31. Papa Mertua

34.6K 2.8K 284
                                    

Felicia mengangkat alisnya saat mendengar teriakan Linda. Raut wajahnya berubah panik. Menatap Radika meminta penjelasan. Dengan langkah lebar, Felicia berlari menuju lantai dua. Diikuti Radika yang mengawatirkan sang putri berlarian menaiki tangga.

"Sayang, jangan lari-lari!" perintah Radika berhasil mengapai tangan Felicia.

"Tenang, jangan lari kayak gini! Kamu bisa jatuh."

Bagaimana bisa Linda berada di kamarnya. Jadi, tadi hanya sandiwara? Felicia pusing memikirkan ini.

"Pa, Papa kok nggak cegah Mama sih??" tanya Felicia kesal.

"Emang di kamar kamu ada apa?" Pertanyaan simple yang keluar dari mulut Radika membuat Felicia langsung bungkam.

"Jadi, apa yang kamu tutupi?" tanya Radika terakhir kali. Felicia menggeleng kuat. Sedangkan pria paruh baya itu terkekeh pelan. Jelas ia tau, jika putrinya itu berbohong.

Selangkah lagi Felicia memasuki kamarnya. Namun ia tak berani. Felicia mengintip mamanya di ambang pintu, tetapi tak lama Linda menyadari kehadirannya.

"Masuk kamu!" ucap Linda menarik tangan Felicia pelan.

Radika yang baru aja masuk seketika langsung terkejut. Menatap nyalang seorang pria yang terbaring di kasur sang putri.

"Maksudnya apa ini?" tanya Radika datar.

Radika tak tahan lagi. "Biar Papa yang urus!"

"Pa jangan, biar Feli aja." Felicia memeluk Radika erat dengan ekspresi penuh permohonan.

"Dia pacar Feli," lirih Felicia. Padangan Linda dan Radika beralih menatapnya. Tentu saja terkejut. Anak satu-satunya mereka ternyata selama ini sudah menjalin hubungan.

Radika menghela nafas berat. "Baiklah, kamu yang urus pria itu. Tapi Papa sama Mama tetap di sini."

Mulut Felicia terbuka sedikit, ia berniat ingin protes. Tetapi, Radika lebih dulu menggelengkan kepala tak mau di bantah.

"Oke," balas Felicia lirih.

Felicia berjalan menghampiri Bara. Duduk di tepi kasur. Gadis itu tak rela jika nanti sang kekasih harus kena marah kedua orang tuanya. Apa lagi Radika. Radika bukan tipe orang yang mudah melepaskan putrinya bersama pria yang asal usulnya belum ia ketahui.

Penglihatan Bara terbuka sedikit demi sedikit saat merasakan usapan lembut di rambutnya. Menyesuaikan cahaya yang masuk.

"Bangun!" bisik Felicia menundukan badannya.

"Good morning sayang" ucap Bara memeluk perut Felicia. Dia belum menyadari kehadiran Radika dan Linda.

Kemudian, Bara membalikkan badan. Menyenderkan tubuhnya ke kepala kasur dengan mata yang belum terbuka sempurna.

Tangan Radika dengan sigap menutup kedua mata sang istri rapat. Ia semakin menatap Bara tak suka.

"Pakai baju cepat!!" ucap Radika sedikit berteriak. Ia tidak ingin Linda melihat bentuk tubuh Bara. Bisa-bisa mata istrinya itu tercemari.

Bara membuka matanya lebar saat mendengar suara orang lain. Ia menyambar bajunya cepat yang berada di tepi kasur. Mereka saling terkejut. Bara tak menyangka kedua orang tua sang kekasih berada di hadapannya. Sama seperti Bara, Radika sangat-sangat lebih terkejut mengetahui pria yang menjadi kekasih putrinya ternyata keturunan keluarga Raja. Tentu saja Radika tau dan kenal betul.

"Saya tunggu di bawah," ucap Radika manatap Bara tajam.

"Feli, ikut Papa!"

Mau tak mau Felicia harus menuruti Radika. Tak mau sang papa semakin marah. Sebelum beranjak dari tempat, Felicia membisikan sesuatu di telinga Bara. "Mandi dulu, kalau udah langsung ke bawah."

My King (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang