40. Pelet

70 10 0
                                    

Hal mengejutkan terjadi, Allisya datang bersama Nila. Para siswa bahkan rela keluar kelas demi memastikan. Allisya berdecak malas, mereka semua selalu ingin tahu. Nila terus saja membuntuti Allisya, hingga kembali pada kelasnya yang lama.

"Kinara!" Panggil Allisya.

"Lo manggil gue?! Allisya akhirnya lo sebut nama gue!" Pekik Kinara.

"Keluar dari sini dan kembali ke kelas lo semula," sela Allisya sebelum Kinara terbang jauh.

"Hah!"

"Kemarin lo ngomel kalau lo kadang kesepian, orang sini gak terlalu dekat sama lo. Lo selalu merasa canggung di kelas ini. Makanya gue berbaik hati pindahin lo lagi," jelas Allisya.

"Heh! Nila! Lo pelet pake apa si Allisya, sampe bela-belain lo buat kembali ke sini?" Tuding Nabila berjalan mendekati Nila.

"Jangan sentuh dia!" Cegah Allisya menatap tajam, efek Elea mengucapkan pelaku itu bisa berasal dari teman Allisya di sekolah.

"What! Allisya, sadar! Dia Nila! Cewek sialan yang hampir buat nama lo jatuh," tegur Nabila.

"Manusia bisa saja melakukan kesalahan."

"Allisya!"

"Gue gak mau tau, Kinara harus kembali! Gue gak mau punya patner duduk dengan cewek brisik kek dia," tegas Allisya.

"Allisya, selama ini lo gak lirik gue sekali pun. Lo tega usir gue demi cewek gak benar kayak Nila ini!" Teriak Kinara tidak terima, Allisya seolah memandangnya hina.

"Gue hargai usaha lo, tapi itu buat gue risih. Sorry."

"Sialan! Gada hati lo!"

Lantas, Kinara menguarkan sebuah kertas yang berisikan huruf-huruf yang tidak Allisya ketahui.

"Ingatkan dengan kue yang gue kirim ke rumah lo beberapa hari yang lalu, di dalamnya gua taburi sebuah benang-benang halus yang berhubungan dengan kata ini," jelas Kinara.

"Anjir, pelet beneran!" Pekik Arya.

"Allisya buruan muntahi semua yang lo makan." Panik Anin berlari mendekati Allisya, bahkan Anin memukul pundak Allisya agar segera muntah.

"Kinara jangan nekad!"

"Apa? Hanya karena dia keturunan Andreas? Gua gak peduli!"

Allisya hanya diam, ia tidak merespon. Sejujurnya pikirannya kini hanya tertuju pada Sesil. Allisya tidak makan gigit pun kue itu, tapi Sesil menghabiskan semuanya. Bagaimana sekarang.

Diam-diam Gilang berjalan pelan di belakang Kinara, melihat itu pun siswa lainnya berusaha untuk mengalihkan perhatian Kinara agar gadis itu tidak membakar kertas di tangannya. Namun, nasib baik tidak berpihak hari ini. Kinara memergoki Gilang.

"Mau ambil ini hahaha .... " Kinara tertawa sumbang. Tanpa disangka, Kinara mengeluarkan sebuah gunting kecil dari saku rok dan mendaratkan pisau itu dengan mulus ke perut Gilang.

"KINARA!"

"GILANG!"

Sontak itu memicu teriakan dari beberapa siswa, sisanya langsung jatuh pingsan. Beberapa orang mengerjabkan matanya terlebih dahulu, setelah kembali ke alam sadar semuanya berlari mengerubungi Gilang dan Kinara.

Arya dan Aldi langsung menarik tangan Kinara seolah menyandera. Allisya mendekati Gilang dan dengan baik hati meminjamkan pahanya sebagai bantal. Gilang meringis, ada yang menyarankan untuk menarik gunting. Meskipun tidak dalam jika dilihat dari ukuran gunting, tetap saja mereka harus berhati-hati.

ADOLESCENCE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang