Akhirnya burger yang Bara pesan sudah berada di genggamannya. Malam semakin larut, tetapi orang-orang yang berdatangan menjadi semakin banyak.
Bara segera berjalan menuju tempat Felicia berada. Ia tak bisa melihat keberadaan gadis itu karena terhalang oleh orang-orang yang berlalu lalang.
Deg
Jantungnya berdetak tak normal. Tatapannya berubah menjadi tajam, ingin sekali menghabisi siapa pun yang ada disekitarnya. Ia tak melepas penglihatannya dari sepasang orang yang berpelukan erat. Bahkan gadisnya terlihat sangat menikmati kebersamaan mereka, sampai-sampai kehadirannya tidak disadari.
Felicia membuka mata. Tatapannya langsung tertuju pada seorang pria yang berdiri gagah di hadapannya. Dengan sigap ia melepas pelukan mereka.
"Bara," gumam Felicia menatap pria itu lembut, namun Bara malah memandangnya dingin.
Pria yang berpelukan dengan Felicia membalikkan badan mengikuti arah pandang gadis itu. Kedua pria itu melakukan kontak mata, saling menatap tajam.
Pria asing itu tersenyum miring, siapa yang tidak kenal dengan pria di hadapannya saat ini. Ia sangat kenal, berbeda dengan Bara yang tidak kenal siapa dia.
Dengan tarikan lembut, pria asing itu merangkul pinggang Felicia. Ia tersenyum remeh ke arah Bara.
Bugh
Bugh
Bara sudah hilang kesabaran. Ia memukul pipi dan menendang perut pria itu sangat kuat. Nafasnya memburu, ia menarik Felicia sedikit kasar untuk mendekat.
Suara pukulan memekikan Felicia, ia terkejut. "LEO!"
Felicia ingin menghampiri pria yang ia panggil Leo itu, namun tangannya dicekal kuat oleh Bara.
"Bara, lepasin!" Dengan tenaga yang ia punya, Felicia berhasil melepaskan cekalan Bara. Ia berlari menuju Leo.
Felicia menuntun Leo untuk duduk di bangkunya tadi. Ia beralih menatap tajam Bara. "Kamu apa-apa sih?!"
Bara tersenyum sinis. "Lebih bela cowok itu dibanding aku. Siapa dia? Selingkuhan kamu."
"Bukan git-"
"Bukan gimana? Ditinggal sebentar udah pelukan sama laki-laki lain!"
Kata-kata itu menusuk hati Felicia. Air matanya mengalir tanpa ia minta. Menatap nanar kekasihnya dengan penuh kelembuatan tanpa adanya amarah.
Ia mencoba tersenyum manis walaupun sulit. "Maaf."
"Maaf? Nggak butuh."
Leo yang tadinya hanya menyaksikan, sekarang ikut berdiri di samping Felicia. Ia tak terima jika gadis tersayangannya sampai dibuat menangis seperti ini.
"Jaga ucapan lo, bangsat!"
Bara hanya diam menatap mereka remeh. "Bawa cewek itu! Gue cabut."
"Dengan senang hati gue bawa sepupu tersayang gue jauh dari bajingan kayak lo."
Tubuh Bara mematung. Ia menatap Felicia yang masih terdapat jejak air mata di wajahnya. Ia kecewa dengan dirinya sendiri. Meruntuki semua ucapannya.
Ardeleo Xarius adalah nama pria itu. Pria misterius yang tidak jauh berbeda dengan Bara. Sama-sama memiliki sifat pemberontak dan kejam. Leo sangat menyayangi Felicia. Bahkan rela melakukan apa pun, nyawa siap ia taruhkan. Sudah tiga tahun mereka tak bertemu dan akhirnya ia di pertemukan di sini.
Felicia beralih membantu Leo untuk pergi dari tempat itu. Saat mereka akan melangkah, Bara lebih dulu menghampiri Felicia.
"Beresin masalah lo! Gue tinggal dulu," ucap Leo. Ia tau bahwa Bara pria yang bisa ia andalkan untuk menjaga Felicia dari musuh keluarga mereka atau pun bahaya lain. Cukup terkejut mengetahui kekasih sepupunya adalah pria berpengaruh di dunia gelap.
KAMU SEDANG MEMBACA
My King (END)
Teen FictionKeluarga bermarga Raja adalah keluarga yang selalu dihormati. Tidak ada yang berani menentang mereka. Meskipun ada, mereka harus menghilang atau memilih untuk mati. Barata Almaraja. Seorang laki-laki yang paling kejam di keluarga Raja. Apa pun sela...