28. Khawatir dan Kecewa

36.2K 2.6K 230
                                    

Tiga hari terlewat begitu cepat. Dalam waktu itu tak ada masalah yang harus dilewati. Semua terasa aman dan terkendali. Begitupun dengan hubungan Bara dan Felicia. Tiga hari ini mereka tak saling bertemu, terkadang mereka hanya bisa bertukar pesan dan suara.

Jika bertanya bagaimana keadaan Kyla dan Eric. Setelah kejadian malan itu, mereka sampai saat ini masih bisa mengikuti pembelajaran dengan baik. Walaupun Eric mendapatkan beberapa goresan luka di kening dan lengannya akibat melindungi Kyla dari truk yang melintas.

Bel istirahat berbunyi nyaring. Para siswa berhamburan keluar dari kelas masing-masing. Mulai memenuhi kantin yang tadinya tak ada penghuni.

Tiga serangkai cantik berjalan beriringan memasuki kawasan surga dunianya anak pelajar. Mereka menempatkan diri di bagian meja tengah yang masih kosong.

"Lo berdua pesen apa?" tanya Kyla.

"Gue nasgor paket komplit. Jus alpukat jangan lupa," jawab Rea.

Kyla menoleh ke arah Felicia. Sejak pagi tadi sampai sekarang gadis itu lebih banyak diam.

"Lo Fel?" Dia tetap diam sembari menunduk memainkan jarinya.

"WOY!" Rea menggoyahkan bahu Felicia pelan.

Felicia langsung mendongakkan kepala. Menatap Kyla. "Gue air putih aja."

"Itu doang? Nggak makan?" tanya Kyla memastikan untuk terakhir kali.

"Ya." Kyla mengangguk kecil. Ia beranjak pergi ke salah satu penjual yang sekiranya tidak berantre.

Sepeninggalnya Kyla, Rea terdiam sejenak. Tak lama kemudian ia membuka suara untuk memecahkan keheningan.

"Mikirin apa?" Felicia menggeleng singkat.

"Bara kabarnya gimana?"

Nafas Felicia terdengar lesu. "Gue nggak tau, terakhir gue hubungi nggak bisa."

"Kapan?"

"Kemarin malam."

Rea memutar tubuhnya dua puluh derajat. "Emang rencana mau balik kapan?" tanyanya ingin tau.

"Harusnya ini Bara udah sampek," jawab Felicia penuh kekhawatiran.

"Tunggu dulu aja, mungkin lagi di pesawat."

Perkataan Rea ada benarnya. Gadis itu mencoba menenangkan diri. Penerbangan dari negara Prancis sampai Indonesia sangat memakan banyak waktu.

Tiba-tiba Felicia teringat sesuatu. Ia langsung bangkit berdiri. "Gue tinggal bentar Re," ujar Felicia ingin cepat-cepat pergi.

Rea menahan lengannya. "Mau kemana lo?"

"Ke sana bentar."

"Iya, ke sana kemana?"

Felicia melepaskan cekalan Rea. "Bentar."

Gadis itu melangkahkan kakinya cepat. Mencari tempat jauh dari keramaian. Ia tak menghiraukan teriakan Rea yang terus saja memanggil namanya.

Sebenarnya Felicia tak tau harus kemana. Namun kakinya seketika berhenti begitu saja tepat di hadapan area kolam renang cukup luas. Tak ada seorang pun selain Felicia di sini. Ruangan yang begitu besar, tempat dimana para siswa melaksanakan kegiatan pembelajaran olahraga atau ekstrakulikuler.

Felicia merogoh ponselnya di saku. Menghubungi seseorang yang mungkin bisa membantunya mendapatkan kabar sang kekasih.

Tut tut

Kedua kalinya sambungan telepon tak terjawab. Ini disebabkan ibu kota Jakarta lebuh cepat lima jam dari Prancis, tepatnya di ibu kota Paris. Jadi, diperkirakan matahari pagi di sana belum menampakan diri.

My King (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang