Allcy berjalan keluar kelas dengan diikuti oleh ketiga temannya. Elizabeth melangkah dengan pandangan menunduk saat hampir seluruh pasang mata menatap kearahnya.
"Tenang saja, El. Kau tak perlu takut, ada kami yang akan melindungi mu jika mereka berani macam-macam dengan mu." bisik Kate tepat di samping telinga Elizabeth.
Elizabeth mengangguk.
Mereka berempat berjalan menuju keluar gedung sekolah. Jam pulang sekolah memang sudah berbunyi sejak sepuluh menit yang lalu, tapi mereka menunggu Kate yang sedang menulis catatan hingga membuat mereka terlambat untuk keluar kelas.
Mata Allcy menangkap sebuah pria paruh baya yang sedang berdiri di samping mobil mewah dengan masker hitam yang menutup bagian hidung dan mulutnya. Mata nya menyipit untuk memastikan orang itu siapa.
"Apakah dia sopir mu?" tanya Allcy pada Elizabeth sambil menunjuk kearah pria tegap itu.
Elizabeth mengikuti arah yang ditunjukkan oleh Allcy, begitu juga dengan Kate dan Jenni.
"Iya, dia sopir ku." balas Elizabeth dengan nada rendah.
"Wahh, sopirnya saja badannya tegap, besar dan gagah. Gimana dengan bodyguard nya?" bisik Kate pada Jenni.
"Jangan jadi kampungan, Daddy mu punya bodyguard juga kan?" balas Jenni dengan malas.
"Iya, juga. Apakah mereka memiliki berbagai macam bentuk tubuh?"
"Ya, mereka memiliki banyak bentuk tubuh. Ada yang melayang tanpa badan, ada yang berjalan dengan tubuh bengkok, dan ada juga orang yang tak memiliki akal seperti mu." sarkas Jenni.
"Sopir ku sudah menunggu, aku pamit duluan ya. Terima kasih telah mau menjadi teman ku." ujar Elizabeth dengan tulus.
"Tak perlu berterima kasih. Kami akan berteman dengan siapapun selama orang itu baik." balas Kate.
Elizabeth berjalan kearah mobil mewahnya. Ia menyapa sopirnya sebelum masuk kedalam mobil. Tatapan mata Allcy tak lepas dari sopir pribadi Elizabeth.
Entah mengapa, Allcy juga merasa tatapan sopir itu juga mengarah padanya.
"Allcy, apakah kau sedang melihat sesuatu?" tanya Jenni.
"Ah tidak, aku hanya memastikan Elizabeth hingga masuk kedalam mobilnya. Kau tau kan, banyak yang tak menyukai anak itu. Aku takutnya jika dia dihadang oleh anak-anak nakal disini."
Kate menatap jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya.
"Ayo, kita pergi. Apakah kita langsung pulang atau ingin menikmati secangkir kopi di cafe?" tanya Kate.
Allcy menggelengkan kepalanya. "Tidak, aku langsung pulang saja. Aku ingin menyelesaikan tugas-tugas sekolah ku."
"Oh ayolah, Al. Kau jangan terlalu rajin untuk hari ini. Lupakan dulu tugas sekolah, kesenangan kita lebih utama." ujar Kate.
"Jangan dengarkan manusia satu ini, Al. Laksanakan saja kewajiban mu sebagai seorang siswi yang rajin. Aku akan mengurus mahluk satu ini." ketus Jenni.
Jenni menyeret Kate untuk pergi menjauh. Allcy hanya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum saat melihat tingkah kedua sahabatnya.
Allcy pun berjalan menuju kearah teman-temannya.
A few moments later
Allcy memasuki mansion milik Mad yang megah ini dengan langkah gontai.
"Kakak..." Allcy melihat Adrian-adiknya sedang berlari kearahnya dengan ekspresi senangnya.
"Ada apa adikku sayang?" tanya Allcy dengan lembut. Ia sangat gemas dengan adiknya yang satu ini. Pipinya yang merah nan gembul, seakan memancing Allcy untuk menghujam pipi Adrian dengan ciuman.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dangerous Mafia
ActionOlivya adalah seorang gadis lugu yang masuk dalam kehidupan seorang mafia. Ia terserang oleh obsessi dan cinta dari mafia yang telah menculiknya. Trauma akan mafia, perlahan akan menghilang sejak ia mengenal sosok Madrick Vallencio yang menjabat seb...