Hari berlalu cepat. Sabtu kemarin adalah hari yang membosankan. Dan hari Minggu ini, Bara berencana akan menghabiskan waktu berdua bersama sang kekasih. Siapa lagi kalau bukan Felicia. Gadis cantik kesayangannya.
Felicia sudah siap dengan celana jeans pendek dan kemeja putih berlengan panjang yang ia gulung mencapai lengan. Penampilan Felicia sore ini lebih terkesan manis.
"Sayang!"
"Sayang!"
Panggilan Bara terdengar dari lantai bawah. Ternyata pria itu sudah datang dengan mengenakan pakaian yang terlihat simple, kaos putih polos dan celana bahan selutut.
"Iya, sebentar!" teriak Felicia yang masih berada di lantai atas.
Kaki gadis cantik itu mulai menuruni tangga. Bara terlihat sedang memainkan ponsel di ruang tengah.
Entah kenapa hari ini Bara sangat bahagia. Ia akhirnya bisa memiliki waktu bebas bersama sang kekasih tercinta setelah beberapa hari belakangan ini selalu ada masalah.
Bara menoleh saat mendengar suara langkah seseorang. Ia menatap pakaian Felicia yang menurutnya tidak terlalu terbuka.
"Udah siap?" tanya Bara bangkit dari duduknya. Ia menghampiri Felicia, lalu mengusap rambut gadis itu lembut.
"Udah nih," balas Felicia tersenyum cerah.
"Let's go," seru Bara menggenggam tangan sang pacar.
"Bibi, Feli pergi dulu ya!" pamit Felicia dengan suara yang cukup keras karena Bi Ani sedang bersih-bersih di belakang.
Bi Ani berjalan cepat menuju sang nona muda. "Iya Non, hati-hati," balasnya.
"Iya Bi."
Bara dan Felicia keluar dari apartemen gadis itu. Mereka berjalan beriringan menuju lobby utama. Seketika Bara menjadi geram, ia melihat seorang pria yang sedang menatap kekasihnya dengan pandangan mengoda.
"Bangsat!!" desis Bara pelan, namun masih bisa didengar oleh Felicia.
"Hah? Siapa yang bangsat?" tanya Felicia bingung.
"Kamu ngatain aku bangsat ya?!" kesal Felicia menghempaskan tangan Bara digenggamanya.
"Eh sayang, aduh. Maksudnya bukan gitu. Aku nggak ngatain kamu," jelas Bara gelagapan.
"Terus?" ketusnya.
"Itu tadi aku nggak sengaja gigit lidah, sakit jadinya. Nggak sengaja kelepasan," balas Bara yang cukup membuat Felicia percaya.
Mobil hitam milik Bara ternyata sudah disiapkan persis di depan lobby. Bara berjalan terlebih dahulu untuk membukakan pintu untuk Felicia. Dengan romantisnya Bara menggenggam bagian atas pintu mobil agar kepala Felicia tidak terbentur. Setelahnya, Bara segera memasuki mobil juga.
Hari semakin sore. Bara sengaja membawa Felicia pergi pada sore hari karena ia ingin membawa gadisnya menuju sebuah tempat yang menurut Bara sangat indah dan sejuk.
Jam menunjukan pukul 04.00 sore. Kemungkinan perjalanan mereka akan menghabiskan waktu 1 jam. Karena memang tempatnya sedikit jauh dari apartemen Felicia.
Jalanan tidak terlalu ramai. Hanya saja banyak para remaja yang terlihat sedang asik menongkrong di pinggir jalan depan cafe-cafe.
Jangan lupakan satu tangan Bara yang sedari tadi tak lepas dari tangan Felicia. Ia selalu menggenggam tangan sang kekasih, rasa nya Bara sangat takut kehilangan Felicia.
"Kita mau kemana?" tanya Felicia menatap Bara.
Bara tersenyum singkat. "Lihat nanti, kamu pasti bakal suka."
KAMU SEDANG MEMBACA
My King (END)
Teen FictionKeluarga bermarga Raja adalah keluarga yang selalu dihormati. Tidak ada yang berani menentang mereka. Meskipun ada, mereka harus menghilang atau memilih untuk mati. Barata Almaraja. Seorang laki-laki yang paling kejam di keluarga Raja. Apa pun sela...