Felicia berjalan mendekati Bara dan Aura. Ia tak memutuskan tatapannya dari mereka. Tetapi, di luar dugaan. Tiba-tiba Felicia mengembangkan senyumannya menatap Aura tanpa melirik Bara.
Bara melotot tak percaya dengan apa yang ia lihat. Felicia menggandeng tangan Aura santai meninggalkan Bara seorang diri dengan hati yang tak karuan.
Saat Bara akan mengikuti langkah mereka, Felicia seketika membalikan badan menatap Bara tajam. Yang di tatap seperti itu malah menggaruk tengkuknya salah tingkah.
Bara ingin mengatakan sesuatu, namun jari Felicia terangkat di depan bibir. Menandakan Bara untuk diam. Mulut pria itu mengatup kembali. Ia cari aman, lebih memilih untuk menuruti gadisnya.
"Nggak usah ngikutin kita! Katanya mau ambil buku," perintah Felicia sekaligus menyindir Bara.
"Tapi–"
Perkataan Bara terpotong, Felicia lebih dulu menarik Aura untuk melanjutkan langkahnya.
Aura enggan membuka suara. Dalam hati ia bertanya-tanya. Gadis itu tak marah sedikit pun dengannya. Felicia biasa saja. Bahkan saat menanggapi Bara malah terlihat sangat lucu. Tatapan Felicia untuk Bara tajam, namun tersirat kelembuatan. Aura tau itu.
"Fel, lo salah paham," tutur Aura hati-hati.
"Gue tau," balas Felicia menghentikan langkah di depan mading, diikuti Aura di sampingnya.
"Maksudnya?" tanya Aura gugup. Ia takut rahasia pria itu terbongkar. Bara akan menghukumya jika dia mengira Felicia tau dari dirinya.
"Nggak perlu khawatir, Bara urusan gue."
Tersirat keraguan di raut wajah Aura. "Lo ragu sama gue?" tanya Felicia penuh selidik.
"Eh hmm nggak kok," jawab Aura mencoba meyakinkan diri.
"Bara kenapa sih? Nggak usah takut sama dia," cetus Felicia membuat Aura menelan ludahnya pahit.
Khusus Felicia tentunya. Jika Aura melawan Bara itu sama saja dia menggali kuburnya sendiri. Lebih baik tidak sama sekali berurusan dengan pria kejam itu. Tetapi tak bisa dipungkiri, entah kenapa saat ia berada di sekitar Felicia. Ia merasa gadis itu seperti ada sosok yang berbeda.
"Takut mati gue Fel, Bara serem," gumam Aura. Felicia tertawa renyah.
"Kayak bayi gitu." Aura melotot tak percaya mendengar jawaban Felicia. Iblis seperti dia dibilang bayi. Jiwa Felicia terganggu help, pekik Aura dalam hati.
Aura belum tau saja siapa sebenarnya Felicia. Hanya Bara dan Axel lah yang tau. Suatu hari Queen akan muncul menggemparkan semua. Waiting for the arrival of a queen of darkness.
"Tapi Bara gimana?" tanya Aura takut. Tangannya meremas roknya yang sudah lusuh.
"Biarin aja, pulang sekolah kita kumpul. Dan lo harus ikut," ujar Felicia tak mau dibantah.
"Hah! Gue ikut? Nggak Fel," tolak Aura ketakutan.
"Kenapa?"
"Hmm itu, lo tau sendiri. Di sana semua nggak suka sama gue."
"Udah nggak usah dipikir. Lo dateng aja."
Tidak ingin berlama-lama lagi, Felicia berpamitan lebih dulu memasuki kelasnya karena sebentar lagi guru akan segera datang.
"Gue ke kelas Ra," pamit Felicia. Aura mengangguk singkat.
Felicia berjalan meningalkan Aura yang masih termenung. Banyak pertanyaan di otaknya. Apa saja yang Felicia tau tentangnya? Bagaimana Felicia bisa tau? Yang pasti Aura yakin, Felicia bukan orang sembarangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My King (END)
Teen FictionKeluarga bermarga Raja adalah keluarga yang selalu dihormati. Tidak ada yang berani menentang mereka. Meskipun ada, mereka harus menghilang atau memilih untuk mati. Barata Almaraja. Seorang laki-laki yang paling kejam di keluarga Raja. Apa pun sela...