Tristan, Marva, dan Eric melangkahkan kaki lebar memasuki markas Claster. Kali ini mereka menurunkan egonya untuk tidak memikirkan masalah persoalan di antara geng mereka.
Mereka memasuki ruang tengah yang sudah ramai. Rea, Kyla, Aura juga berada di tengah-tengah anggota Claster. Tak hanya itu, Leo pun telah duduk di samping Axel, ketua Claster.
"Gimana? Udah ada kabar?" tanya Tristan duduk di hadapan Leo.
"Belum ada kabar sama sekali," jawab Leo sedikit menunduk. Rambutnya acak-acakan tak tertata rapi. Jantungnya berdebar seolah akan terjadi sesuatu. Ketakuatan menyelimutinya.
"Kemana Bara?" tanya Rea.
"Gue ngga tau, dari sore tadi dia udah nggak bareng kita," balas Eric.
Rea menatap Eric dan lainnya. "Kalian bertiga kemana aja tadi? Kenapa ngga bisa dihubungin?"
"Kita bertiga sebenernya gak tau masalah apa yang terjadi sama Bara. Tiba-tiba Bara marah besar setelah dia masuk ke ruangannya sama salah satu orang suruhan dia. Markas The King banyak yang ancur, jadi kita harus ngurus itu," jelas Marva.
Rea hanya mengangguk singkat. "Oke."
"Sebenernya ini ada apa? Kenapa Felicia disuruh ninggalin negara ini? Lo sebagai sepupunya pasti tau kan Leo?" tanya Kyla menatap Leo dalam.
Leo menyerahkan sebuah map coklat di hadapan inti The King. Tristan mengambil map itu. Ia begitu penasaran dengan map coklat di genggamannya yang sedikit usang. Ada apa di dalam sana.
Ada sebuah surat di dalam map itu. Dan bukti foto-foto dua orang gadis yang salah satu di antara mereka Tristan sangat mengenalinya.
Deg
Raut wajah Tristan berubah drastis. Jantungnya tak normal. Apa yang sebenarnya dulu pernah terjadi? Kenapa manakutkan seperti ini.
Foto-foto itu jelas sekali banyak pertumpahan darah. Gambar yang masih jelas, tak rusak sedikit pun. Bukti-bukti yang begitu kuat. Dan satu yang membuat tangan Tristan bergetar kecil.
Surat kematian. Dan nama itu. Nama yang tercetak jelas di dalam surat. Kenapa mirip seperti dia.
"Ini nggak mungkin kan?" tanya Tristan bergumam. Wajahnya memucat.
Srak
Eric menyaut semua isi map coklat itu. Ia begitu penasaran. Seserius itu kah sampai Tristan terdiam seperti batu. Marva yang berada di samping Eric ikut membaca dan melihat foto-foto itu.
Dan ya. Mereka tidak percaya itu. Tangan Marva lemas. Ia manaruh foto-foto itu di atas meja. Kenapa semua begitu rumit. Ternyata orang- orang di sekitarnya adalah orang yang begitu berbahaya. Tidak mereka sangka.
"Ini nggak mungkin," lirih Marva menghela nafas dalam.
Rea menatap Aura yang seolah telah mengetahui semua. Paham dengan tatapan Rea, Aura mengambil foto-foto itu dan surat yang sudah berada di atas meja.
"Kalian baca ini," ujar Aura menyerahkan isi map kepada Rea dan Kyla.
Mereka melihat dengan begitu teliti. Tak ada yang terlewati. Takut saat akan melihat foto di tangan Kyla. Rea membekap mulutnya setelah memahami semua.
Tes
Setetes air mata jatuh dari mata cantik Rea. "Felicia dalam bahaya," gumamnya.
"Nggak, Felicia bakal baik-baik aja," kekeh Kyla dengan tatapan kosong. Tubuhnya melemas.
Sedangkan di tempat lain, seorang wanita paruh baya sedari tadi menunggu balasan dari sang suami. Ia menggenggam ponselnya gelisah. Banyak pertanyaan di otaknya. Kenapa Radika dan sang putri sama sekali tidak ada kabar.
KAMU SEDANG MEMBACA
My King (END)
Teen FictionKeluarga bermarga Raja adalah keluarga yang selalu dihormati. Tidak ada yang berani menentang mereka. Meskipun ada, mereka harus menghilang atau memilih untuk mati. Barata Almaraja. Seorang laki-laki yang paling kejam di keluarga Raja. Apa pun sela...