_
Suara decitan sepatu terdengar bergantian, suara benda berkepala putih berbenturan dengan net juga terdengar tiap detik. Peluh keringat telah membasahi badan mereka, terlihat sangat kentara keseriusan mereka dalam bermain, meski tidak ada hadiah. Mereka bermain dengan niat olahraga saja.Ruangan tertutup ini tentu membuat mereka merasa pengap. Dengan teriakan penonton sukarela di pinggir garis tiba-tiba saja membangkitkan semangat mereka dalam bermain. Sangat handal.
Disaat para pemuda memilih basket sebagai permainan olahraga favorit beda lagi dengan Andra yang lebih memilih bulutangkis sebagai hobinya. Jika ditanya alasannya kenapa Andra pasti akan menjawab, "kasihan bolanya jadi rebutan."
Jika seperti itu apa bedanya dengan bola bulutangkis yang di lempar kesana-kemari?
"Break dulu, Bang," desah Andre kehabisan nafas.
"Oke, gue juga capek," ucap teman bermain mereka yang tidak di ketahui siapa namanya.
Karena tadi mereka langsung datang saat Andra dan Andre bermain 1 lawan 1 dan mengajak bermain bersama.
Andra ikut duduk di samping Andre dan mengambil botol minun yang ia bawa dari rumah. Ia masih belum berniat untuk mengganti baju.
"Hebat juga cara main kalian tadi," puji mereka. Baik Andra maupun Andre langsung mengangkat kepala mereka bersamaan.
"Kalian juga," puji balik Andra. Ia tidak ingin di sangka sombong karena pujian tadi. Bisa saja itu adalah umpan.
"Ohh iya kenalin gue Nafsa."
"Gue, Joo."
"Kita Atlet daerah," ucap Nafsa dan Joo bersamaan.
Sekali lagi Andra dan Andre menunjukkan kekompakan mereka sebagai sedarah, mulut Andra dan Andre membeo tidak percaya.
"Mingkem dulu, bro," tegur Nafsa terkekeh geli.
"Hehe sorry, berarti kita dapat kehormatan dong bisa main bareng kalian," seru Andre riang.
"Apaan sih, mulai lagi yuk," ajak Joo malu-malu langsung diangguki keduanya dengan penuh semangat.
Begitulah minggu sore cerah yang mereka habiskan hanya bermain bulutangkis di dalam gelanggang olahraga ini. Tak banyak lagi penonton yang tinggal ntah mereka sudah pulang atau pergi di lapangan lainnya.
Langit sudah semakin berwarna oranye tapi Andra tak kunjung datang hingga membuat Andre duduk jenuh di pembatas jalan bagai gelandang yang meminta uang kepada pengunjung Gor ini. Andra tidak lama, ia beneran pamit ke wc terlebih dahulu. Urusannya semua orang tau apa yang di lakukan dalam wc.
Tidak mungkin juga Andra mengadakan konser dadakan dalam wc umum.
"Andra," sapa seseorang.
Andra menghentikan langkahnya saat merasa ada seseorang yang menyebut namanya.
"Lo ngapain disini?" Tanya Nila basa-basi.
Andra mengedarkan pandangannya, masih banyak orang di sini. Kenapa ia harus bertemu dengan Nila.
"Emang gak boleh? Ini tempat umum kali," jawab Andra terdengar nada tidak mengasikkan.
Nila meringis mendengar jawaban Andra. "Nada bicara lo bisa biasa aja gak? Lagian kenapa sih lo kalau ketemu gue bawaannya jutek mulu?"
"Bosan gue dengar pertanyaan lo."
"Habisnya lo gak pernah jawab," jawab Nila.
"Sampai lo berhenti buat gara-gara di sekolah!" Tegas Andra membuat Nila terdiam.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADOLESCENCE [END]
Fiksi RemajaADOLESCENCE berarti Masa Remaja. Menceritakan sebuah masalalu itu tidaklah mudah. Akan lebih baik jika kau mengetahui tanpa mendengarkan. Kau akan lebih mudah mengerti. Aku__ _𝘼𝙡𝙡𝙞𝙨𝙮𝙖 𝘿𝙚𝙗𝙮𝙣𝙖 𝘼𝙣𝙙𝙧𝙚𝙖𝙨_ Akan menceritakan kisah hidup...