Setelah merasa baikan dan siap, Allisya melangkahkan kakinya masuk ke dalam melewati gerbang sekolah dengan berbagai cabang pikiran. Tentu tidak terlepas dari ingatan pada saat beberapa siswa melemparinya botol minum berisi air penuh, kebayang bagaimana sakitnya tepat botol itu mendarat mulus di kepala Allisya.
Allisya menepis ingatan tersebut, lagian sudah ada bukti bahwa bukan dia pelakunya melainkan dijebak. Terawang otak Allisya kembali mengingat adik kelasnya melemparinya telur busuk dan mengucapkan segala makian, lebih tepatnya ingatan Allisya tertuju pada ucapan adik kelasnya, dengan lancang serta tidak tau malu ia sok-sokan mengatakan kalau ia melihat Allisya datang ke club malam. Jangankan pergi, detail club aja Allisya tidak tau.
Coba jadikan pelajaran!! Jangan mengucapkan sesuatu tanpa disertai kebenaran. Itu bisa jebakan buat kalian juga.
Allisya tersentak kaget, Andra kembali mengambil tangannya tanpa bilang-bilang. Padahal hari itu sudah Allisya peringatkan, Andra saja tuh yang pelupa.
"Kasihan mana masih muda," pikir Allisya dalam hati.
"Andra, banyak yang natap kita," ucap Allisya menunduk berusaha melepaskan genggaman Andra, sesekali Allisya melirik sekeliling.
Andra melepaskan tangan Allisya begitu saja. "Selama gue ada di samping lo mereka gak bakal berani berbuat apa-apa," tangan Andra beralih mengacak rambut Allisya sebentar lalu tangannya ia masukkan ke dalam saku celana.
Berbeda dari pikiran Andra, Allisya kembali mengangkat tangan Andra agar keluar dan langsung menggenggamnya erat. Atensi semua orang terasa tertuju padanya, kali ini bukan firasat belaka tapi memang seperti itu.
Allisya semakin mendekatkan jarak antara dirinya dan Andra, kedua tangannya terlihat memeluk lengan Andra. Allisya memejamkan matanya mendengar masih ada orang yang membicarakan keburukannya.
"Gue yakin dia cuma mengalihkan pelaku sebenarnya dengan uang, lagian apapun orang bisa lakukan demi nama baik."
Kurang lebih begitulah kata yang tertangkap di telinga Allisya.
"Ck! Gue bilang jangan nunduk, ntar mahkota lo jatuh," decak sebal Andra.
"Buaya!!" Sinis Allisya mencubit tangan Andra hingga Andra memekik tertahan.
Andra memberhentikan langkahnya, ia membalikkan badan Allisya, memegang kedua bahu gadisnya dan menatap lekat.
"All, ingat yah lo gak boleh bersikap dingin sama teman lo," mendengar perkataan Andra, Allisya tertunduk dibuatnya.
"Gue gak janji," cicit Allisya.
"Allisya, c'mon ...."
"Bagaimana kalau mereka sama?" Tanya Allisya menatap balik mata Andra hingga keduanya terdiam beberapa saat.
"Dengar, terserah lo mau anggap mereka apa. Jelasnya lo jangan acuhin mereka, kalau ditanya jangan diam aja kek gak punya mulut," peringat Andra.
"Orang gak gue kenal aja bisa nyulik gue, bagaimana dengan mereka," gumam Allisya.
"Gak mungkin bisa, mereka gak punya kuasa."
"Bagaimana kalau iya?" Tanya Allisya memperumit pikiran Andra.
Andra mengacak rambutnya frustasi dengan jalan pikiran Allisya, bisa-bisanya ia dibuat kelimpungan di hari terbilang cukup pagi ini.
"Allisya, pokoknya lo lakukan aja, jangan buat eyang lo jadi gak percaya lagi sama gue," ucap Andra meyakinkan.
"Jadi lo lakuin ini semata-mata cuma karena disuruh eyang doang?" Allisya menatap Andra dengan sorot mata tidak percaya.
Andra memejamkan mata, menghirup udara segar sebanyak mungkin sampai paru-parunya membesar di dalam sana. Allisya benar-benar melatih kesabaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADOLESCENCE [END]
Teen FictionADOLESCENCE berarti Masa Remaja. Menceritakan sebuah masalalu itu tidaklah mudah. Akan lebih baik jika kau mengetahui tanpa mendengarkan. Kau akan lebih mudah mengerti. Aku__ _𝘼𝙡𝙡𝙞𝙨𝙮𝙖 𝘿𝙚𝙗𝙮𝙣𝙖 𝘼𝙣𝙙𝙧𝙚𝙖𝙨_ Akan menceritakan kisah hidup...