54. Diary Allcy(?)

15.7K 813 215
                                    

Three days later.

Olivya berdiri mondar-mandir di depan pintu mansion untuk menanti kedatangan seseorang yang sudah ia tunggu-tunggu. Matanya terus melirik kearah jarum jam yang sudah hampir menunjukkan pukul sebelas malam.

Olivya menggigit ujung kukunya untuk menyalurkan rasa kekhawatiran yang ia rasakan.

"Apakah dia tidak akan kembali lagi?" tanya nya pada dirinya sendiri.

"Ah tidak mungkin, dia telah berjanji akan kembali." sambungnya untuk membuang jauh-jauh pikiran buruknya.

Di sisi lain.

Mad duduk terdiam di kursi panjang yang terdapat di pinggir jalan trotoar. Malam ini dirinya diliputi rasa takut, khawatir, dan frustasi. Sudah hampir satu jam dirinya duduk disini dengan hembusan angin malam yang menerpa wajahnya.

Tentu saja dirinya tidak sendirian. Ada seorang Polisi yang terus mengamatinya dari jauh. Risih? Tentu saja. Namun mau bagaimana lagi?

Mad menghembuskan nafasnya dengan berat. Ia masih belum berani pulang ke mansion dengan membawa kabar yang entah bisa di terima oleh istrinya atau tidak. Mad begitu takut harus mengatakan hal ini pada istrinya. Anggap saja dia pengecut di depan istrinya.

"Ohhh, come on Mad. You can!!! Aghh." teriak Mad dengan frustasi.

Mad tersenyum miring. Ia menertawakan nasib dirinya sendiri. Ini telah berakhir, kisahnya akan berakhir. Tidak terdapat kelanjutan, jika ada, itu hanya omong kosong. Kisahnya berakhir, semua berakhir. Dia akan pergi, meninggalkan semuanya yang memang harus ditinggalkan.

Mad merasa muak dengan alur hidupnya. Ia rasa, inilah hukuman yang pantas untuk hidupnya.

"Shit!" Mad mengumpat saat senyum cantik Olivya melintas di benaknya. Ia lemah, ia lemah dengan senyuman itu.

Mad berdiri dari duduknya. Ia berjalan mendekat kearah salah seorang Polisi dan meminta sebatang rokok untuk menyalurkan beban pikiran yang ada di kepalanya. Polisi itu pun memberikannya saja, lengkap dengan korek api nya.

Mad bersandar di kap mobil Polisi. Di hembuskan asap rokok ke udara dengan perlahan. Para Polisi menatap Mad dengan tatapan kasihan sekaligus menjengkelkan. Polisi tau jika Mad sangat lelah malam ini.

"Apakah kau siap?" tanya salah satu Polisi berbadan gemuk.

Mad melirik sekilas kearah Polisi berbadan gemuk itu dan menghembuskan asap rokok dari dua lubang hidungnya.

"Entahlah." balas Mad dengan singkat.

"Kau harus pulang. Istrimu pasti menunggumu kedatangan mu–"

"Untuk yang terakhir kalinya?" potong Mad dengan senyuman miringnya.

Polisi itupun terdiam. Ia tak tau harus berkata apa lagi.

"Biarkan dia menunggu." sambung Mad dan kembali menyesap rokoknya.

"Apakah kau tega?"

"Aku tidak akan tega lagi jika harus mengatakan hal yang sebenarnya."

"Sebaiknya istrimu harus tau sekarang."

"Aku takut harus menghadapi ekspresi nya nanti."

"Itu urusan mu. Sekarang masuk mobil dan kita akan mengantarmu menuju mansion mu. Kami juga butuh istirahat malam ini." sahut seorang Polisi berbadan kurus, berkulit hitam, serta tinggi badan yang hampir menyamai tinggi badan Mad.

Mad pun menurut. Ia masuk kedalam mobil Polisi. Sebelumnya, ia membuang putung rokok yang sudah pendek.

Mad menatap kearah luar jendela pintu mobil dengan tatapan kosong. Beberapa kali ia menghembuskan nafas dengan gusar. Mobil ini melaju semakin dekat ke mansion nya. Padahal, ia masih belum ada nyali untuk menjumpai istrinya.

My Dangerous Mafia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang