Olivya merasa tidurnya ada yang mengganggu. Ia membuka matanya perlahan dan tatapannya langsung menuju pada sebuah wajah yang begitu dekat dengannya. Seketika, Olivya langsung membuka lebar matanya.
"Aaaaaaaaa" Olivya menampar wajah yang berada didepannya secara spontan.
"Awwww." ringis Mad sambil memegang wajahnya yang terasa panas karena tamparan yang cukup keras dari Olivya. Mad juga seorang manusia yang memiliki rasa sakit, tapi sebuah tamparan dari Olivya bukanlah hal yang perlu diragukan, tamparan yang menurutnya tak begitu menyakitkan.
Mad memundurkan tubuhnya, ia melihat Olivya yang mulai bangkit dari tidurnya. Olivya menatap telapak tangannya yang usai menampar wajah Mad.
"Apakah sakit?" tanya Olivya dengan mimik wajah yang merasa bersalah.
"Tidak, sudah lupakan. Ayo makan, pizza mu sudah datang." Mad melangkah kembali duduk di kursi kerjanya.
Mata Olivya tetap tertuju pada Mad, lalu tertuju pada tiga tumpuk pizza yang berukuran besar.
"Kau tak makan?" tanya Olivya sambil mengambil satu kotak pizza.
"Duluan saja, aku masih sibuk." jawab Mad dengan singkat tanpa menatap Olivya sedikitpun.
"Boleh aku tau, kau sibuk apa?"
"Hanya kerjaan kantor, tidak lebih."
Olivya bangkit dari duduknya, ia berjalan kearah meja Mad dan duduk tepat di depan Mad yang berkutik dengan laptop.
"Kita akan tetap makan bersama. Kau bekerja, aku akan menyuapimu." Olivya membuka kotak pizza dan mengambil satu potongan pizza. Ia mengarahkan tangannya untuk menyuapi Mad. Mad berhenti sejenak, ia menatap pizza yang diulurkan oleh Olivya padanya. Mad menggigit ujung potongan pizza, ia menatap Olivya yang tersenyum dan senyumannya pun terbit walau tipis.
Olivya memakan pizza tepat pada gigitan Mad. Ia mengunyah dengan sangat lahap. Memang, perutnya minta diisi sejak tadi.
"Mad, boleh aku menjenguk Merry sebentar?" tanya Olivya sambil mengunyah pizza.
"Tidak."
"Hanya se--"
"Tidakkah kau tuli?"
"Tap--"
"Diam dan biarkan aku bekerja. Tetap disini." potong Mad sambil menatap Olivya dengan tajam. Olivya menunduk takut, ia masih belum terbiasa di tatap seperti itu.
"Jangan menatapku seperti itu Mad. Aku bukan musuh mu." gumam Olivya dengan pelan.
Mad memejamkan matanya. Ia menarik nafasnya lalu menghembuskan nya dengan kasar.
"Maafkan aku." ucap Mad dengan pelan. Pasalnya, ia tak pernah sedikitpun mengucapkan permintaan maaf kepada siapapun, apalagi seorang wanita. Sama sekali tidak pernah. Terhadap kedua orang tuannya saja, Mad sangat berat untuk mengucapkan permintaan maaf.
Dorrrr
Olivya terkejut bukan main, ada suara tembakan yang sangat keras hingga memekakkan telinga. Mad berdiri, ia langsung berjalan mendekat kearah Olivya yang menunduk takut sambil memegang kedua telinganya. Ia memeluk Olivya dengat erat. Mad sudah menduga hal ini akan terjadi. Oleh karena itu Mad melarang keras Olivya untuk keluar dari ruangannya.
"Mad su-su-suara ap-apa itu?" tanya Olivya dengan terbata-bata.
"Ssshhh, tenanglah. Bukan apa-apa, kau akan aman disini. Percayalah." bisik Mad dengan lembut seraya mengelus surai panjang milik Olivya.
***
"Apakah ini mansion nya?" tanya seorang pria dengan tuxedo hitamnya dan juga kaca mata hitam.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dangerous Mafia
ActionOlivya adalah seorang gadis lugu yang masuk dalam kehidupan seorang mafia. Ia terserang oleh obsessi dan cinta dari mafia yang telah menculiknya. Trauma akan mafia, perlahan akan menghilang sejak ia mengenal sosok Madrick Vallencio yang menjabat seb...