Mobil Rea keluar dari kawasan perumahan elite. Kyla melangkahkan kaki memasuki rumahnya yang cukup besar. Sesekali bersenandung ria sambil mengeratkan jaket yang ia pakai.
Langkahnya tiba-tiba terhenti. Tatapannya lurus ke depan setelah ia membuka lebar pintu rumah.
Pyar
Sebuah guci seharga puluhan juta pecah begitu saja. Seorang pria paruh baya berdiri gagah menghadapi seorang wanita cantik, yang tak lain adalah istrinya.
"SEHARUSNYA KAMU TAU, AKU INI KERJA!!"
Wanita itu hanya bisa meneteskan air mata, menatap sang suami lirih. "Aku tau, tapi aku cuman minta perhatian kamu untuk istri dan anak kamu sendiri," ucapnya pelan.
"SUAMI PULANG SEHARUSNYA KAMU SAMBUT, BUKAN MALAH CARI MASALAH."
"DASAR ISTRI NGGAK BERGUNA!!"
Rena mendongakkan kepala. Ia tersenyum tipis. "Ya, aku memang nggak berguna. Setidaknya aku masih memikirkan anak kita, Kyla."
"Kamu pikir aku nggak peduli sama anak itu?" Dirga tak terima dengan perkataan Rena, kemarahannya meningkat.
"Pagi sampai malam kamu kerja, sering tidur di kantor, sering ke luar negeri. Itu yang namanya seorang kepala rumah tangga bertanggung jawab? Sampai-sampai nggak ada waktu sedikit pun buat keluarga."
Plak
Tamparan keras mengenai Rena, wanita itu langsung memegang pipinya yang memerah. Air mata mengalir deras, ia tak menyangka suaminya sendiri melakukan ini. Seakan lupa dengan janji yang telah pria itu ucapkan di masa lalu.
Dirga menatap penuh ketidaksukaan terhadap sang istri. Ia bahkan tak merasa bersalah telah menamparnya. "Jaga ucapanmu! Kamu nggak akan bisa jadi seperti ini kalau bukan karena kerja kerasku!"
"Bahkan sampai jatuh miskin pun aku nggak akan pernah tinggalin kamu." Rena tetap tersenyum tulus. Ia menatap sekilas sang suami, lalu beranjak pergi dari sana.
Mereka tak menyadari kehadiran sang anak. Mata Kyla memanas. Tak satu kali dua kali ia melihat kejadian seperti ini. Beginilah kehidupan Kyla sesungguhnya, tak ada kebahagiaan di dalam keluarga. Selalu pertengkaran yang ia lihat.
Dirga belum bergerak dari tempat, ia malah terkekeh pelan seolah perkataan Rena tak ada artinya. Ia melangkah pergi keluar rumah. Melihat Kyla berdiri di depan pintu membuat Dirga sedikit terkejut, namun ia tak peduli. Pria paruh baya itu langsung melangkah pergi begitu saja tanpa mengatakan apa pun.
Kyla menatap segala penjuru rumahnya. Sangat sunyi, tak ada kehidupan sama sekali. Gadis itu berlari kencang menuju kamar. Menaiki tangga cepat tanpa memikirkan keselamatannya.
Pintu kamar terdorong keras, menimbulkan dentuman nyaring. Seketika tubuhnya melosot ke lantai, menjadikan pintu sebagai senderan. Ia menerawang hidupnya yang tak ada kebahagiaan. Air mata mengalir begitu deras. Kegelapan dan suara isakan memenuhi ruangan ini, seakan tau keadaan gadis itu sekarang. Kedua tangan menarik kuat rambut panjangnya. Tubuh Kyla lelah, terkadang ia memilih menyerah dengan takdir.
Senyuman yang selalu Kyla ciptakan selama ini hanyalah kebohongan. Ia ingin melupakan sejenak semua masalah, ia ingin membuat dirinya sendiri bahagia. Tetapi sampai saat ini pun tak akan pernah bisa. Pertengkaran itu selalu terlintas di pikirannya.
Kyla berdiri dari duduknya. Ia mengusap kasar air mata yang terus saja mengalir.
"AARRRGHHH...!!"
Tangannya menyambar barang-barang di atas meja. Semua berceceran tak terbentuk. Gadis itu berteriak untuk meluapkan kesedihannya.
"Hiks...hiks.... Pa, Ma, Kyla capek."
KAMU SEDANG MEMBACA
My King (END)
Teen FictionKeluarga bermarga Raja adalah keluarga yang selalu dihormati. Tidak ada yang berani menentang mereka. Meskipun ada, mereka harus menghilang atau memilih untuk mati. Barata Almaraja. Seorang laki-laki yang paling kejam di keluarga Raja. Apa pun sela...