"Sialan, Kau berani mempermainkan aku? Lihat saja nanti."
Dengan wajah yang sudah memerah, Mad hanya mampu memendam amarahnya dengan kedua tangan yang mengepal.
Saat ini, seluruh anak buah Mad dan Mad juga tentunya, sedang menuju ke pabrik listrik. Jujur, dalam hati Mad takut jika gadisnya akan di...., Ah sudahlah, Mad segera menepis pemikiran buruknya. Ia bersumpah, jika sampai gadisnya kenapa-napa, ia akan takkan segan-segan membunuh pelakunya.
"Tambah kecepatan mobilnya." titah Mad pada sopir.
Dengan kecepatan diatas rata-rata, Bukannya takut, Mad justru merasa lambat atas laju mobilnya. Seakan, perjalanan ini sangat jauh untuk ia tempuh.
***
Mad POV
Hari sudah semakin terik, orang-orang lebih memilih untuk berdiam dirumah dengan menikmati segelas coffe dingin. Tapi tidak denganku, dengan panas matahari yang hampir menyengat, tak memupuskan harapanku untuk menemukan gadisku.
Gadisku yang malang, ia harus ikut terjebak dalam permainan ini. Menyesal? Ya, seharusnya malam itu aku berjaga untuk menemani gadisku. Tapi sudahlah, ini memang sudah terjadi. Tak mungkin kan aku mengulang waktu kembali? Itu mustahil.
Saat tahu gadisku diculik, amarahku memuncak. Tak sedikit pengawal ku yang kena semburan cacian makiku. Salahkan mereka yang tak becus mencari keberadaan gadisku.
Seperti saat ini, aku telah sampai di pabrik listrik. Pabrik disini sangat sepi dan kosong. Pabrik yang tak layak dipakai, karena telah tutup tiga tahun yang lalu. Namun, mesin-mesin disini masih layak digunakan. Walaupun terlihat usang, mesin disini masih terlihat bagus.
Kembali ke topik, aku berjalan menyusuri pabrik listrik berharap menemukan keberadaan Olivya. Aku dan pengawal ku berpencar untuk mengelilingi pabrik listrik yang tak bisa dibilang kecil. Dua pengawal ikut denganku, lengkap dengan senjata yang aku fasilitasi untuk setiap pengawal ku. Senjata memang bukan fasilitas yang wow, tapi itu cukup untuk menjaga diri mereka dari serangan tak terduga.
Oke, kembali ke topik. Aku berjalan mendekati pintu tua. Dengan gerakan perlahan, aku membuka pintu tua bercat coklat itu. Dua pengawal ku telah bersiap siaga, siapa tahu ada seseorang didalam sana yang langsung menembak.
Tanganku telah memegang handle pintu, dengan gerakan sepelan mungkin, aku mulai membuka pintunya. Kosong, satu kata itulah yang mendeskripsikan didalam sana.
"Sialan, dimana orang itu menyembunyikan gadisku." umpatku dengan geraman.
Aku menyuruh pengawalku untuk kembali dan menutup pintu itu kembali. Aku berjalan menjauh dari ruangan itu, diikuti oleh dua pengawalku. Saat melewati tangga, aku berpapasan dengan Gaston yang baru saja turun dari lantai atas.
"Bagaimana?" tanyaku pada Gaston.
Gaston menggeleng, "Kami tidak menemukan nona Olivya disini tuan. Semua ruangan sudah kami masuki, dan... Hasilnya nihil tuan."
"Sialan!"
Jawaban Gaston adalah jawaban yang tak mau kudengar.
"Tuan!" Aku menoleh kearah seseorang yang memanggilku.
"Adaapa?" tanyaku dengan dingin.
"Saya menemukan ini dimesin listrik tuan. Di amplop ini bertuliskan nama tuan. Mungkin, surat ini untuk tuan." ujar Pengawalku.
Aku mengambil alih amplop putih yang memang bertuliskan namaku. Aku membuka amplop itu dengan kasar. Ada sebuah kertas, dengan cepat aku membuka kertas itu dan membacanya dalam hati. Kertas itu bertuliskan...
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dangerous Mafia
ActionOlivya adalah seorang gadis lugu yang masuk dalam kehidupan seorang mafia. Ia terserang oleh obsessi dan cinta dari mafia yang telah menculiknya. Trauma akan mafia, perlahan akan menghilang sejak ia mengenal sosok Madrick Vallencio yang menjabat seb...