12. Mengobati

102 18 7
                                    

Beruntung Andra adalah ketua Osis, tentu saja terpercaya jadi Bu Cila tidak banyak bertanya tentang keterlambatan mereka dan tentunya di sertai dengan bukti luka di kaki Andra.

Allisya harus membawa Andra ke UKS terlebih dahulu agar anak PMR dapat mengobati luka Andra. Lagi dan lagi Allisya harus mengundur waktu belajarnya. Ruangan putih ber-AC ini kosong, tidak satupun yang berjaga.

Andra telah menyuruh Allisya untuk ke kelas saja, lagipula ia bisa mengobati lukanya. Toh, ia anak cowok tentu saja ia pernah mendapat luka yang lebih parah.

Jiwa kemanusiaan Allisya tentu saja memberontak. Allisya tidak tega, untuk berjalan saja Andra harus terseok-seok. Allisya merasa kasihan untuk meninggalkan Andra. Bisa saja Andra menangis karena merasakan perih yang luar biasa.

"Ngapain lo ketawa-ketiwi kek gitu?" Tanya Andra heran melihat Allisya yang terkekeh menatap lututnya dengan pandangan kosong.

Allisya dengan cepat menetralkan raut wajahnya lalu mengelak, "Siapa yang ketawa? Lo halu kali."

"Cogan gak pernah halu," ujar Andra narsis hingga membuat Allisya bergidik ngeri.

"Lo emang ganteng." Andra yang mendengarnya mulai tersenyum aneh, "Tapi karena lo yang ngaku jatuhnya malah bikin image lo jelek."

"Mana bisa gitu, orang cakep mau gimana pun bakal tetap cakep," bela Andra tidak terima.

"Gue bisa bikin lo jelek," ucap Allisya seraya mengoleskan alkohol di pinggir luka Andra.

"Caranya?" Tanya Andra.

"Gua rendam muka lo di lahar panas, mampus lo ntar!!"

Candaan Allisya terlalu garing tapi Andra tetap saja tertawa. Itu membuat emosi Allisya terpancing.

"Ya... kalau lo rela punya jodoh dengan muka gosong, gue ikhlas. Asal lo gak malu kalau jalan sama gue," canda Andra menggoda Allisya.

Dengan bibir yang dicebikkan, Allisya dengan sengaja menekan luka Andra hingga sang korban mengaduh kesakitan.

"Aishh, sakit All. Buset dah lo jadi cewek kagak ada alus-alusnya," desis Andra mengenggam erat seprai sebagai pengalih rasa sakit.

"Makanya jangan ngawur!!" Ketus Allisya.

"Gak salah dong 'kan lo pacar gue siapa yang tau mungkin lo jadi future gue," kata Andra tersenyum kemenangan melihat Allisya yang terdiam.

Allisya lupa, ternyata status mereka sudah menjadi pasangan sekarang. Allisya berusaha terlihat biasa saja, dia beralih memberikan perban pada kaki Andra.

"Ternyata tangan gue luka juga," ucap Andra mengisi kekosongan.

"Sini, sekalian gue obati," seru Allisya mendekat pada Andra.

"Ehh–" ucap spontan Allisya saat Andra melepas ikat rambutnya yang di model Messy Bun pagi tadi.

Melihat Allisya terdiam membuat Andra bisa membuat kacamata Allisya dengan cepat.

"Gue lebih suka dengan penampilan lo yang seperti ini," ucap Andra berkata jujur.

"Ck! Lo nyebelin banget sih!! Balikin gak?!!" Allisya mengadahkan tangannya.

"Gak mau!!" Kekeuh Andra menyembunyikan ikat rambut dan kacamata Allisya ke belakang.

"Andra pliss jangan rese, balikin kaca mata gue!" Teriak Allisya menghentakkan kakinya keras ke lantai.

"Lo gak minus, kenapa pakai kacamata?" Tanya Andra mencoba melihat menggunakan kacamata Allisya. Hasilnya jernih, kacamata itu seperti kacamata biasa pada umumnya.

ADOLESCENCE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang