38. Peluk dan tangis

48 10 0
                                    

Setelah bertemu Elea hari itu, Allisya selalu memperhatikan sekitar hanya untuk mendapat titik terang. Bukan cuma satu alasan, melainkan Allisya juga selalu merasa diawasi. Ketika Allisya sadar dan mengedarkan pandangan ia tidak menemukan siapapun.

Tak hanya itu juga, setiap malam Allisya selalu mendengar suara gusruk dari suatu tempat yang berbeda. Pernah sekali Allisya memergoki seseorang berpakaian jubah hitam melompat dari satu jendela, di mana jendela itu langsung mengarah pada taman belakang.

Ntah hanya Allisya yang merasa atau orang rumah juga, suasana sekarang selalu terasa canggung. Mereka seperti ingin bicara tapi tertahan oleh sesuatu. Elea benar, semakin kau mendekati target maka kau akan semakin gundah. Sesungguhnya itu hanyalah firasat untuk hari nanti.

Allisya memilin jarinya, di koridor sekolah yang ramai ia kembali merasa diawasi. Dalam hitungan ketiga Allisya berbalik dan hanya menemukan Gilang dan Arya berjalan bersama dengan langkah pelan. Allisya kembali geleng-geleng kepala, kedua pemuda itu suka aneh belakangan ini.

"Lo lihat Andra ada di mana, dari tadi gue cari kok gak ketemu," pungkas Allisya menemui Saga. Namun, cowok itu hanya terdiam menatap Allisya lekat.

"Ga!" Pekik Allisya menghentakkan kakinya kesal

Saga tersenyum manis, tangannya terulur menarik Allisya. Langkah Saga yang lebar membuat Allisya kesusahan menyamakan posisi mereka, merasakan itu Saga berhenti sekejap dan tertawa tanpa suara.

"Anjir, Ga— lo aneh banget sih," ucap Allisya melepaskan genggaman Saga. Memang harusnya seperti itu, Allisya harus menjaga perasaan Andra sekalipun Saga adalah temannya.

Tersirat tatapan sendu dari pemuda itu. Saga hanya berjalan diikuti Allisya di sampingnya. Hinggap pada meja taman berhiaskan bunga diatasnya Allisya dapat melihat Andra bersama Kinara. Mereka tampak membicarakan sesuatu, tanpa pikir panjang Allisya berlari kecil mendekati mereka.

"Huh! Jauh banget sampe ke sini. Aku cariin sampe keliling sekolah tau!" Rajuk Allisya duduk di samping Andra.

"Kamu gak liat chat? Aku ngabarin kok tadi," balas Andra mencubit pipi Allisya gemas.

"Koutaku habis," ucap Allisya melirik Kinara yang hanya diam menatap mereka.

"Aku ganggu, ya?" Tanya Allisya memastikan.

"Nggak, ini bahasnya udah hampir selesai kok," celetuk Kinara.

"Bukannya buat pensi nanti, kenapa cuma berdua, yang lain mana?" Tanya Allisya lagi celingukan.

"Yuri lagi perbaikan nilai, sisanya pada ke kantin."

"Saga gak ke kantin tuh."

"Saga! Kamu lihat Saga?! Dari tadi tuh anak menghilang, sampe Eza aku suruh cari. Tapi sampe sekarang mereka gak ada," terang Andra.

"Oohh ... Padahal ada kok tadi. Kalo gitu aku ke kantin dulu deh, aku lapar." Baru saja Allisya berdiri, Andra segera mencekal tangannya.

"Bareng aku!"

Allisya mengelus punggung tangan Andra lembut. "Kamu ketua Osis, tugas kamu masih banyak. Kamu selesaikan semua aja dulu, jangan tunda kerjaan karena aku."

"Kamu bakal jalan sendiri, bukannya kamu gak suka keramaian?" Tanya Andra cemas.

"It's okay, aku gak papa. Aku duluan, semangat!" Seru Allisya mengepalkan tangannya memberikan semangat, membuat Andra tersenyum dibuatnya.

Allisya meninggalkan mereka berdua dengan senyum, namun ada rasa mengganjal di hatinya. Lagipula perempuan mana yang rela meninggalkan sang kekasih berduaan dengan cewek lain? Mau bagaimana lagi, itu adalah pekerjaan. Andra ketua Osis dan Kinara adalah bendahara Osis.

ADOLESCENCE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang