Jam menunjukan pukul satu siang. Namun, matahari tak terlalu menampakan diri. Sorotan panasnya bahkan tidak membuat orang-orang mengeluarkan tetesan keringat.
Mobil Felicia berhenti tepat di hadapan bangunan luas. Felicia melangkah keluar sembari mengeratkan letak topi yang ia pakai. Saat Felicia akan memasuki markas The King ia dikejutkan oleh Eric yang tiba-tiba berlari kecil keluar dari bangunan itu.
Eric yang melihat Felicia langsung menghampirinya. "Eh cantik, mau ketemu pacar ya?" godanya.
"Bara ada?"
Penglihatan Eric melirik ke belakang. Menatap pintu penuh keraguan.
"Iya, ada. Baru aja tadi Bara ke sini."
"Gue masuk dulu." Belum sempat melangkahkan kaki, lengan Felicia lebih dulu ditahan oleh Eric.
"Jangan-jangan!" cemas Eric.
"Jangan? Kenapa?" tanya Felicia bingung.
Eric mengaruk-garuk kepalanya seraya mencoba untuk mencari alasan agar Felicia tidak memasuki markas.
"Ya..., pokoknya jangan masuk!"
Tidak ingin banyak bicara dan membuang-buang waktu, Felicia melangkah pergi tanpa menghiraukan panggilan dan tangan Eric yang terus menghalangi jalannya.
Cukup kuat Felicia menyingkirkan tubuh Eric menjauh. Pria itu sedikit merintih kesakitan akibat tak sengaja menyenggol tepi mobil Felicia bagian depan.
"Jangan halangi gue masuk!" perintah Felicia tajam.
Pintu terbuka lebar setelah Felicia menempelkan telapak tangannya ke alat pendeteksi. Ia disambut oleh kesunyian di koridor ruangan. Pandangannya menatap sesuatu sejenak, tak lama ia kembali berjalan melewati tangga menuju lantai 2 dan sekarang Felicia telah berdiri di sebuah ruangan yang hanya dirinya berani masuk ke dalam sana.
Tangan Felicia telah bersentuhan dengan besi knop pintu. Sedikit demi sedikit pintu mulai terbuka. Mata Felicia menangkap sebuah kursi single berlapis kulit membelakanginya. Kedatangan gadis itu tak sama sekali menimbulkan suara, jadi seseorang di balik kursi tak merasa terganggu.
Kepulan asap rokok memenuhi area kursi. Felicia berjalan mendekat setelah menutup kembali pintu. Ia tersenyum penuh arti. Terlihat jelas rambut hitam Bara bersender di sana.
Sementara Bara yang duduk di kursi semakin mengeratkan genggaman tangannya pada gelas berisi minuman bening saat mendengar suara tapak kaki seseorang berusaha mendekatinya.
Hanya dengan satu gerakan Bara berhasil membalikkan kursi. Tatapan tajam yang tadinya menatap lantai kini perlahan mendongak ke atas. Gerakan pria itu sekejap berhenti. Kepalan tangannya melunak. Mata mereka saling beradu.
Sadar asap rokok telah memenuhi ruangan, Bara langsung mematikan benda berbahaya itu pada kotak kecil di meja.
Sementara Felicia masih setia berdiri tak jauh dari hadapan Bara sembari melipat kedua tangannya di depan dada. Sedangkan matanya tak lepas menatap sang kekasih.
Tanpa sepatah kata, Felicia mendekati Bara. Gadis cantik itu membungkukkan badan, tangannya mengalung pada leher Bara.
Tubuh Bara melemas, ingin sekali rasanya ia menjatuhkan gelas kaca yang masih di genggamannya. Perilaku Felicia membuat Bara tak berdaya.
"Sayang," panggil Bara sedikit berbisik.
"Ya?"
Hembusan nafas Felicia menerpa wajah Bara. Wangi khas gadis itu selalu berhasil menenangkannya. Bara meletakan gelas di meja. Dengan tarikan cepat Felicia telah berada di pangkuannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My King (END)
Teen FictionKeluarga bermarga Raja adalah keluarga yang selalu dihormati. Tidak ada yang berani menentang mereka. Meskipun ada, mereka harus menghilang atau memilih untuk mati. Barata Almaraja. Seorang laki-laki yang paling kejam di keluarga Raja. Apa pun sela...