Waktu hampir menunjukan pukul 09.00 malam. Eric belum beranjak dari markas The King setelah Bara pergi meninggalkannya seorang diri. Sudah dipastikan jika pria itu kini berada di apartemen sang kekasih tercinta.
Eric tak habis pikir oleh Bara. Pria yang terlihat kejam, berkharisma, dingin, ternyata begitu lemah saat mengenal cinta. Dia benar-benar mencintai Felicia. Apa pun Bara lakukan untuk gadis itu, walaupun Bara tau dampak untuk kedepannya.
Sebelum kehadiran Felicia di Indonesia, Eric pernah memergoki Bara menangis seorang diri di ruang kerjanya. Pria itu menangis sembari menggenggam sebuah foto yang tidak pernah diperlihatkan oleh siapa pun.
Dan sekarang, Bara sedang dalam fase dimana dia harus mempertahankan Felicia di hidupnya. Sangat berat, apa lagi Bara telah berjanji dengan kedua orang tua Felicia untuk menjaga gadis itu.
"Woy...!!"
"Ngapain lo bengong?"
Marva menepuk bahu Eric cukup keras. Pria itu datang bersama Tristan di sampingnya. Tristan mendudukan diri di hadapan Eric dan Marva.
"Lo kenapa sih? Akhir-akhir ini banyak diem aja, nggak kayak biasanya," ucap Marva menatap Eric.
Tristan sama halnya dengan Marva. Biasanya Eric akan terus merecoki Marva dimana pun, tapi entah kenapa pria itu banyak diam. Bahkan sampai saat ini Eric belum membuka suara.
"Lo ada masalah?" tanya Tristan memandangnya intens.
"Kalau ada masalah cerita, jangan diem aja lo. Lo diem mulu kita ya nggak bakal tau apa masalahnya apa," ujar Marva.
Eric menegakkan duduknya. Ia menatap kosong ke depan. "Gue takut Bara kenapa-napa?" lirihnya sendu.
"Hahahaha..., lo kenapa deh tiba-tiba ngomong ngaco gitu. Orang Bara juga baik-baik aja. Lo tau sendiri dari dulu Bara kayak gimana, dia nggak mungkin ada apa-apa," sanggah Marva merasa aneh dengan perkataan Eric yang di luar nalar.
"Gue serius."
"Suatu saat Bara akan terancam."
Perkataan Eric membuat mereka semakin merasa ada yang tidak beres. Namun apa? Kenapa Marva dan Tristan tidak mengetahui?
Tatapan Tristan berubah, ia mulai memahami ini. Bisa ditebak jika Eric sedang menyembunyikan sesuatu.
"Maksud lo apa? Apa yang lo tutupin dari kita??" tanya Tristan yang tampaknya semakin penasaran.
Ingatan Eric telintas perkataan Bara yang menyuruhnya untuk tutup mulut tentang masalah ini. Karena hanya Eric lah yang Bara perintahkan untuk membantunya menjalankan misi.
Namun, Eric tak ada pilihan lain. Keadaan Bara lebih penting. Ia akan mengatakan jujur di hadapan Marva dan Tristan. Yang ia harapkan, semoga mereka berdua bisa membantunya untuk mengawasi Bara.
3 menit diselimuti keheningan. Tristan mengambil pematik di atas meja untuk menghidupkan benda bahaya di sela-sela dua jarinya.
Asap rokok mulai memenuhi sekitar mereka. Tristan menatap Eric heran sambil mengepulkan asap dari mulutnya.
"Woy!! Eric astaga...!!" geram Marva melihat Eric hanya berdiam diri.
Marva dilanda kebingungan. Tak mengerti yang Eric katakan. "Lo kalau ngomong yang jelas! Maksud lo apa? Jangan diem aja anjing!"
Eric menghela nafas dalam-dalam. Ia sudah bulat akan keputusannya. Mungkin Marva dan Tristan harus tau ini.
"Bara ngerencanain sesuatu buat Itzi," ungkap Eric membuat mereka mengerutkan alisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My King (END)
Teen FictionKeluarga bermarga Raja adalah keluarga yang selalu dihormati. Tidak ada yang berani menentang mereka. Meskipun ada, mereka harus menghilang atau memilih untuk mati. Barata Almaraja. Seorang laki-laki yang paling kejam di keluarga Raja. Apa pun sela...