Epilog

142 12 2
                                    

Hyde Park Penthouse, London

Disanalah Kenzie berada seraya menatap kagum bangunan mewah di depannya. Apartemen megah yang Allisya beli itu terletak tepat di jantung kota London dan setiap unit apartemen dilengkapi dengan kaca anti peluru serta dijaga oleh pihak keamanan khusus.

Saga dan Sesil telah memberitahukan lantai berapa ruangan rumah Allisya. Kini saatnya Kenzie untuk memperjuangkan cinta.

"Jadi— apa pendapat mama soal cewek dengan keluarga berlatarbelakang buruk?"

"Maka pandangan masyarakat terhadapnya juga buruk."

"Berlatarbelakang buruk bukan berarti sifatnya ikut buruk, Mah."

"Apa cewek itu orang yang kamu suka?"

Kenzie tampak linglung. Namun, akhirnya ia menghela napas dan mengangguk. "Kenzie cinta dengan cewek berlatarbelakang buruk itu, Mah. Apa itu salah?" Kenzie menatap Mirna sendu.

"Cinta tidak pernah salah, Kenzie. Cinta tumbuh karena rasa minat dan itu semua adalah takdir."

"Kenzie harus apa, Mah? Allisya selalu menolak keberadaan Kenzie. Alasannya cukup simple, karena Kanzie akan benci dia setelah tau keburukan keluarganya. Orang tua Allisya membunuh anaknya sendiri, Allisya menuliskan itu dalam buku itu."

Dapat Kenzie lihat raut wajah Mirna, ibunya terkejut bukan main. Anaknya mencintai anak dari seorang pembunuh. Mirna tampak berpikir panjang, selagi menunggu jawaban Kenzie mulai memakan sup hangatnya.

"Kamu cinta sama dia?" Tanya Mirna tiba-tiba membuat Kanzie tersedak.

"Tidak mungkin Kenzie perjuangin Allisya kalau gak cinta, Mah." Kenzie terkekeh.

"Tidak perduli dengan latarbelakang, kalau kamu benar cinta sama dia mama bisa apa. Padahal mama sudah punya calon untuk kamu, tapi percuma saja kalau kamu cintanya sama orang lain. Kejar dia kalau kamu bersungguh-sungguh, Nak. Jangan pikirkan latarbelakang, seseorang bercerita buruk di awal saja. Kita bisa menulikan telinga sebentar."

Senyum Kenzie mengembang, ucapan Mirna benar. Persetan dengan tanggapan orang lain. Cinta akan selalu jadi pemenang.

"Tunggu aku, Allisya."

Uap dingin keluar dari mulut Kenzie, saat ini London bermusim dingin. Wajar saja jika Kenzie memakai pakaian tebal.

"Gue di sini, memperjuangkan cinta."

Kenzie segera memasuki apartemen mewah ini. Kenzie merasa terhormat bisa menginjakkan kaki di sini. Dengan gaya angkuh, Kenzie menekan tombol lantai rumah Allisya, berharap saja semoga Allisya berada di dalam.

Merasa gugup sudah wajar saja, datang jauh-jauh untuk mengejar cinta tentu Kenzie takut tertolak. Mengingat ucapan Mirna Kenzie menghela napas, ada benarnya juga.

"Tapi jangan memaksa kehendak dia, kamu harus menerima keputusan gadis yang kamu cintai."

Merasa sudah siap, Kenzie menekan bel apartemen Allisya. Nuansa megah ntah kenapa membuat Kenzie menciut.

"Kenzie!" Beo Allisya tercengang.

"Hehe ... All." Kenzie benar-benar kehilangan kata-kata.

"Ayo masuk, di luar dingin," ucap Allisya datar.

Usai memberikan perintah pada maidnya, Allisya kembali ke ruang tamu menemui Kenzie. Ntah ada hal sepenting apa Kenzie sampai rela menghampiri. Allisya telah duduk berhadapan dengan Kenzie yang langsung menyimpan buka Allisya di atas meja.

ADOLESCENCE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang