Kicauan burung sedikit terdengar. Cuaca tampak cerah di hari Sabtu ini. Hari dimana para pelajar berlibur sekolah dan menikmati istirahat selama dua hari.
Bel apartemen Felicia berbunyi, ia berlari kecil untuk membuka pintu. Munculah dua orang gadis yang masih menguap lebar. Rambut keduanya bahkan masih acak-acakan membuat Felicia terkekeh geli. Ia juga merasa bersalah menyuruh dua sahabatnya pagi-pagi datang kemari.
"Lo mau ngapain sih, Fel? Gue masih ngantuk nih," gerutu Kyla menggaruk-ngaruk kepalanya tidak gatal.
"Masih jam 7 ini. Liburan waktunya kita rebahan lo malah ganggu kita," tambah Kyla.
"Sumpah kalau ini nggak penting gue pites lo!" ancam Rea menguap kecil.
Tidak tau saja jika Felicia sedang merencanakan sesuatu. "Masuk dulu, ayo!"
Kyla dan Rea berjalan gontai ke ruang tengah, mereka dengan bersamaan menjatuhkan diri di sofa panjang.
"Gue lanjut tidur dulu ya," ucap Rea pelan.
"Ish..., duduk nggak lo berdua!" Felicia menarik tangan mereka kuat agar tidak tertidur.
Mereka tetap memejamkan mata. Felicia masih tak menyerah. Saat mereka sedang asik tarik-menarik. Tiba-tiba ada seseorang datang dengan penampilan yang tidak pantas menjadi tontonan.
"Sayang, baju aku dimana?"
Mata Kyla dan Rea membelalak. Suara itu membuat mereka seketika langsung berdiri tegap. Sedetik kemudian tubuh mereka tak berkutik. Air liur seakan ingin keluar, menatap pemandangan yang sangat indah.
Felicia bingung menatap mereka. Ia segera membalikkan badan karena suara itu membelakanginya.
"BARA!"
Gadis itu berlari cepat menuju sang kekasih. Tanpa aba-aba ia memeluknya erat, menutupi perut sixpack Bara yang tidak terlapisi seulas kain. Pria itu hanya menggunakan celana panjang jeans tanpa atasan.
Felicia menyeretnya menuju kamar, tidak ingin kedua sahabatnya terlalu lama memandang tubuh Bara.
Sesampainya di dalam kamar, Felicia menatap Bara jengkel. Ia mengerutu tak jelas. "Mulai genit sekarang!"
Bara tertawa kencang. Raut wajah Felicia sangat mengemaskan saat cemburu. "Mana aku tau kalau di bawah ada sahabat kamu."
"Ya kan bisa tanya dulu. Jangan ngeselin deh!"
"Suka pamer." Felicia mengerucutkan bibirnya.
Tatapan Bara berubah. Ia tersenyum smirk. Felicia yang menyadari pun merasa takut langsung memalingkan wajah.
Langkah Bara pelan namun pasti, ia berjalan mendekati Felicia. Gadis itu mengigit bibir bawahnya sambil melangkah mundur. Tubuhnya semakin terhimpit tembok. Satu tangan Bara menempel pada tembok di belakang kepala Felicia, satunya lagi ia gunakan menarik pinggang gadis itu mendekat. Tubuh Felicia benar-benar terkurung, ia tidak bisa bergerak.
Felicia menelan ludah susah payah, tubuh sempurna Bara berada di depan mata. Kedua tangannya terangkat untuk menahan dada bidang Bara agar tidak terlalu dekat.
Jarak mereka hanya lima cm, Bara memajukan wajahnya. Refleks Felicia memejamkan mata.
"Sayang." Suara itu membuat Felicia merinding. Rendah namun terasa berat.
"Open your eyes!" Perlahan gadis itu membuka mata, mereka saling menatap.
"Kenapa hm?" Tangan besar Bara mengusap lembut pipinya. Ia sangat menikamati itu.
"Bara." Bara memejamkan mata singkat, hawa tubuhnya berubah. Suara Felicia begitu lembut, bahkan helaan nafasnya pun terasa.
Entah dorongan dari mana, Bara semakin mencondongkan wajah. Tatapannya jatuh pada bibir merah sang kekasih. Deru nafas mereka beradu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My King (END)
Teen FictionKeluarga bermarga Raja adalah keluarga yang selalu dihormati. Tidak ada yang berani menentang mereka. Meskipun ada, mereka harus menghilang atau memilih untuk mati. Barata Almaraja. Seorang laki-laki yang paling kejam di keluarga Raja. Apa pun sela...