24. Keanehan Hari Ini

44.3K 3.2K 467
                                    

Mereka semua yang berada di ruang inap Bara asik mengobrol dan sesekali bercanda tawa. Selalu ada topik lucu yang membuat mereka tertawa kencang. Untung saja ruang rawat Bara kedap suara dan memiliki fasilitas lengkap, jadi mereka bebas ingin melakukan apa pun.

"Eh gue ada niatan mau buka usaha kecil-kecilan buat tambah pemasukan," cetus Eric.

"Wah..., gila-gila. Eric udah sadar sekarang," beber Marva bertepuk tangan.

"Mau gue kasih makan apa coba istri tercinta gue nanti. Udah mulai sadar gara-gara denger tipe idaman doi." Eric menjadi girang membicakan gadis yang ia maksud.

Marva mendelik. "Siapa tuh? Gak pernah cerita-cerita lo sekarang sama gue."

"Nanti lah kalau udah pasti gue bawa ke lo pada," balas Eric semangat.

Redo mengangguk-angguk pelan. "Emang mau buka usaha apaan? Siapa tau gue mau jadi karyawan lo," ujarnya.

"Es lilin."

"Hah??" Redo dan Marva serempak memajukan wajahnya tak mengerti.

"Iya, gue mau jualan es lilin di sekolah. Keliling gitu konsepnya," jawab Eric enteng. Tristan menepuk dahinya pelan. Sedangkan Kyla dan Rea sudah tertawa terpingkal-pingkal.

"Ya elah, gue kira usaha apaan. Ternyata jualan es lilin seribuan," sosor Marva kesal.

"Kagak jadi deh gue, bisa ancur reputasi gue nanti," canda Redo.

"Lo pada yang bego. Gue kan tadi bilangnya usaha kecil-kecilan. Ya berarti dari yang paling bawah dulu," jelas Eric santai. Ia seperti seorang gadis yang begitu polos.

"Anak buah The King jualan es lilin. Gak bisa bayangin gue." Marva mencoba membayangkan bagaimana kocaknya wajah Eric yang terkadang sangar menjadi penjual es lilin.

"Ya udah si terima aja. Temen mau mulai usaha tu harusnya didukung biar semangat. Eh ini malah pada ngehujat," gerutu Eric menatap Marva dan Redo sengit.

"Ya lo nggak kira-kira," cetus Tristan menyetujui perkataan mereka.

"Gue dukung kok. Tenang aja, masih ada gue sama Kyla," ucap Rea mengedipkan matanya sebelah.

"Bawang mana bawang??"

Eric bertepuk tangan bangga. "Kalian memang teman yang sesungguhnya, gue jadi terhura," balasnya dramatis.

"Nggak kayak tiga jelmaan setan," sindir Eric.

Felicia sibuk menyuapi kekasihnya, sesekali ia terkekeh pelan mendengar candaan mereka. Di suapan terakhir Bara menggelengkan kepala, mulutnya terasa sangat hambar. Rasanya bubur itu ingin kembali keluar.

"Satu kali lagi." Felicia menyodorkan sendok lagi.

"Nggak mau, hambar sayang," rengek Bara menutup mulutnya rapat.

Gadis itu menghela nafas pasrah. "Oke, aku ke cuci tangan dulu sebentar."

"Jangan lama-lama!" Felicia mengangguk singkat. Bara membenarkan letak tidurnya agar lebih nyaman.

Obrolan mereka tak berhenti sampai di situ. Tak ada lagi selain Eric yang menjadi bahan hujatan saat ini. Dalam hati, Marva bersorak senang melihat kesengsaraan sahabatnya itu yang tak ada habisnya.

Berbeda dengan Bara, ia sedari tadi diam tak memperdulikan ocehan mereka. Entah kenapa seketika pikirannya mengingat seorang gadis yang jelas-jelas telah menolongnya tadi. Sebelum kesadarannya hilang, Bara sempat melihat wajah gadis itu. Bodoh jika dirinya tak mengenal siapa gadis itu. Bara tau betul seorang Queen.

My King (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang