13. Bertemu

109 18 7
                                    

"Sore cantik." Merasa penggilan itu tertuju padanya, Allisya mengangkat kepala melihat siapa orang yang berada di depannya.

Melihat Andra, Allisya memutar bola matanya malas. Kenapa seharian ini mereka selalu bertemu. Allisya mengacuhkan kehadiran Andra, dia kembali scroll beranda Instagram. Itu lebih bermanfaat.

"All, ayok," panggil Andra.

"Kemana?" Tanya Allisya tanpa melihat Andra.

"Beli pulpen." Rupanya Andra benar-benar serius dengan ucapannya tadi.

"Gausah, gue ikhlas."

"Gak ada, gue cowok yang bertanggung jawab makanya gue mau tepati janji."

Allisya berpikir sejenak, jika mereka pergi bersama tentu saja Andra akan mengantarkan dia pulang dengan seperti itu Allisya tidak perlu mengeluarkan biaya untuk naik angkot.

"Yaudah, ke Gramedia dulu tapi," pesan Allisya.

"Mau beli buku?" Allisya menggeleng dan menjawab, "cuma mau ngadem di sana, udah lama gak nyium bau buku baru," kata Allisya disertai cengengesan.

"Lo benar-benar spesies langka." Andra ikut geleng-geleng kepala melihat tingkah Allisya. Sungguh di luar dugaan.

Tak ingin berlama-lama Andra segera menancapkan gas, jalanan tidak terlalu padat hingga Andra dapat leluasa mengendarai motor. Untung motornya sudah di perbaiki.

Andra menegakkan standar motornya, Allisya segera turun dan merapikan rambutnya yang berantakan terkena angin. Tiba-tiba Allisya menarik Andra untuk berdiri di depannya dan dia menunduk.

Andra memberontak, Allisya menarik bajunya  dengan kuat sampai-sampai ia merasa sesak. Sebab kerah bajunya terasa mencekik.

"Andra, jangan banyak gerak napa!!" Meski berbisik terdapat nada ketus didalam ucapan Allisya tadi.

Allisya terus menarik Andra agar berdiri di depannya. Andra tetap menjaga keseimbangan tubuhnya agar tidak terjatuh walau berulangkali ia meringis sakit pada kakinya.

"Aman...." Ucap lega Allisya mengelus dada.

"Ada apa tadi?" Tanya Andra membenarkan bajunya.

"Itu, gue lihat teman gue dari sekolah yang dulu," terang Allisya.

"Untung gak keliatan," sambungnya kembali membenarkan rambut. Andra tidak lagi menjawab, ia memikirkan suatu cara agar ia dapat memegang tangan Allisya masuk ke dalam toko seperti yang di lakukan dua sejoli tadi.

"Woi, kok bengong? Ayo buruan!!" Ucap Allisya tidak sabaran, tanpa sadar dia sendiri yang menarik tangan Andra terlebih dahulu.

Jika di lihat, sepertinya Andra gugup. Apalagi Andra terkesima melihat Allisya yang membuka kacamatanya setelah berada dalam toko.

Allisya tetap berkeliling mencari buku, tak tanggung-tanggung Allisya singgah di setiap ranjang, mengecek buku satu per satu.

Allisya baru berhenti setelah melihat buku yang inginkan, buku Insight Advanced Allisya berniat untuk memperdalam pengetahuannya dalam berbahasa Inggris.

"Menurut lo bagusan mana, Elementary atau For Basic English?" Tanya Allisya memberi saran.

"Dua-duanya bagus."

"Buang-buang duit!!" Sarkas Allisya.

"Kenapa lo yang rempong, ujung-ujungnya gue yang bayar," kekeh Andra mendapatkan delikan tajam dari Allisya.

"Gue yang beli kenapa lo yang bayar? Gue masih mampu beli sendiri!!"

Andra memandang Allisya takjub, jarang ada cewek yang menolak gratisan. Biasanya mereka hanya memikirkan Skincare. Ralat gak semua, masih ada kok cewek yang belum memakai Skincare.

ADOLESCENCE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang