Bocah tampan itu sekarang berada di gendongan Felicia. Tanpa memperdulikan Bara, gadis itu melangkah pergi melewatinya saja, melirik pun tidak.
Bara menghukum orang bersalah boleh, ia tidak pernah melarang. Tetapi bocah kecil ini tidak mengerti apa pun, apa pantas untuk disiksa.
"Sayang."
Felicia menghiraukan panggilan Bara. Ia menaiki tangga menuju ke suatu tempat.
"Sial!!" Bara mengumpat, ia menendang kursi kaya di sampingnya sampai hancur.
"Urus mereka!"
Bara melangkah pergi menyusul Felicia. Pria itu cemas, ia tak sengaja membentaknya.
Di sisi lain, Felicia membawa anak itu entah kemana. Ia tak tau jalan keluar, banyak sekali lorong-lorong dan ruangan terkunci. Sampai akhirnya ia melihat sebuah lorong yang berbeda dari yang lain, lorong itu tampak lebih cerah dan bersih. Ia memilih berjalan ke sana dan ternyata itu adalah jalan menuju taman yang begitu luas dan asri.
Felicia menghela nafas lega. Setidaknya ia bisa menenangkan bocah tampan itu terlebih dahulu yang masih saja menangis. Ia duduk di salah satu kursi panjang. Bocah itu berada di pangkuannya.
"Baby, berhenti menangis oke!" Felicia mengusap lembut air mata yang masih sedikit mengalir.
Bocah itu terunduk lesu. "Mami ama Papi enapa di cana, Ante Antik?"
"Tante juga nggak tau, Baby."
"Baby, jangan sedih! Sekarang ada Tante."
"Nama kamu siapa?"
Bocah itu berpikir sejenak. Ia mengetuk-ngetukkan jari telunjuk di dagu. Felicia terkekeh pelan. "Baby lupa?"
"Nama Kiko itu Ion Ionda."
"Ion Ionda?" Felicia mengulang ucapannya. Bocah itu malah menggeleng kuat.
"No."
"Ion Kiondra?"
"No."
"Dixon Diondra?"
"No."
"Apa dong? Dixon Kiondra?"
Ia mengangguk kuat. "Betul."
"Berarti kamu salah."
"Kiko sayah?"
"Iya, harusnya Dixon Kiondra."
"Ishh..., Kiko ngga bica." Matanya berkaca-kaca. Ia menyembunyikan kepalanya di ceruk leher Felicia.
"Dont cry, Baby! Baby masih kecil, jadi nggak masalah kalau belum bisa."
"Benel?"
"Iya, besok kalau udah besar pasti bicaranya lancar."
Mereka saling bercerita untuk mengalihkan suasana hati Dixon. Sesekali mereka tertawa renyah. Tetapi ada sedikit masalah, perasaan Felicia seakan berkata lain. Seperti tidak ada kebahagiaan di mata Dixon.
Bara muncul di hadapan mereka. Ia tak suka dengan perhatian gadisnya untuk bocah kecil itu. Namun kenapa hatinya merasa hangat melihat tawa mereka. Bara langsung menepis perasaannya.
Felicia yang tau keberadaan Bara bersikap cuek, sama sekali tak menatapnya. Ia malah sibuk menoel-noel pipi tembem Dixon. Dia terlihat sangat tampan dan manis.
"Ante, Kiko akut ama om itu." Dixon mengeratkan kalungan tangannya pada leher Felicia.
"Jangan dilihat!" Bara terkejut dengan respon Felicia. Ia segera mendudukan diri di samping kekasihnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My King (END)
Teen FictionKeluarga bermarga Raja adalah keluarga yang selalu dihormati. Tidak ada yang berani menentang mereka. Meskipun ada, mereka harus menghilang atau memilih untuk mati. Barata Almaraja. Seorang laki-laki yang paling kejam di keluarga Raja. Apa pun sela...