36. The King dan Claster

28.3K 2.4K 246
                                    

"Bara."

Bara langsung menjauh dari tubuh Itzi. Cepat-cepat tangannya memasukan kembali sebuah benda ke dalam saku celananya. Ia tersenyum misterius. Lihat apa yang akan terjadi! Ya, ia memang menikmati. Menikmati apa yang sedang ia rencanakan.

"Aura."

Gadis itu adalah Aura. Gadis yang tak sengaja lewat dan berakhir melihat pemandangan tak terduga yang dilakukan kekasih Felicia dan gadis asing itu.

Tanpa berkata apa pun, Bara melangkah pergi meninggalkan mereka berdua. Tetapi, ia berhenti sejenak di hadapan Aura sembari menatap gadis itu penuh peringatan.

"Sekarang tugas lo!" perintah Bara sangat pelan. Hanya Aura lah yang dapat mendengar. Gadis itu berdiri kaku, takut mendongakkan kepalanya.

Bara menghilang dari balik pintu. Ia berjalan menuju kelas. Sedangkan Itzi melangkahkan kaki cepat agar ia bisa mencegah Bara pergi. Saat akan keluar ruangan, tiba-tiba Itzi meringis kesakitan pada lengannya.

"Arghh!"

"Awsss...!"

Darah menetes mengenai lantai dingin. Itzi tak mengerti kenapa lengannya mengeluarkan darah dan seperti ada goresan lebar di sana.

Itzi menatap loker tempatnya tadi bersender. Kawat kecil menantap di pinggir salah satu loker, pantas saja jika lengannya terluka. Sulit dipercaya, darah Itzi tak berhenti. Bahkan lengannya terasa sangat sakit.

Aura yang melihat itu menjadi panik. Ia menghampiri Itzi dan menuntunnya menuju UKS.

"Eh lo mau bawa gue kemana?" tanya Itzi lirih. Ia menjadi lemas, semakin tak tahan untuk tetap menompang tubuhnya.

"Gue PMR." Itzi mengangguk paham. Aura menahan tubuh Itzi agar tidak jatuh.

Di UKS, energi Itzi terkuras habis. Tubuh gadis itu tak tahan lagi, untung saja Aura lebih dulu membawa Itzi ke atas brankar sebelum dia jatuh.

"Kenapa bisa gini?" gumam Aura memeriksa luka Itzi.

"Mana gue tau. Lo nggak usah banyak bacot! Cepet ini kelarin!" sanggah Itzi sinis.

Aura mendesis kesal. Apakah gadis itu tidak pernah diajarkan cara berterima kasih dan sopan santun? Jika tidak, pantas saja sangat kasar dan bermulut pedas.

Tidak ingin berlama-lama disatu ruangan bersama Itzi, Aura melakukan tugasnya dengan gesit. Ia memberikan beberapa tetes cairan bening yang ia bawa di sakunya. Setelahnya, ia mengoleskan obat merah dan segera membalut luka itu dengan perban.

Sedari tadi Itzi memejamkan mata karena tubuhnya yang lemas. Bukannya reda, rasa sakit itu semakin menguasai lengan Itzi.

"Udah," ucap Aura membereskan barang-barang yang sudah ia gunakan.

Itzi bangun dari tidurannya. Ia menatap lekat Aura. Hanya berlangsung 5 detik, Itzi beranjak pergi tanpa sepatah kata pun.

Aura mengeluarkan smirk tipis sembari menatap punggung Itzi menjauh. "Dasar!"

"Gue kira lo pintar, ternyata nggak jauh beda sama idiot," ejek Aura menggenggam sebuah botol tetes kecil di tangannya.

Ia mengambil ponselnya di atas nakas UKS. Mengetikan pesan singkat untuk seseorang.

To : 08xxxxxxxx

Done

Telah selesai melaksanakan tugasnya, Aura langsung keluar dari ruang UKS. Saat ia sampai di ambang pintu, Aura dikagetkan oleh kemunculan sahabatnya.

"Aura, ngapain lo di sini?"

"Eh Njel. Tadi ada siswa luka, jadi gue bantuin."

"Tapi kan lo nggak PMR."

My King (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang