43. Terungkap

96 13 0
                                    

Di sinilah kembali Allisya menginjakkan kaki, sebuah mansion mewah tempat pebisnis muda panutannya tinggal. Dengan langkah berat Allisya berjalan mengikuti Elea dari belakang, sedangkan ada Ben yang sibuk menengok kanan kiri sesekali berdecak kagum akan keindahan mansion ini. Pemuda itu bersikeras untuk ikut saat Elea menyeret Allisya bersama Sesil.

"UNCLE!" Teriak Elea menggelegar.

"Bocil, brisik lo!" Dumel seorang wanita hamil beras seraya memakan buah anggur.

Elea meliriknya sinis. "Uncle Daneil mana?"

"Ruang kerja, lagi retas email yang lo kasih."

Tanpa mengucapkan terimakasih Elea menarik tangan Allisya cepat agar gadis itu mengikuti. Sesil dan Ben saling bertatapan, mau tidak mau mereka ikut.

Allisya sendiri sudah meringis merasakan genggaman tangan Elea semakin erat. Kuku Elea tampak berwarna putih, sudah terbayangkan kuatnya seperti apa?

Elea membuka pintu kayu itu begitu keras hingga mengagetkan dua orang di dalam sana.

"Bagaimana? Sudah dapat memecahkan kata sandinya?" Tanya Elea masih memegang lengan Allisya.

"Of course, girl ... Teka-teki abstrak ini sangat mudah untuk uncle," ucap pria yang Allisya yakini bernama Daneil.

"Siapa juga yang membuat ini, sangat murahan!" Oceh Daneil menggeleng kaku.

"Pria tua sialan!" Sungut Sesil memaki Daneil dalam hati.

"Sudah pasti kamu yang membuat ini," celetuk seseorang berwajah datar.

Mendengar ucapan sang ayah, Elea mengalihkan atensinya pada Sesil meminta penjelasan. "Benarkah?" Allisya ikut menoleh.

Sesil rasanya sudah saatnya untuk jujur, ia hanya mengangguk pelan.

"Jadi selama ini peneror pesan itu juga elo?!" Pekik Allisya, kepalanya semakin pusing.

"Bukan teror, pesan itu adalah clue. Berulangkali gue bilang kita udah pelajari itu sebelumnya tapi lo gak pernah paham, bahkan dengan kotak bukti yang gue kirim ke kamar lo tiap malam," jelas Sesil.

"Kenapa pake cara ribet segala sih? Kalau lo emang tau dari awal kenapa gak langsung ngomong aja, punya mulut gak lo?!" Seru Allisya nyolot, ia mulai terpancing emosi lagi.

"Apa lo bakal percaya kalau gue ngomong tanpa bukti, lo pikir gampang? Hah!" Balas Sesil ikut terbawa emosi.

"Daripada ribut, lebih baik kamu jelaskan semua ini. Bukan pada saya, tapi pada temanmu ini," serah Daren menatap malas. Elea benar-benar masuk dalam lingkungan yang tidak seharusnya ia berada.

+Privat Number

|◀️                        02.03
|Iwg vhshuwlqad xey xnfuf
|45 +∅
|13+5+18+5+11+1
|First=
|Division or Slash?
|2n 2n n n n

"02; 03; 4; 5; itu semua adalah angka yang harus lo kurangi."

-2 (Gue)
I=G, W=U, G=E

-3 (Sepertinya)
V=S, H=E, S=P, H=E, U=R, W=T, L=I, Q=N, A=Y, D=A

-4 (Tau)
X=T, E=A, Y=U

-5 (Siapa)
X=S, N=I, F=A, U=P, F=A

"Sedangkan angka itu merupakan angka huruf sebenarnya."

13+5+18+5+11+1= Mereka

"Kata first, berarti pertama. Itu menunjukkan orang pertama yang Allisya datangi saat sedih, siapa lagi kalau bukan ibu." Allisya semakin mengerutkan keningnya bingung.

ADOLESCENCE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang