39. Curiga

55 9 0
                                    

Sesil berdecak kesal, Allisya mencurigainya. Itu akan membuat kepercayaan Allisya semakin pudar. Tangan Sesil bergerak gelisah, jika sudah seperti ini ia harus apa. Semuanya akan menjadi sia-sia.

"Sial!" Gertak Sesil.

"Gue gak bisa diam aja, gue terdesak!"

Lantas Sesil memakai tudung Hoodie dan memasukkan kedua tangannya kedalam saku. Sesil keluar rumah dengan langkah pelan, tanpa Sesil sadari Allisya selalu memperhatikan dari atas balkon.

"Elea benar, mereka itu adalah orang terdekat gue." Batin Allisya.

Allisya berlari menuruni tangga, semula niatnya ingin menjumpai Abel lenyap begitu saja. Ada hal lebih penting yang harus diketahui. Ikut-ikutan Allisya menggunakan Hoodie hitam, ia berjalan terus mengikuti Sesil dari belakang.

Mata Allisya terbelalak, Sesil menoleh ke belakang. Mungkin saja Sesil merasa sedang diintai. Melihat Sesil telah jauh, Allisya berlari kecil dengan menjinjitkan kakinya agar tidak terdengar. Namun, sekarang yang menjadi masalah adalah Sesil telah menyebrang jalan, sedangkan Allisya masih berdiri di trotoar jalan menunggu lampu jalan berwarna hijau.

Sejauh pandangan Allisya Sesil masih terlihat, tetapi sudah kelewat jauh. Allisya berharap semoga suatu hal penting tidak akan dilewati.

"Ayo dong! Ayo!" Kata Allisya menatap lampu jalan.

Tak berselang lama, Allisya memekik girang. Tanpa berlama-lama Allisya langsung berlari menyebrangi jalan. Tapi percuma saja, Sesil telah hilang bagaikan ditelan keramaian. Allisya tidak dapat lagi melihat gadis ber-hoodie hitam sepertinya.

"Bangsat!" Umpat Allisya menendang kaleng soda. Beruntung kaleng itu tidak mengenai seseorang.

"Gua harus kabarin Elea tentang orang yang masuk dalam list gue," tekad Allisya.

"Ehh anjirr, hape gue gada! Argh ... Benar-benar sial!" Allisya berteriak di tengah banyaknya orang. Membuat dirinya menjadi tontonan gratis. Merasa menciut Allisya berlari kencang dan mencari tempat sepi. Sejak kapan Allisya berada di kerumunan. Allisya benci keramaian.

Tanpa tujuan lain, akhirnya Allisya mengambil keputusan untuk pergi ke minimarket depan. Ia hanya lupa membawa hp, dompet masih aman dalam kantong. Kebetulan Arisa, lagi ada sift malam. Allisya dapat lebih mudah mencari teman mengobrol. Sebelum itu Allisya pergi mengambil minum, namun pada satu hal yang menarik perhatiannya, yaitu Sesil yang sedang mencari sebuah pembalut di sana.

"Berarti gue salah," gumam Allisya.

"Shit! Kenapa malah makin rumit sih?!"

"Segitu curiga lo sampe ngikutin gue sampe sini," lontar Sesil mendekati Allisya dan mengambil minuman bersoda.

"Kayak gak ada kerjaan lain aja gue, gausah kepedean. Gue mau ketemu sama Kak Arisa," tampik Allisya.

"Syukurlah, setidaknya gue aman kalau lo percaya," ucap Sesil menepuk pundak Allisya.

Allisya cukup memandang Sesil heran, sejak kapan Sesil menjadi terbelit-belit seperti ini.

"Kenapa pada kompak pake pakaian hitam," seru Arisa geleng kepala.

"Unsur ketidaksengajaan, Kak," tutur Allisya.

"Cowok barusan juga pake hoodie hitam," simpul Arisa.

"Emang ada pembeli lain selain kita berdua?" Tanya Allisya membelakkan matanya kaget. Padahal ia tidak melihat ada orang lain selain mereka bertiga di sini dari tadi.

"Ada, keluar selang beberapa menit kamu masuk," jawab Arisa, "mau digabung?" Tanyanya.

"Iya gabung aja, Kak." Allisya berucap dengan menatap Sesil intens.

ADOLESCENCE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang