8. Perkara Cemilan

173 66 45
                                    

"Lo kan yang makan cemilan gue!!" Tuduh Allisya menunjuk Sesil.

"Nggak, gue cuma ngambil Cheetos sisanya gue gak tau," bela Sesil pada dirinya.

"Trus siapa? Masa hilang sendiri." Allisya masih bertanya.

"Coba lo tanya Dayat," usul Sesil.

"Udah tapi katanya dia gak makan apa-apa." Allisya mengerucutkan bibirnya.

"Ciki-ciki lo lari-lari malam kali, biar nanti kalau di makan gak bikin berat badan naik."

Allisya melempar sebuah bantal kursi tepat di wajah Sesil. "Ngawur mulu kerjaan lo."

"Habis lo serius banget sih, lagian gak lucu kalau tiba-tiba hilang sendiri. Pasti lo simpan di suatu tempat 'kan?"

"Gak!! Lo tau sendiri gue selalu simpan di lemari dapur." Allisya tampak berpikir lagi, "apa mungkin Bu Nesa?"

"Mustahil!! Lo tau sendiri gigi palsu nenek gue hilang, mau makan pake apa dia?" Sesil melototkan matanya. Allisya terdiam, dalan hatinya dia membenarkan ucapan Sesil.

"Kang Ali!! Kang Ali kan yang makan cemilan Allisya di dapur?!" Teriak Allisya saat melihat Kang Ali keluar dari gudang.

"Hehe... Maaf, Non. Jam 2 pagi tadi saya kelaparan tapi gak temuin makanan apa-apa di dapur tapi pas buka lemari banyak bungkus makanan jadi saya makan itu." Kang Ali menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, ia merasa bersalah akan hal itu.

"Kok gak bilang Allisya dulu? Kan itu buat maraton drakor nanti," jerit Allisya mengerutkan bibirnya merajuk.

"Y-ya masa saya kasih bangun pagi-pagi cuma untuk itu doang," jawab Kang Ali gugup.

"Yaudah. Sekarang antarin ke minimarket depan," tegas Allisya berdiri dari duduknya.

"Maaf, Non. Tuan berpesan kalau non gak boleh keluar malam-malam ntar terjadi apa-apa lagi," peringat Kang Ali.

"Bodo amat, lagian Kang Ali sendiri yang salah kenapa malah habisin cemilan Allisya. Kalau terjadi apa-apa Kang Ali yang tanggung jawab!" Tegas Allisya menirukan gaya Hadi, papanya.

Kang Ali melirik Sesil yang mengangguk mengiyakan ucapan Allisya. Bukan apanya, Allisya jika sudah merajuk dia akan membongkar seisi rumah hingga berantakan dan berujung maid di sini yang merapikan.

"Kang Ali cepetan!!" Teriak Allisya di depan pintu.

Kang Ali langsung menyambar kunci mobil di kamarnya dan segera mengantarkan Allisya sesuai keinginannya.

Allisya hanya menenteng dompetnya, Allisya membuka pintu menggunakan bahunya. Dia malas untuk mencuci tangan habis ini.

"Malam kak, hari ini jaga malam yah?" Tanya Allisya basa-basi pada seorang karyawan kasir.

"All, tolong jaga ini bentar kakak udah kebelet nih dari tadi, kamu taukan caranya?" Tanya Arisa menahan sesuatu.

"Tapi cepetan, aku juga lagi buru-buru soalnya," putus Allisya, Arisa mengangguk dan segera berlari.

Selang semenit seseorang telah berdiri di depannya. "Lhooo." Kagetnya.

Allisya tersenyum tipis mengambil barang belanjaan orang tersebut dan menghitungnya.

"Lo kerja di sini?" Tanya Eza linglung.

Allisya ingin menjawab 'tidak' tapi matanya tidak sengaja melirik Andra hingga Allisya mengingat kebohongannya beberapa hari yang lalu.

"Iya, mau bayar cash atau debit?" Tanya Allisya.

"Debit, tapi tunggu gue kelupaan sesuatu," ucap Eza berlari kebelakang.

ADOLESCENCE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang