19. Tuduhan

115 17 31
                                    

"Woi... Woi diam, Bu Cila ada di kelas sebelah!!" Teriak Gilang heboh memasuki kelas.

Sontak banyak siswa yang berhamburan untuk kembali ke mejanya masing-masing. Di sisi lain siswi paling belakang sibuk mencari penyembunyian baru untuk alat kosmetik yang mereka bawa.

"Di, nitip di tas lo dong. Lo kan cowok gak mungkin di geledah." Bela menyodorkan lip tint dan bedak pada Aldi mumpung posisi bangku mereka berseblahan.

"Gak mau, ntar gue yang kena," tolak Aldi mentah-mentah.

Bela dengan cepat mengambil tas Aldi yang hanya berisi 1 buku dan puluhan pulpen saja. Begitulah Aldi, ia jarang menulis tapi, ia sangat rajin menculik pulpen orang, bahkan guru sekali pun.

Baru saja Aldi ingin memberontak, Bu Cila udah masuk terlebih dahulu dengan dua anak Osis di belakangnya. Di samping itu banyak yang berpikir tumbenan saja Bu Cila ikut dalam kegiatan razia? Biasanya dia hanya adem ayem di ruangannya yang penuh cemilan.

"Dengar!! Berhubung masalah ini bukan hal sepele maka saya sendiri yang akan turun tangan."

"Mungkin kalian sudah dengar tentang pensi yang akan di laksanakan beberapa bulan lagi, benar?" Dengan diam semua orang mengangguk mengiyakan.

"Tapi kita punya masalah!!" Kata Bu Cila penuh penekanan.

"Ada apa, Bu?" Tanya Arya memberanikan diri.

"Uang pensi yang beberapa hari kalian kumpulkan hilang!!" Ucapan Bu Cila membuat semangat mereka turun. Itu artinya uang mereka berakhir dengan sia-sia.

"Kami para staf sekolah telah memutuskan untuk melakukan penggeledahan di setiap kelas. Sekarang letakkan tas kalian di atas meja!!!" Perintah Bu Cila dengan suara besar, garis halus mulai muncul diantara dahinya.

Kedua anggota Osis yang mengekor pada Bu Cila tadi segera berkeliling memeriksa tas semua murid dengan teliti.

"Bu, hari ini lip tint di ambil juga?" Tanya Salah satunya seraya memperlihatkan 3 buah lip tint yang dia dapatkan dari tas Aldi.

"Bukan punya saya Bu, sumpah." Aldi menunjukkan dua jari, "Ini nih bu yang punya tadi dia langsung rampas tas saya," sambung Aldi cepat setelah melihat Bu Cila menatapnya dengan mata elang.

"Ember banget sih lo!!" Bela dengan sengaja mencubit lengan Aldi.

"Nih bu liatkan dia cubit tangan saya," lapor Aldi iseng.

"Alat rias tetap di ambil!!"

"Assalamu'alaikum, maaf bu saya dari toilet," cetus Allisya di depan pintu.

"Ayo mas–"

"Saya dapat amplop putih di sini, Bu!!" Teriak salah satu anggota Osis tersebut sehingga membuatnya menjadi pusat perhatian.

Bu Cila segera berjalan mendekati siswi tadi. "Tas ini milik siapa?"

"Itu punya saya," ungkap Allisya dengan tatapan tidak mengerti.

"Ini uang apa?!"

"Uang? Gak tau, Bu."

"Tapi amplop ini berada di tas kamu!! Jawab dengan jujur!! Apa benar kamu yang mengambil uang pensi dari ruang guru?" Tanya Bu Cila menatap Allisya tajam hingga membuat bulu kuduk Allisya sedikit meremang.

"Enggak Bu! Saya gak pernah ambil apa-apa dari ruang guru atau dimanapun kalau itu bukan milik saya," terang Allisya cepat.

"Bagaimana lo bisa mengelak kalau buktinya menunjuk ke lo," pungkas anak Osis itu.

"T-tapi beneran bukan gue, gue aja gak tau kalau ada amplop yang berisikan uang di dalam tas gue," Kekeuh Allisya.

"Saya setuju, Allisya berada di kelas terus kok, Bu. Paling keluar pas mau ngantin sama ke toilet aja," bela Gilang merasa kasihan pada Allisya.

ADOLESCENCE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang