11. Mencoba Bunuh Diri.

66.7K 3.4K 137
                                    

Brakk

"Tuan, Nona Olivya mencoba lompat dari balkon kamar!" Mad yang tengah menenangkan kepalanya kembali tersentak. Secepat kilat ia berdiri dan menuju kamarnya. Ia melihat Olivya yang tengah mencoba mencoba menaiki railing balkon. Namun, kedua tangannya ditahan oleh pengawal Mad.

Mad berjalan kearah Olivya. Dengan kasar, Mad membalikan tubuh Olivya hingga menatap dirinya. Tubuhnya gemetar karena tangis. "You crazy hah?!" bentak Mad dengan amarah yang meluap.

Mad memberikan isyarat kepada pengawalnya untuk pergi meninggalkan Mad dan Olivya sendiri.

"Olivya?" Verlyn datang dengan wajah yang terkejut.  Dari ambang pintu Ia melihat Olivya yang tengah berhadapan dengan Mad. Salah pengawal Mad yang baru keluar dari kamar Mad memberikan isyarat untuk meninggalkan Olivya dan Madrick berdua. Verlyn pun mengangguk dan pergi meninggalkan kamar Mad.

Olivya menangis sesenggukan. Jujur, Olivya paling tak bisa jika harus dibentak. Paling tidak bisa.

Mad memegang pipi Olivya dengan sedikit kasar, hingga matanya bertemu dengan mata sembab Olivya.
"I say with you Olivya. Look at me!!" desis Mad dengan tajam.

"What are you doing hah?! Try kill yourself hah?!" Olivya semakin deras mengguyur airmatanya.

"I ask you, Vya. Tell me!! What Are you doing?" tanya Mad dengan suara yang melembut.

"Yes, i want kill myself. My life is useless!!" balas Olivya dengan mengibaskan kedua tangan Mad yang memegang pipinya. Mad memegang tangan Olivya, namun langsung dihempas oleh Olivya.

"Don't touch me, Jerk!" bentak Olivya.

"I'm so sorry Olivya. Aku hanya-"

"Shut up, Jerk! I not want hear your voice!!" Potong Olivya.

"Semuanya akan-"

"Fuck of everything!! I don't care with you. Now, leave me alone. I can't stay here with a Bastard." potong Olivya lagi.

Mad maju kearah Olivya. Hingga jarak mereka hanya tinggal beberapa senti.
"Jangan harap bisa lepas dariku, Vya. Itu takkan terjadi" desis Mad.

"Hiks... Aku sudah terlalu tertekan. Tolong, jangan tambahi beban hidupku. Hikss... Aku hanya sebatang kara, aku tak punya siapapun disini." balas Olivya dengan tangisan yang pilu. Mad merasa teriris mendengar tangisan gadisnya. Ia memeluk tubuh mungil Olivya dengan sangat erat. Ia mengelus surai panjang milik Olivya. Tangisan gadisnya sedikit mulai tenang, deru nafasnya pun teratur. Mad tahu, Olivya telah tertidur dipelukannya. Mad membopong tubuh mungil Olivya dengan sangat hati-hati.

"Dad, Mom, Kak Ranelly." Olivya mengingau dengan menyebut anggota keluarganya.

"Kak, Olivya ingin ikut. Hiks..." gumam Olivya di tidurnya.

"Sstttt, tenang Olivya." bisik Mad dengan mengelus puncak kepala Olivya. Si Olivya pun sedikit tenang.

Mad bangkit dari duduknya dan mengangkat selimutnya untuk menutupi tubuh Olivya hingga ke dada. Mad mengecup puncak kepala Olivya dengan perlahan.
"Nice dream baby." bisik Mad sebelum akhirnya pergi beranjak keluar kamar.

Didepan kamar, Mad mendapati Verlyn yang tengah duduk manis disebelah pintu kamar Olivya. Verlyn langsung berdiri saat tau Mad sudah keluar dari kamar Olivya. "Bagaimana kondisi Olivya?" tanya Verlyn dengan raut wajah yang terlihat khawatir. Bagaimana pun juga, Verlyn telah menganggap Olivya seperti kakaknya sendiri.

"Kamu pikir saya dokter?" balas Mad dengan ketus. Verlyn menghembuskan nafasnya dengan gusar. "Aku tau kamu bukan dokter, tapi mafia." balas Verlyn.

My Dangerous Mafia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang