7. Abai

184 68 26
                                    

Karena tidak mendapati Nila di UKS juga telah mencarinya kemana-mana tapi tidak ketemu. Akhirnya Allisya menyerah, Allisya sudah capek keliling sekolah, dia pun memutuskan untuk pergi ke perpustakaan saja.

Allisya menatap satu botol yang masih tersegel tersebut di tangannya, harus di kemanakan minuman itu? Padahal niat awalnya akan di berikan untuk Nila.

Allisya mencari sesuatu di rak buku khusus astronomi. Bisa di katakan Allisya adalah seorang Astrophile.

Hiks ... Hiks

Lagi, lagi Allisya mematung. Seberapa tajam telinganya hari ini hingga dia bisa mendengar suara tangis lagi.

"Mah, aku gak mau!!" Terdengar suara gemetar dari belakang.

Allisya mengerutkan keningnya bingung, dia merasa familiar dengan suara itu. Allisya mengambil satu buku untuk mengintip di belakang. Benar dugaannya ternyata itu Andra, Allisya dapat melihatnya meski sepintas.

Andra dengan punggung yang gemetar, sesekali terdengar isak tangis keluar dari mulutnya. Allisya terkejut melihat Andra yang melempar handphonenya ke lantai hingga tak sadar menjatuhkan satu botol.

"Aduh, Sya ... lo ceroboh banget sih!!" Runtuknya menepuk kepalanya dengan buku. Allisya berjalan mengendap-endap takut Andra menyadari kehadirannya. Namun, sayang Andra sudah bersidekap dada disana menatap Allisya intens.

"Besok mata lo bintitan," kata Andra datar meninggalkan Allisya yang berulang kali mengucapkan 'amit-amit'

Tapi anehnya Allisya merasa bersalah akan itu. Dia terlihat seperti detektif saja ingin tahu segalanya. Padahal itu adalah masalah pribadi.

"Minta maaf? Yakali. Biarin aja deh ngapain juga gue peduli," ucap Allisya masih melirik Andra yang berjalan keluar.

Drrt ... Drrt

"Halo..?"

"Kamu masih di sekolah?"

"Iya, ada apa?"

"Mama dan papa lanjut ke Medan hari ini, senin depan Izza akan mengadakan lamaran. Kamu mau ikut?"

"Gak usah, Mah. Masih lamaran juga kan? Nanti aku hadir pas hari-H nya aja."

"Yaudah kalau gitu, kami akan take off sebentar lagi kamu baik-baik disana. Assalamu'alaikum."

"Waalaikumsalam." mood Allisya langsung turun begitu saja.

"Wacana lagi," lirih Allisya menutup buku bacaannya, sudah tidak ada lagi keinginan untuk membaca.

Allisya menopang kepalanya dengan kedua tangan. Tanpa sadar mata Allisya memanas, dadanya terasa sesak setiap kali mengingat kebersamaannya bersama kedua orangtuanya yang selalu terbilang sebentar dan sedikit.

"Kapan mereka punya waktu untuk kami."

Padahal baru semalam mereka mengatakan pulang minggu ini dan akan melakukan makan malam keluarga. Untuk ke sekian kalinya, Allisya kembali mendapat kenyataan kalau harapannya kembali menjadi mimpi belaka.

°°°°°°

Sehabis keluar main tadi, kelas tidak memulai kegiatan belajar mengajar lagi. Seperti biasa hari Jum'at selalu di pakai untuk rapat guru maupun organisasi. Dengan ringan hati tentu saja murid akan senang dengan itu. Kapan lagi dapat freeclass.

Berbeda dengan kelas lain yang hanya menyuarakan keributan yang berasal dari tingkah absurd, kelas Allisya hanya berisi teriakan dari murid piket hari ini. Mereka memutuskan untuk membersihkan kelas saat ini juga agar pulang nanti mereka tidak tinggal. Tapi, tetap saja itu membuang usaha mereka, para laki-laki di kelas ini sangat bandel.

ADOLESCENCE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang