5. Rindu

201 75 12
                                    

Hari yang sial bagi Allisya. Cukup sudah uangnya di ambil oleh Monica tadi, sekarang Allisya malah mendapat pesan dari operator bahwa pulsanya sudah habis juga. Wajar saja, biasanya Allisya menggunakan pulsa sebagai pengganti paket data kalau sudah habis. Jika seperti ini bagaimana cara nya untuk pulang.

Allisya menghela nafas gusar, perutnya sedari tadi minta di isi, Allisya ingin segera pulang. Dan sialnya hari mulai berganti lagi, warna oranye pada langit telah nampak.

"Sebel ihh ... Masa gue harus jalan kaki?!" Kesal Allisya menghentakkan kakinya keras.

Telah banyak orang yang menatapnya aneh, pasalnya dia sudah dari tadi duduk di trotoar depan sekolah dan Allisya tidak sama sekali mengangkat pantatnya dari kursi.

"Nasib sial kalau punya supir yang gak peka, jemput sendiri aja kek. Masa harus di telepon dulu!!"

"Ihh pokoknya gue kesell...!"

"Dek jangan teriak, anak saya kalau bangun suka rewel," peringat ibu-ibu yang menggendong bayi.

"Iya, maaf," ujar Allisya singkat.

Satu lagi angkot yang datang, tapi Allisya tidak dapat naik. Dia anak baru di bagian sini, jadi Allisya bingung jurusan apa yang harus di ambilnya.

"Kalau begini, bisa mati kelaparan gue," gumam Allisya, matanya mulai berkaca-kaca.

Peep...peep

Allisya mengangkat kepalanya, motor itu tidak berhenti bersuara.

"Belum pulang?" Tanya pengendara motor itu.

Bukannya menjawab, Allisya malah menyunggingkan senyum lebar. Andra, cowok itu mengerutkan keningnya. Tumben saja Allisya mau tersenyum seperti itu padanya.

Merasa lebih berat, Andra menoleh ke belakang. Rupanya Allisya telah duduk manis di belakang nya.

"Buruan jalan, udah mau Maghrib. Gue harus cepat-cepat." Allisya menepuk pundak Andra dua kali.

Karena badannya mulai merasa lemas akibat terlalu lama mengeluarkan energi saat rapat Osis tadi, Andra hanya mengikuti ucapan Allisya, membelokkan motor sesuai arahan Allisya. Untung saja mereka searah, jadi Andra tidak perlu putar balik.

"Stop-stop, gue turun di sini aja." Andra ikut saja, ia menurunkan Allisya tepat di depan minimarket.

"Pulang sana!" Ucap Allisya kembali dengan nada ketus.

"Mampir aja, gue tungguin," jawab Andra bertopang dagu.

"Nungguin gue? Yakali, ga usah. Pulang aja rumah gue udah dekat," tolak Allisya.

"Nanggung, ntar lo nunggu di sini lagi, Cari tumpangan orang lain dan masang wajah sok teraniaya, supaya mereka kasihan sama lo. Udahlah, mumpung gue lagi baik hati hari ini, jadi gue antarin lo pulang dengan selamat," kata Andra panjang lebar.

"Gue bilang gak usah, pulang sana."

"Nggak!"

Allisya mengerutkan keningnya kesal dengan keras kepala Andra. "Yaudah, tunggu gue terus sampai gue selesai kerja!!" Teriak Allisya kesal.

Andra menaikkan alisnya. "Lo kerja paruh waktu?" Mendengar pertanyaan Andra membuat bibir Allisya berkedut.

"Kalau iya kenapa? Lo beneran mau tungguin gue? Ck! Pulang gih, jangan ganggu." Allisya membalikkan badannya ingin memasuki mini market tersebut.

"Tunggu!!" Teriak Andra.

"Apalagi!!" Kesal Allisya.

"Sama-sama." Allisya bingung sesaat mendengar ucapan Andra, dan tak lama dia mulai paham.

ADOLESCENCE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang