Bangunan sederhana di tengah-tengah lahan jauh dari keramaian para penduduk tempak bediri gagah sekaligus menyeramkan pada waktu yang sama.
Grafiti tengkorak raksasa memenuhi dinding depan. Di bagian tengah terdapat sebuah pintu kayu menjulang tinggi yang dijaga ketat oleh dua anggota Claster bertubuh besar.
Menginjakan kaki di kawasan ini, berarti mereka telah memasuki markas kebanggaan Claster. Geng menakutkan dan pemberontak.
Suara deru motor mendekati markas. Mereka memakirkan motor berjejer dengan rapi. Tak lupa mobil merah milik Felicia berhenti di belakang motor mereka.
Kelima anggota inti The King mengedarkan pandangan meneliti setiap sudut markas sang rival. Kecuali Bara yang sedari tadi menunjukan raut wajah tak bersahabat.
Bara meletakan helm kasar di atas motor. Pandangan pria itu tak lepas menatap sepasang manusia berbeda gender tampak bermesraan di hadapannya.
"Ngga takut? Bara mukanya udah serem gitu," ucap Axel mengidik ngeri sembari melirik Bara sekilas.
"Udah biarin aja, ayo!" Felicia kembali memapah Axel yang baru saja keluar dari mobil Felicia.
Bara mendelikkan mata. Apa-apaan ini, gadis tercintanya lewat begitu saja di hadapannya tanpa menyapa bahkan meliriknya sedikit pun. Menyedihkan.
Anggota Claster menyambut kedatangan sang rival dengan tatapan permusuhan. Tak hanya itu, mereka juga dikagetkan oleh kedatangan seorang gadis cantik tak dikenal begitu dekat dengan Axel, ketua mereka.
Axel, Felicia, dan para sahabat mereka sudah memasuki markas. Namun saat anggota The King ingin masuk, mereka langsung dihadang oleh dua pria penjaga pintu.
Axel menghentikan langkahnya, ia membalikan badan. "Biarkan mereka masuk!" perintah Axel tajam.
Mereka sedikit tertunduk, mematuhi perintah sang ketua.
Di ruang tengah, mereka mendudukan diri di sofa panjang. Kecuali Bara, suasana hatinya masih tidak mendukung. Ia menyendiri duduk di sofa kecil yang hanya bisa ditempati oleh dua orang.
Zeen, salah satu inti Claster mendekati Axel. Dia memberikan kotak p3k yang langsung diterima Felicia.
"Biar gue aja yang ngobatin," ucap Felicia.
Tangan Felicia terangkat ingin membersihkan luka Axel di bagian wajah, namun tiba-tiba sebuah tangan menariknya bangkit menjauh dari Axel.
"Jangan pernah sentuh muka cowok lain!" Kesabaran Bara habis, tubuhnya panas terasa terbakar.
"Iya sayangku," balas Felicia tersenyum kecil. Jika Bara yang memerintahnya langsung, ia pasti akan menurut.
Dalam hati Bara, ia berteriak keras. Murahan sekali tubuhnya. Lihatlah, Felicia hanya menyentuh pipinya saja ia seketika kembali luluh. Menggelikan.
"Ya elah si Bos lembek amat," ejek Eric santai.
"LAKIK gitu lo kalau sama cewek," timpal Marva seraya menirukan gaya strong.
"LAKIK pala lu. Lo kemaren ditinggal pacar lo selingkuh aja mewek," sambar Ciko.
Marva menggaruk-garuk tengkuknya tidak gatal. "Ya gimana lagi, gue udah terlanjur cinta sama dia."
"Makan tu cinta," sembur Tristan sambil membuka aplikasi game yang ada di ponselnya.
Ardi menunjuk-nunjuk Tristan sembari menggelengkan kepala berulang kali. "Maklum ye kagak pernah suka ma cewek. Bawaannya emosi mulu kalau ngomongin cinta."
"Biasalah, pacaran sama game dia ntar," tambah Marva.
"Jangan salah lu pada. Diem-diem Tristan mabarnya sama ciwi-ciwi beh cantiknya bikin ngelus dada," ungkap Eric dihadiahi tanjoran dari Tristan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My King (END)
Teen FictionKeluarga bermarga Raja adalah keluarga yang selalu dihormati. Tidak ada yang berani menentang mereka. Meskipun ada, mereka harus menghilang atau memilih untuk mati. Barata Almaraja. Seorang laki-laki yang paling kejam di keluarga Raja. Apa pun sela...