15. Kejadian Pinggir Danau

56.4K 3.8K 84
                                    

Tidak ada pergerakan dari mereka berempat. Bara masih menatap ke depan. Sebenarnya ia tak masalah jika sepasang paruh baya itu mengetahui hubungan mereka. Bara malah senang, itu artinya Felicia lebih banyak yang menjaga. Tetapi tidak dengan cara seperti ini, Bara ingin ia yang memberitahu mereka sendiri nanti.

"Jangan menunduk, sayang!" ucap Bara mengusap rambut Felicia lembut.

Luna dan Reno sangat terkejut dengan sikap Bara. Mereka sebagai orang tua saja tidak pernah diperlakukan selembut itu. Ya, mereka adalah orang tua Bara.

Sedikit demi sedikit Felicia mendonggakan kepala. Mereka terpana melihat gadis di hadapannya. Betapa cantiknya gadis itu. Terutama Luna, sesama perempuan ia sangat kagum.

"Malu," gumam Felicia sedikit bersembunyi di punggung Bara. Pria itu terkekeh geli.

Selain cantik, ternyata juga mengemaskan. Itu yang mereka tangkap. Luna tersenyum kecil, ia mendekat ke arah Felicia. Tangannya terulur menggapai tangan gadis itu. Menarik lembut untuk mendekat. Sekarang Felicia sudah berada di tengah-tengah Luna dan Reno.

"Cantik sekali," ungkap Luna.

"Masuk!" ucap Bara membuka apartemen Felicia.

Mereka masuk ke dalam. Felicia sebenarnya hanya takut jika orang tua Bara tidak menyukainya. Karena selama ini ia dan Bara menjalin hubungan tanpa ada yang tau.

Bi Ani baru saja datang dari kampung pagi tadi. Melihat adanya tamu, Bibi langsung beranjak pergi untuk membuatkan minum. Tak berselang lama, Bi Ani datang membawa beberapa gelas minuman di nampan.

Bara dan Felicia duduk bersebelahan, sementara Luna dan Reno duduk di hadapan mereka.

Luna menatap Bara seakan meminta penjelasan. Bara yang paham pun menghadap ke arah Felicia untuk meminta persetujuan. Gadis itu mengangguk setuju.

"Ma, Pa, dia pacar Bara."

"APA? PACAR?" Luna menutup mulutnya tak sengaja berteriak.

"Berapa lama?" tanya Reno. Ia tidak ingin anaknya salah memilih pasangan.

"Satu tahun."

Kedua orang tua Bara kembali terkejut. "Sini, sayang!" ucap Luna menyuruh Felicia untuk duduk di sampingnya. Dengan keraguan, Felicia menuruti perintah wanita cantik itu.

"Kamu nggak diapa-apain Bara kan?" Luna tau bahwa anaknya itu sangat kejam seperti Reno. Ia tidak ingin anaknya berbuat sesuatu yang tidak-tidak dengan gadis cantik sepertinya, apa lagi Felicia terlihat sangat baik.

"Ma," protes Bara tak terima.

"Kenapa? Mama kan tanya sama pacar kamu," balas Luna, Bara menghela nafas kesal.

"Nama kamu siapa, sayang?"

"Felicia, Tante."

"Kok tante. Panggil Mama Luna aja!"

Felicia lega, mama Bara bersikap baik dengannya. Berbeda dengan sang papa yang terlihat dingin. Ia merasa takut.

"Iya Tan, eh... maksudnya Mama Luna."

"Kamu pacar anak saya?" tanya Reno tiba-tiba dengan nada dingin. Jantung Felicia berdetak lebih cepat, ia semakin takut.

"Ashh...." Reno meringis saat Luna mencubit keras pinggangnya.

"Kenapa?"

"Kamu bikin Cia takut!"

Bara mengerutkan alisnya. "Cia?"

"Iya, Cia. Panggilan kesayangan Mama."

Reno merasa bersalah melihat raut wajah Felicia yang ketakuatan. Ia tak bermaksud seperti itu, ia hanya ingin anaknya mendapat yang terbaik.

My King (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang