34. Itzi Liofraya

26.6K 2.3K 285
                                    

Waktu berputar cepat. Hari Minggu tak terasa terlewat begitu saja. Matahari telah menampakan diri dengan sempurna. Pagi ini semua berjalan seperti biasa. Para pelajar kembali dipusingkan oleh kewajiban mereka, yaitu belajar.

Felicia berdiri bak putri menatap cermin besar di hadapannya. Ia telah siap mengenakan seragam lengkap R'J High School yang selalu Felicia banggakan. Sesekali gadis itu membenarkan tataan rambutnya dan posisi dasi yang melingkar rapi di lehernya.

Tangan Felicia berhenti beraktivitas. Matanya fokus manatap dirinya sendiri di depan cermin. Ingatannya tiba-tiba saja berputar pada hari Minggu kemarin. Hari dimana Bara harus bertemu dengan Radika.

Pagi hingga sore Felicia belum bertemu bahkan tidak mendapat kabar dari sang kekasih. Felicia duduk di sofa panjang apartemennya sembari meremas ponsel yang ada di genggamannya. Ia bergerak gelisah, memikirkan pertemuan sang kekasih dan orang tuanya.

Saat sedang diselimuti banyak pertanyaan di otaknya, Felicia dikejutkan oleh suara bel dari luar. Tanpa berpikir panjang, ia langsung berlari untuk melihat siapa yang datang. Benar, Felicia tidak salah lagi. Ia tersenyum lega seraya memberi jalan Bara untuk masuk.

Felicia menutup pintu kembali. Lalu ia menatap Bara seakan banyak pertanyaan yang ingin ia lontarkan dari sorot matanya.

Bara terkekeh pelan. Ia menarik Felicia agar masuk ke dalam pelukannya.

"Kenapa nggak ada kabar?" tanya Felicia mampu membuat Bara menghentikan usapan tangannya pada rambut panjang gadis itu.

Cukup lama Felicia menunggu jawaban atas pertanyaannya yang sederhana. Ia mendongakkan kepala menatap Bara. Pria itu melamun seperti memikirkan sesuatu. Felicia melepaskan pelukannya membuat lamunan Bara buyar.

"Kenapa nggak dijawab?" tanyanya lagi.

"Tadi ada beberapa hal yang harus aku bahas sama Papa kamu," jawab Bara jujur.

"Beneran? Nggak bohongkan?" Felicia menatap Bara penuh selidik.

"Benar, sayang." Dengan gemas Bara mencubit pelan hidung Felicia sambil merangkulnya menuju sofa.

Mereka duduk bersebelahan. Felicia memiringkan badannya menghadap Bara. "Tadi Papa gimana? Papa nggak apa-apain kamu kan? Terus tadi bahas apa kok sampai jam segini?" tanya Felicia ingin tau.

"Satu-satu sayang tanyanya."

"Aku kan udah pernah bilang kalau Papa kamu ngga bakal buat aku luka. Papa kamu aja udah setuju sama hubungan kita."

Mata Felicia membelalak. Apa yang dilakukan Bara hingga Papanya dengan mudah menerimanya? Yang ia tau Radika sulit menerima orang baru yang berdekatan dengan putrinya, apa lagi masalah laki-laki. Felicia sangat dijaga ketat oleh Radika.

"Semudah itu? Kok bisa?"

"Ya bisalah. Kamu nggak tau siapa aku?" Dengan sombongnya Bara menampikan raut wajah yang menjengkelkan menurut Felicia.

"Sombongnya mulai kumat," cetus Felicia melirik Bara sekilas. Yang dilirik sedari tadi sudah tertawa ringan melihat raut mengemaskan Felicia.

"Terus tadi bahas apa?"

"Ada masalah kecil yang harus aku selesain."

"Masalah apa?"

"Biasa, urusan bisnis."

Felicia mengangguk percaya. Namun gerakan kepalanya entah kenapa tak seirama dengan isi hatinya. Ada segores rasa ketidak kepercayaan dari setiap jawaban Bara. Ia ragu sekaligus takut. Sedetik kemudian Felicia langsung menepis rasa itu. Meyakinkan dirinya jika semua pasti akan baik-baik saja.

My King (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang