15. Kencan

101 18 7
                                    

"Kakak...!! Beliin aku susu pisang," rengek Dayat setelah melihat Allisya turun dari tangga.

"Kamu kan punya banyak," jawab Allisya sambil meregangkan badannya. Dia baru selesai menganti baju.

"Udah habis, sekarang aku mau susu pisang," rengek Dayat terus menerus bahkan ia mengikuti langkah Allisya dan terus-menerus membujuk Allisya agar keluar membelikannya susu pisang.

"Suruh Kang Ali aja sana," usir Allisya mendorong tubuh mungil dayat pelan. Moodnya semakin berubah-ubah menjelang hari di mana dia akan datang tamu. Taulah tamu yang datang tiap bulan itu apa.

"Kang Ali lagi nganterin Mama ke Tanah Abang," jawab Dayat mengerucutkan bibirnya.

"Yaudah, telepon mereka biar nanti singgah di minimarket depan," saran Allisya mulai mengemil.

"Telepon siapa, All?" Tanya Karin memasuki rumah.

"Yah, mereka udah sampai." Bahu Dayat merosot lemas. Sungguh ia menginginkan susu pisang.

"Tadinya mau telepon mama biar beli susu pisang di depan, tapi gak jadi. Orang mama udah sampai," jelas Allisya.

"Kenapa bukan kamu yang keluar?" Tanya Karin duduk di samping Allisya.

"Males, pinggang aku mulai pegal. Kayaknya besok aku dapat," adu Allisya manja, Allisya menyandarkan kepalanya di bahu Karin.

"Stok roti kamu masih ada?"

Allisya menepuk kepalanya. "Lupa, ternyata udah habis dari bulan lalu."

"Pergi beli sana, sekalian beliin adek susu."

"Mah, bikin puding yuk?!" Ajak Allisya. Mengingat puding yang di bawakan Andra tadi membuatnya kembali ngiler.

"Bahannya udah siap emang? Kalau udah ayo kita langsung cuss ke dapur." Allisya menggelengkan kepalanya menanggapi pertanyaan Karin.

"Cek dulu! Ntar kamu beli bahan yang gak ada," titah Karin.

"Males ahh!!" Tolak Allisya memperbaiki posisi duduknya senyaman mungkin.

Karin menatapi putri sulungnya dengan gemas, Karin pun dengan sengaja mencubit paha Allisya sekeras mungkin.

"Anak gadis gak boleh malas!!"

"Bodo amat, Mah. Aku mager," balas Allisya mengelus pahanya yang memerah.

"Allisya, Mama hitung sampai 3 kalau kamu gak bangun siap-siap komisi uang jajan kamu di potong 50 persen," ancam Karin.

Dengan langkah ogah-ogahan Allisya memasuki dapur mengecek bahan-bahan yang di butuhkan untuk membuat puding nanti. Allisya mencibir dalam hati kalau saja dia tidak mengajak Karin membuat puding pasti sekarang dia enak-enakan duduk sambil menonton TV.

"Aku mau naik motor sendiri," ucap Allisya menggaruk kepalanya berjalan keluar dari dapur.

"Kamu sama Kang Ali saja, udah malam juga. Nanti kamu keluyuran lagi kayak hari itu," jawab Karin antisipasi.

Bukan apanya Allisya jika di biarkan naik motor sendiri pasti akan keluyuran dulu hingga lupa pulang. Pernah waktu itu Allisya pergi sendirian menggunakan mobil, alasannya dia ingin joging di taman, Hadi pun mengizinkan. Tapi Allisya malah pergi ke puncak sendiri, katanya Allisya ingin melihat hujan meteor yang memang saat itu puncaknya pada jam 20.20. Jika di kota akan sulit melihat hujan meteor dikarenakan tingkat polusi udara dan polusi cahaya sangat tinggi dan mulai hari itu Allisya tidak di biarkan pergi sendiri.

"Nggak kok, paling aku pergi ke rumah Abel dulu. Aku kangen, semenjak pindah sekolah kita jarang ketemu," ucap Allisya menampilkan senyum cerahnya berharap Karin akan mengizinkan.

ADOLESCENCE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang