31. Api Kecemburuan

46.9K 2.7K 47
                                    

Dorrrr

"Akkhhh."

Mad meringis kesakitan saat seseorang telah menembak lengannya dan darah banyak yang keluar bercucuran. Mad menatap anak buah Xander yang menembak lengannya tadi. Walaupun lengannya tertembak, Mad tidak lengah sedikitpun. Pistol masih erat ia genggam dan tidak jatuh ke bawah.

"Tuan?" panggil anak buahnya yang terkejut saat melihat lengan tuannya tertembak.

Mad mengarahkan dagunya pada anak buah Xander. Anak buah Mad mengangguk, ia mengerti apa yang diperintahkan tuannya.

"Dengan lengan seperti itu, apakah kau masih lanjut?" ledek Xander dengan kekehan.

"Kau buta atau bagaimana? Aku memiliki dua tangan." balas Mad dengan tajam.

"Bagaimana jika kita lawan dengan tangan kosong tanpa senjata?" tawar Xander.

Mad tahu, ini adalah siasat Xander agar Mad kalah. Dengan lengan yang masih menanam peluru kecil dan darah yang keluar terus, kemungkinan kecil Mad akan mengalahkan Xander. Bukan ia takut ataupun lemah, ini efek panasnya peluru dan menyedot habis tenaganya

"Bodoh! Dunia semakin canggih, dan kau ingin adu jotos?" tanya Mad dengan senyuman devil nya.

"Satu hal yang ku ketahui. Ternyata kau mafia yang miskin akan senjata, dan mafia yang bodoh." sambungnya.

"Aku tak pernah cari gara-gara padamu. Berikan Olivya pad--"

"Shut fucking up. Urusan Olivya, juga menjadi urusanku. Kau mencari gara-gara pada gadisku, berarti kau juga cari masalah padaku. Apa yang kau inginkan dari Olivya, heh?"

"Aku yang membunuh seluruh keluarga Olivya. Dan aku sebagai mafia, tak ingin satupun korban ku lepas tanpa merasakan betapa sadisnya aku." balas Xander.

"Sudah ku duga. Langkahi dulu kematian ku, sebelum ingin menghabiskan nyawa gadisku." desis Mad dengan tajam dan tatapan yang mematikan.

Xander dan Ven secara bersamaan menodongkan pistol kearah wajah Mad. Mad tersenyum kecut, ia tak yakin jika ia akan mati hari ini, jadi ia tak merasa takut sedikitpun. Mad melihat jari Xander dan Ven yang sedang ingin menarik pelatuknya. Saat pelatuk itu siap ditarik, dengan gerakan gesit, Mad membalikkan arah tangan Ven dan Xander. Hingga wajah Ven terkena tembak oleh Xander, dan wajah Xander pun terkena tembak Ven.

Mad menyunggingkan senyumannya. Cukup mengeluarkan sedikit usaha, lawannya telah mati karena ulahnya sendiri.

"Tuan?" sapa Gaston yang baru saja datang.

"Suruh anak buah lainnya untuk mengurus mayat dua manusia busuk ini. Aku akan ke mobil untuk mengobati luka ku." ujar Mad sambil memegang lengannya. Telapak tangan satunya pun penuh dilumuri darah lukanya sendiri.

"Akan ku antar ke dokter tuan. Wajah tuan sangat pucat." ucap Gaston dengan khawatir. Pasalnya, luka Mad banyak sekali mengeluarkan darah dan wajahnya pun pucat.

"Tidak usah, aku bisa sendiri." tolak Mad.

Mad berjalan keluar markas, ia menuju mobilnya yang ia parkir tidak begitu jauh.

"Tuan Mad." Mad menoleh, ia melihat anak buahnya yang tadi memanggilnya dan berjalan bersama seorang dokter.

"Ada apa?" tanya Mad dengan wajah datar.

"Aku bawakan seorang dokter, aku tahu tuan pasti tidak ingin pergi ke rumah sakit."

Mad mengangguk, ia memerintahkan dokter itu untuk cepat mengeluarkan peluru yang berada di lengannya. Sang dokter pun mengangguk dan mulai mengeluarkan alat medis nya.

My Dangerous Mafia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang