35. Mantan Leo Ternyata?

25.1K 2.2K 379
                                    

Bara tak tahu harus mengatakan apa. Sepeninggalnya gadis baru itu, ia menjadi sedikit gugup. Bara mengeram dalam hati, ia bersumpah tidak akan meninggalkan gadis yang sangat ia cintai sekarang.

Penglihatan Felicia mengikuti perginya gadis bernama Itzi. Punggung Itzi semakin menjauh, membuat penglihatan Felicia beralih menatap Bara.

"Ayo ke kantin," ajak Bara menggenggam tangan Felicia.

Dengan lembut Felicia melepaskan genggaman Bara. Ia menampilkan senyum manisnya. "Kamu duluan aja, nanti aku nyusul selesai anter Rea."

Bara mendesah berat. Terpaksa ia meninggalkan Felicia di saat keadaan berubah rumit. Ia hanya tak ingin sang kekasihnya bertemu gadis licik itu.

Bara dan sahabat-sahabatnya telah menghilang dari hadapan Felicia. Begitu pun mereka bertiga kembali melangkahkan kaki menuju perpustakaan yang sudah ada di depan mata.

Kyla tiba-tiba saja meringis sambil mencengkram perutnya, sontak Felicia dan Rea menghentikan langkah mereka memasuki perpustakaan.

"Napa lo, Kyl?" tanya Rea ikut meringis.

"Nyesel gue makan seblak level 7 tadi pagi," curhat Kyla menahan rasa sakit.

"Terus?" tanya Felicia polos. Padahal Kyla sedang menahan sesuatu yang akan keluar.

"Nggak tahan pengen pup," cicit Kyla pelan.

Tak kuat lagi menahan panggilan alam, Kyla refleks menarik tangan Felicia agar menemaninya ke toilet.

"Woy, mau bawa Feli kemana lo kampret!!" teriak Rea ingin menahan Felicia namun Kyla terlanjur berlari jauh.

"Lo masuk dulu, nanti kalau urusan perut udah selesai gue balik ke sini," balas Kyla juga berteriak sembari terus berlari menarik Felicia.

"Lo cari masalah aja deh Kyl," gerutu Felicia kesal.

"Lah, kok cari masalah?" tanya Kyla mengernyit bingung.

"Lo pagi-pagi ngapain makan seblak? Level 7 lagi." Kyla menyengir kuda. Ia menggaruk tengkuknya tidak gatal. Benar, ini memang salahnya.

Sesampainya di toilet, Kyla langsung bergegas masuk ke dalam salah satu bilik.

"Tunggu gue, Fel!" teriak Kyla dari dalam.

"Buruan," balas Felicia menyenderkan tubuhnya pada wastafel seraya melipat kedua tangan di depan dada.

Felicia menatap jam tangannya sebentar. Untung saja waktu istirahat masih cukup lama, jadi kemungkinan ia bisa menikmati makan siang bersama Bara.

Sementara Rea memasuki perpustakaan dengan bibir yang tak berhenti mengerutu. Menyesal rasanya mengajak Kyla tadi. Padahal tujuannya ia membawa Felicia agar sahabat pintarnya itu dapat membantu mencari buku referensi untuk tugasnya lusa.

Tanpa disadari, seorang pria ikut masuk mengikuti Rea dari belakang.

Suasana di dalam perpustakaan hening. Hanya ada beberapa siswa ambis yang sedang belajar, mengerjakan tugas, atau pun hanya sekedar membaca materi di buku-buku besar itu. Rea mengidik ngeri. Membayangkannya saja otaknya serasa akan pecah menampung segala mata pelajaran yang susah.

Di salah satu bilik rak, Rea kesulitan mencari buku yang diinginkan. Sudah tiga bilik ia telusuri, tetapi masih saja belum mendapatkannya juga.

Saking fokusnya memilah-milah berbagai macam judul buku, Rea sampai tak menyadari ada hal mencurigakan di sekitarnya.

Aktivitas Rea mendadak berhenti. Ia memekik senang saat sebuah tangan seseorang tak dikenal menyalurkan buku yang ia cari dari belakang.

Sedetik setelahnya, otak Rea berpikir. Siapa orang itu? Bagaimana dia bisa tau kalau ia sedang mencari buku fisika keluaran terbaru? Tetapi tetap saja, Rea tak perlu capek-capek mencari lagi.

My King (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang