2. Pacar Kontrak

334 104 43
                                    

"Mereka siapa sih sebenarnya. Anak kepala sekolah?" Tanya Allisya penasaran.

"Monica itu kakak kelas dan dua orang di belakangnya cuma selentingan kita. Bonyok Monica dua-duanya dosen, lo tau sendiri kan gaji dosen itu banyak mungkin karena itu dia merasa tinggi," jelas Nila menyeruput minumannya.

"Terus-terus?" Tanya Allisya semakin penasaran.

"Dia terkenal di sekolah ini bisa dibilang primadona, maklumlah 'kan dianya juga cantik. Apapun yang Monica mau pasti harus dia dapat kalau nggak dia ngebully." Lanjutnya.

"Kuasa apa emang yang dia punya?"

Nila hanya mengendikkan bahunya tidak tahu.

"Trus tadi kok kak Monica Bully lo? Lo ada masalah sama Dia?" Tanya Allisya lagi.

Raut wajah Nila seketika berubah, bukan lagi pandangan tenang. Nila memegang kuat botol minuman yang sudah kosong miliknya. Wajahnya pun berubah hingga terlihat seperti berwarna pink kemerahan. Perubahan itu pun tidak luput dari perhatian Allisya yang sedari tadi meminta jawaban.

"Lo sakit? Muka lo merah."

"Gak semuanya lo harus tau," Ucap Nila datar beranjak dari duduknya meninggalkan Allisya yang terdiam.

"Nila!!" Panggil Allisya berniat ingin mencekal tangan Nila.

"Gue salah ngomong yah?" Tanyanya pada dirinya sendiri.

"Apa ini ada sangkut pautnya dengan pribadi? Mampus Allisya, lo udah buang satu kesempatan." runtuknya memukul kepalanya berulangkali sampai ada satu orang menghentikan aktivitasnya.

Allisya mendongkak menatap wajah Andra dengan malas, padahal ini hari pertamanya sekolah Kenapa jadi sial begini.

"Lo mau geger otak," ucap Andra duduk di depan Allisya.

"Lo doain gue biar geger otak?" Sarkas Allisya.

"Negatif mulu pikiran lo, sekali-kali kek lo mikirin gue."

Andra tertawa garing melihat Allisya yang memandangnya sengit.

"Apa liat-liat? Gue ganteng udah tau, makasih," ujarnya percaya diri.

"Najis!!"

Bukannya marah Andra malah tertawa gemas mencuil hidung Allisya.

"Jauh-jauh deh dari gue." Allisya mengibaskan tangannya dengan maksud mengusir Andra dari depannya.

"Tali yang telah menyatu akan susah di putuskan," kata Andra tersenyum tipis menatap lekat mata Allisya yang juga menatapnya.

Tersadar dengan cepat, Allisya langsung memutuskan kontak matanya beralih menatap se-kumpulan cewek yang memusatkan perhatian kepadanya. Tidak mau beropini yang macam-macam Allisya kembali mengalihkan pandangannya ke lain arah. Namun, ia tetap mendapatkan hal yang sama. Daya peka yang kuat membuat Allisya sadar hampir seluruh pengunjung kantin menatapnya dengan pandangan yang berbeda-beda.

"Nama lo siapa tadi? Andra kan?" Tanya Allisya serius.

"Iya, emang kenapa?" Andra mengerutkan keningnya bingung dengan pertanyaan Allisya.

"Kenapa banyak orang yang natap ke arah sini?" Tanya Allisya lagi mengelus tengkuknya pertanda ia risih.

Andra menaikkan Alisnya menelusuri seluruh penjuru, benar saja banyak yang berbisik-bisik menatapnya dengan Allisya.

"Lo gak nyaman?" Tanya Andra pada Allisya yang menunduk seraya mengangguk kecil. Andra tersenyum tipis melihat tingkah Allisya yang terlihat seperti anak kecil.

ADOLESCENCE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang