Bara meringis saat Felicia sengaja menekan luka yang ada di wajahnya. Gadis itu terlihat cuek tidak membuka suara. Ia sebenarnya kesal, namun melihat luka-luka yang membiru malah membuatnya khawatir.
"Bersih-bersih, mandi, ganti baju!" ucap Felicia dingin. Ia kembali duduk di sofa panjang.
"Maaf," lirih Bara menggapai tangan Felicia, namun Felicia lebih dulu pergi dari hadapannya.
Tidak ingin membuat gadis itu semakin marah, Bara segera membersihkan diri. Sepeninggalnya Bara, Felicia menyiapkan kotak p3k yang ada di atas meja. Walaupun ia kesal, melihat keadaan Bara seperti itu membuatnya tidak tega.
Masih menggunakan setelan seragam, Felicia duduk di sofa sambil memijat pelan keningnya, hari ini ia merasa cukup lelah. Ada sesuatu hal yang sedari tadi menganggu pikirannya, ia mencoba menepis itu.
Bara sudah kembali segar. Ia menggunakan kaos putih polos dan celana jeans panjang. Tatapannya tertuju pada Felicia yang masih memijat keningnya dengan mata terpejam. Sekarang ia menjadi merasa sangat bersalah. Seharusnya ia tidak kembali dengan keadaan seperti ini, dari dulu Felicia sudah sering mengingatkannya.
"Duduk!"
Bara mendudukan diri di samping gadis itu. Sampai sekarang Felicia belum menampilkan senyumnya. Ia menghela nafas kasar.
Dengan telaten, Felicia membersihkan luka di wajah Bara. Tatapannya fokus, tanpa berniat membuka suara.
Melihat prilaku Felicia membuat Bara bungkam. Ia meraih tangan gadis itu yang sedang menutupi lukanya.
"Sayang."
Felicia mendongakkan kepala. Tatapan mereka beradu. Tangan mereka saling bertautan.
"Kenapa?"
"Maaf."
Felicia melepaskan tangannya, ia membereskan obat-obatan yang masih berserakan. Ia tak menanggapi ucapan Bara.
Bara sudah tidak tahan. Ia menarik tubuh Felicia untuk masuk ke dalam dekapannya. Ia memeluk erat, seakan tidak ingin kehilangan.
Tidak ada penolakan sama sekali dari Felicia. Ia merasa nyaman. Tak lama setelah itu, Felicia melepas pelukannya.Dengan lembut, Felicia mengusap rahang Bara. "Aku nggak pernah larang kamu buat lakuin apa pun, tapi jangan pernah ada luka. Aku nggak suka."
"Maaf. Aku nggak tau bakal kayak gini." Bara kembali memeluk Felicia.
Katakanlah ini berlebihan, Felicia cuman ingin Bara selalu baik-baik saja. Begitupun sebaliknya.
Dalam hati Bara, ia sedang memikirkan bagaimana cara membalas ketua geng Claster yang membuatnya sampai memiliki luka. Jika menyangkut Felicia ia tidak akan melepaskannya semudah itu.
"Jangan diulang lagi! Aku nggak mau lihat kamu kayak gini."
"Iya, aku janji."
"Beneran ya? Awas kalau bohong! Aku nggak mau punya pacar jelek," ucap Felicia yang diakhiri dengan tawaan kecil.
Bara menjadi ikut tertawa. Ia sangat bersyukur, gadisnya selalu mudah memaafkan kesalahan yang ia buat. "Aku masih ganteng gini," balasnya sombong.
"Kamu ih..., awas ya kalau keulang!" Felicia sudah kembali semula. Sifat yang terkadang manja mulai muncul dan Bara menikmati itu.
"Iya, maaf. Nggak lagi kok."
Tiba-tiba Bara merebahkan kepalanya di paha Felicia. Dengan lembut, gadis itu juga mengusap rambut sang kekasih yang masih sedikit basah.
"By."
"Kenapa?"
"Nanti malem jalan ya!"
"Nggak mau ah."
KAMU SEDANG MEMBACA
My King (END)
Teen FictionKeluarga bermarga Raja adalah keluarga yang selalu dihormati. Tidak ada yang berani menentang mereka. Meskipun ada, mereka harus menghilang atau memilih untuk mati. Barata Almaraja. Seorang laki-laki yang paling kejam di keluarga Raja. Apa pun sela...