis cilik itu mendongak lalu tersenyum. Dia melayangkan tanda oke dan kembali lagi menatap ponsel Alana yang sudah menayangkan kartun kesukaannya.

Athala tersenyum sambil mengacak-acak rambut keponakannya itu gemas. "Sip, pinter anak Papa!"

Alana memutar bola matanya malas. "Bukannya di jawab malah bicara sama orang lain!" gerutu wanita itu sebal.

Pria itu menghela napas pelan. "Kan abang gak tahu, All, mau ngadain resepsi kapan. Ini juga harus di bicarain sama orang tua Bella dan mama papa. Abang gak bisa nentuin sendiri mau di adain atau enggak. Toh kita juga udah sah dalam negara dan agama. Kayaknya ijab kabul aja udah cukup deh.."

"Tapi kan lebih baik ada resepsi abang. Kemarin kan kalian nikah tanpa adanya cinta di antara kalian. Nahh, sekarang kan kalian udah saling cinta, harus di abadikan lagi dong!" celetuk Alana menggebu-gebu.

Alis Athala terangkat sebelah. "Siapa bilang waktu ijab kabul abang gak ada cinta sama sekali sama Bella?" tanya pria itu, seketika Alana tersedak minumnya.

"M-maksudnya? A-abang udah cinta gitu?!" mata Alana membola seperti ingin keluar. Bahkan mulutnya juga sudah terbuka saking terkejutnya. "G-gimana bisa?! Bukannya abang cuma ketemu satu hari setelah itu kalian langsung nikah?!" Alana sudah heboh sendiri di tempat.

Athala tersenyum sangat lebar tanpa menjawab kehebohan adiknya yang satu ini.

"Jangan main-main ya bang!!"










to be continue

Jerk Husband Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang